Ribuan Orang Tandatangani Petisi Save Dokter Ani, Begini 5 Fakta Kasus Dokter Ani Hasibuan
Dokter Ani Hasibuan dipanggil oleh Polda Metro Jaya untuk dimintai keterangan sebagai saksi dugaan penyebaran ujaran kebencian.
Ribuan Orang Tandatangani Petisi Save Dokter Ani, Begini 5 Fakta Kasus Dokter Ani Hasibuan
TRIBUNPEKANBARU.COM - Dokter Ani Hasibuan atau Robiah Khairani Hasibuan dipanggil oleh Polda Metro Jaya untuk dimintai keterangan sebagai saksi dugaan penyebaran ujaran kebencian pada Jumat (17/5) lalu.
Namun, panggilan itu tidak dipenuhi, karena Dokter Ani Hasibuan sedang dalam kondisi sakit.
Kepolisian rencananya akan memeriksa Dokter Ani Hasibuan terkait dengan dugaan ucapan Ani beberapa waktu lalu mengenai tudingan senyawa kimia pemusnah massal yang menjadi penyebab meninggalnya petugas KPPS.
Namun, pemanggilan ini mengundang simpati publik dan memicu munculnya petisi Save Dokter Ani Hasibuan di laman change.org, sejak Jumat (17/5/2019).
Dalam Petisi yang diinisiasi oleh Muhamad Nasir itu tertulis pengantar bahwa pendapat Dokter Ani tentang keinginan mengungkap misteri meninggalnya tak kurang dari 500 pelaksana Pileg dan Pilpres 2019, tentu tak bisa dikategorikan pelanggaran hukum.
Selanjutnya disebutkan bahwa, penindakan hukum terhadap Dokter Ani Hasibuan tidaklah bisa dianggap langkah yang tepat.
"Mari kita dukung Dokter yang berani dan berusaha mengungkap suatu misteri," seruan di petisi itu.
Baca: Hari Ini, KPU Akan Rekapitulasi Perolehan Suara Pemilu 2019 untuk 5 Provinsi dan PLN, Ini Daftarnya
Baca: Pak Jenggot Siapkan Bom untuk 22 Mei, Berubah Alim & Ahli Merakit Bom Seusai Kenal Teman Baru
Baca: Bantu Pengamanan 22 Mei, Hendropriyono Siap Pinjamkan 150 Anjing Peliharaannya
Hingga Minggu (19/5/2019) pagi pukul 04.15 WIB, petisi itu sudah ditandatangani oleh 52.076 orang.
Kasus yang membelit Dr Ani Hasibuan sendiri telah menyedot perhatian publik,
Berikut 5 fakta kasus pernyataan Ani Hasibuan yang dirangkum Kompas.com.
1. Pernyataan kontroversial
Pernyataannya mengenai banyak petugas Kelompok Panitia Pemunggutan Suara (KPPS) pada Pemilu 2019 di salah satu televisi swasta, beberapa waktu lalu, memicu kontroversi publik, khususnya di media sosial.
Dikutip www.tribunnews.com, Ani awalnya mempertanyakan mengapa banyak petugas KPPS yang meninggal dunia di sela-sela kerja.
"Saya sebagai dokter dari awal sudah merasa lucu, gitu. Ini bencana pembantaian atau pemilu? Kok banyak amat yang meninggal. Pemilu kan happy-happy mau dapat pemimpin barukah atau bagaimana? Nyatanya (banyak yang) meninggal,” ujar Ani.