Menyusuri Bentangan Rel Kereta Api di Riau

Lokomotif Berada di Kebun Karet Masyarakat

Editor:
zoom-inlihat foto Menyusuri Bentangan Rel Kereta Api di Riau
Tribunpekanbaru.com/ Mayonal Putra
Sebuah Lokomotif terletak di kebun karet masyarakat, di desa Kampar Kiri, Kampar. Lokomotif ini sebagian besinya sudah dicopot dan diduga dijual kiloan oleh masyarakat.

+Rel dan lokomotif Dijual tahun 1975

Dua orang saksi mata yang ikut bertugas membongkar rel kereta api di sekitar desa Petai Kuantan Singingi, Badurrahmin dan Muhammad Yulis mengaku ada perintah dari pusat provinsi Riau. Namun, dia tidak tahu perintah membongkar dan menjual lokomotif apakah perintah negara atau hanya oknum pemerintah. Yang jelas setiap kepala desa dijadikan mandor pembongkaran rel tersebut.

"Waktu itu kami berlima sekelompok. Kelompok saya, selain pak yulis ada Abdul Aziz(almarhum), Baharuddin (almarhum) dan Arifin (almarhum). Kami bekerja hanya tukar beras sama rokok saja," ujar Badurrahmin.

Diceritakannya, memang sejak pendudukan Jepang masyarakat disuruh kerja paksa, untuk membangun rel kereta api ini. Sehingga, satu hari itu ditembak sebanyak 60 orang warga pribumi. Sedangkan pekerjaan yang dilakukan tanpa ampun, tanpa istirahat apalagi upah. Sehingga dalam waktu depat, rel membentang dan bisa dilalui kereta api. Adapun tujuan jepang membangun rel kereta api, untuk mengangkut hasil tambang batu bara Lagos ke sawah lunto. Sejak Jepang memerintah, tambang Batubara Lagos itu termasuk besar, namun tetap berpusat ke Sawah Lunto.

"Tahun 1975, saya ikut mengangkat rel, per meter diupah 300 rupiah. Ini diambil bersama-sama, dibayar oleh Arifin, kepala desa Sungai Bawang waktu itu. Kemudian rel kereta api sudah tamat riwayatnya, karena rel sudah dijual semuanya," katanya.

Di Riau, sebenarnya ada sembilan Lokomotif yang sempat beroperasi. Yang tersisa sebagai bukti hanya dua unit, pertama di Pekanbaru kedua di kebun karet Kampar Kiri. Sedangkan, 7 unit di Sungai Pencong, 1 unit di koto baru sudah habis dijual perkilo.

"Kami sebagai masyarakat kecil mendapat perintah, supaya mendapat beras dan rokok kamipun ikut. Tidak tahu kalau hal itu penting saat ini," ujarnya.

Diterangkannya, perintah membongkar rel datang dari Pekanbaru yang langsung di oleh Wan Ghalib. Sedangkan Wan Ghalib mengaku sebagai perintah dari wakil gubernur Riau Wan Abdurragman.

"Kita tak tahu, apa alasannya, kami hanya mengangkat rel saja. Setiap desa yang dilewati rel masyarakatnya yang laki-laki ikut membongkar," tambahnya.

Rel sepanjang 300 KM lebih itu yang mulai membentang sejak dari Pintu Batu perbatasan Sumbar Riau-Hingga ke Pekanbaru selesai dalam setahun. Begitu juga dengan lokomotif, habis terjual dalam waktu setahun. Namun, dia tak tahu siapa yang menjadi penadah penjualan besi tua tersebut.

Setelah bercerita, Badurrahmi mengajak rombongan menelusuri keberadaan rel di desanya. Sebelah kanan jalan raya kuantan singingi menuju Pekanbaru, memang terlihat ada tanah seukuran landasan rel kereta api agak meninggi. Namun, besi tua rel tidak ada lagi temu.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved