Urang Sunda Saja Suka Kue Palito Daun. Bagaimana dengan Anda
Kue menjadi penganan tradisional khas Kampar, Riau, adalah kue palito daun. Bahan utamanya dari tepung beras, bentuknya persegi dan ada juga bulat.
Penulis: | Editor:
PEKANBARU, TRIBUNPEKANBARU.COM - Kue menjadi penganan tradisional khas masyarakat Kampar, Provinsi Riau, adalah kue palito daun. Bahan utamanya adalah tepung beras, bentuknya persegi dan ada juga bulat warna kue bagian atas putih diletakkan di atas daun pisang.
Kue ini bahan-bahannya sama dengan kue talam, lemang basuong, tetapi bentuk dan cara mengolahnya yang berbeda. Kue ini pernah mendapatkan rekor Musium Rekor Indonesia (MURI) saat HUT Ke-63 Kabupaten Kampar pada 2013 silam.
Kue pelito daun terbanyak jumlahnya 621.363 buah. Kue ini disebut palito daun karena jika kita buka daun pisangnya, maka bagian bawah dari kue ini seperti sumbu palito atau pelita. Sumbu ini terbuat dari gula enau yang dipotong–potong.
Kue ini tidak hanya bisa dibuat orang Kampar tentunya, tetapi juga orang di luar Riau sudah lama menetap di Pekanbaru juga bisa membuatnya.
Seperti dilakukan Nanang Sulaiman, ia telah mengkreasikan bentuk palito daun menjadi cemilan simpel dan cantik bentuknya. Ia tetap membungkus palito daun dengan daun pisang. Tetapi ia membentuknya agak melengkung dan porsinya pas sekali ngap langsung masuk ke mulut.
“Saya buatnya kecil-kecil, sekali seruput saja. Sehingga tidak muncrat,” kata orang Sunda ini sudah sejak tahun 1990-an menjadi warga Pekanbaru itu.
Untuk membuat palito daun ini, lanjutnya, bahan utama digunakan adalah tepung beras kemudian santan dan garam secukupnya. Bahan-bahan tersebut diaduk kemudian setelah rata dimasukkan dalam cetakan daun.
Setelah sebelumnya diisi dengan potongan gula merah. “Proses memasaknya dikukus. Makanan ini hampir sama dengan bubur sumsum. Ada juga yang buatnya besar. Kalau saya lebih senang buat kecil-kecil karena itu tadi lebih simpel mengonsumsinya,” katanya.
Diakui pemilik Nanang Catering Jalan Kutilang Sakti Panam ini, pada tahun 1990-an, ia termasuk orang yang menggali masakan khas Melayu. Karena Nanang tertarik untuk melestarikan dan mempertahankannya. Karena itu pula ia diajak Ketua Ikaboga Riau, Dinawati untuk gabung di Ikaboga Riau.
Dikatakan Nanang, ia pernah membawa makanan khas Riau termasuk palito daun ini mengikuti festival makanan di Bandung dalam event Visit Indonesia Year. “Masakan Melayu ini mendapatkan pengunjung terbanyak kedua setelah Jawa Barat yang menjadi tuan rumah,” kata Nanang.
Selain itu juga ia pernah membawa makanan khas Riau termasuk palito daun ini di Selangor pada acara Festival makanan di Negara tersebut. “Belum lama ini Ketua DPP APJI (Asosiasi Perusahaan Jasaboga Indonesia) Rahayu Setyowati SH juga tertarik dengan kue palito daun ini. Bu Rahayu memiliki catering yang memasukkan kue ke istana Negara dan berencana untuk memasukkan makanan khas ini ke istana,” pungkasnya. (vina dwinita)
