Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Alasan Perempuan Ini Jadi Pembatik di Rumah Batik Andalan Bikin Terharu

Mulai dirintis pada 2013, Rumah Batik Andalan bertujuan untuk memberdayakan masyarakat di Kota Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan

Editor: harismanto
Foto/Istimewa
Seorang pembatik di Rumah Batik Andalan sedang mewarnai motif batik kelapa sawit. 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PANGKALAN KERINCI - Tak pernah sebelumnya terpikirkan oleh Ni'mah (39), untuk menjadi pembatik di Rumah Batik Andalan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Bahkan, kini ia bisa membantu suami membiayai pendidikan keempat anaknya.

Apalagi, menyekolahkan anak hingga perguruan tinggi merupakan cita-cita dari warga Pangkalan Kerinci ini.

Sebelumnya, Ni'mah dan suami bekerja sebagai penjaga kebun sawit di Pangkalan Kerinci. Saat itu ia tinggal di sebuah gubuk kayu yang tidak dialiri listrik di areal kebun sawit.

Baca: Jadwal Indonesia vs Thailand Sore Ini, Laga Semifinal Piala AFF U 18

"Di tempat saya tinggal dulu cuma ada 7 keluarga. Tidak ada listrik, jalannya masih tanah. Kalau hujan becek. Saya kalau ke pasar harus jalan 5 kilometer. Alhamdulillah sekarang sudah beli rumah sendiri dan ada listrik," kenangnya.

Nasibnya akhirnya berubah, setelah Ni'mah menjadi pembatik sejak tahun 2015.

Awalnya ia mengaku tidak bisa membatik. Namun, lewat Rumah Batik Andalan binaan Community Development (CD) PT RAPP, ia diajari cara membatik dan akhirnya sekarang menjadi pembatik tetap.

"Saya dilatih ibu-ibu pembatik di Rumah Batik Andalan PT RAPP. Karena kemauan saya yang besar untuk membatik, dalam 3 bulan saya bisa memproduksi batik. Alhamdulillah dari membatik saya punya rumah sendiri," ujarnya.

Baca: Berlumuran Darah, Sumarni Bilang Jatuh di Sumur, Pengakuan Anaknya Ini Ungkap Perlakuan Bapaknya

Ia masih ingat, penghasilan pertamanya sebanyak Rp 300 ribu dari membatik membuatnya senang. Ternyata dari penghasilan itu, membantu perekonomian keluarganya.

"Ternyata setelah saya tekuni, penghasilan itu bisa membantu suami saya yang bekerja secara serabutan. Menyekolahkan anak saya hingga perguruan tinggi. Alhamdulillah, saya sangat bersyukur," ujar Ni'mah yang berasal dari Brebes, Jawa Tengah ini.

Mulai dirintis pada 2013, Rumah Batik Andalan bertujuan untuk memberdayakan masyarakat di Kota Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

Target utamanya adalah para istri pegawai serta petani perkebunan yang sebelumnya lebih sering menganggur ketika suaminya bekerja.

Mereka diajari cara membatik. Namun, langkah pertama tidak akan pernah mudah. Membatik bukan bagian dari keseharian warga di sana sejak dulu, sehingga mereka kesulitan.

Baca: Sejumlah Wilayah di Riau Ini Masih Potensi Hujan Disertai Petir dan Angin Kencang

“Setelah berlatih selama dua minggu, kami lantas vakum karena masih bingung batik ini mau dijadikan apa,” kata salah seorang pembatik, Siti Nurbaya.

Cara yang ditempuh RAPP dengan “menyekolahkan” para peserta ke sejumlah daerah pusat batik nasional seperti Pekalongan, Yogyakarta, maupun Solo untuk meningkatkan kemampuan para pembatik.

Motif batik pertama yang dilahirkan adalah Bono. Ini terinspirasi dari fenomena alam unik khas di Sungai Kampar dan Sungai Rokan yang berada di sekitar area mereka.

Bono sejatinya merupakan pertemuan arus ombak unik yang terjadi akibat pertemuan arus sungai dengan air laut yang hendak menuju ke sana akibat pasang.

Ombaknya sangat tinggi, sehingga berbahaya bagi pelayaran. Namun, belakangan Bono malah populer dimanfaatkan sebagai sarana berselancar.

Bono sangatlah unik. Banyak peselancar kelas dunia yang akhirnya datang ke sana untuk menjajal menaiki ombak tersebut.

Baca: Idap Penyakit Ini Selena Gomez Jalani Transplantasi Ginjal

Hal itulah yang akhirnya dituangkan sebagai motif mitra Rumah Batik Andalan. “Kami sampai melihat Bono langsung untuk membuat motif ini,” kata Siti.

Selain Bono, sejumlah motif lain juga dilahirkan oleh binaan Rumah Batik Andalan. Lagi-lagi semua terinspirasi dari kondisi alam di sana seperti motif daun eucalyptus, daun akasia, lakum, sebuah buah khas lokal yang mirip dengan anggur, serta timun suri. (rls)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved