Ustadz Abdul Somad Resmi Sandang Gelar Datuk Seri Ulama Setia Negara
Ustadz Abdul Somad resmi menerima gelar kehormatan dari Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau
Penulis: Nasuha Nasution | Editor:
Sebagaimana diketahui dalam acara pemberian gelar Datuk Seri Ulama Setia Negara ini, dihadiri ribuan masyarakat dan tokoh penting melayu yang datang dari berbagai wilayah melayu di Riau.
Berikut ini merupakan kutipan kalimat syair melayu yang dibacakan Ustadz Abdul Somad pada acara pemberian gelarnya sebagai Datuk Seri Ulama Setia Negara di Gedung LAM Riau.
Ini dibacakan Somad dihadapan ribuan hadirin yang disambut antusias masyarakat.
Melihat Sungai Nil dan Piramida, bersua dengan Firaun dan Musa. Dari bumi Malaya akhirnya terdampar di Gurun Sahara, hampir sampai ke Barcelona.
Setelah lama mengembara kembali jua ke bumi tercinta. Tanah Siak Sri Indra Pura. Membawa gelar LC MA, banyak orang bertanya-tanya, apalah agaknya artinya? Lagi Cemas Mencari Anak dara.
Nasihat orang tua-tua berlayarlah di pokok yang gagah perkasa. Barangnya jadi penyengga, akarnya tempat bersila.
Bersilaturrahim ke rumah doktor Mustafa. Rumah putih di Jalan Gulama. Dia bawa daku sebelum senja. Ke TVRI membawa acara. Bila dia pergi ke Malaysia, dia duduk di singgasana, menjadi guru sekejap mata.
Subuh tiba gelap gulita, mengunjungi mesjid di pagi buta, jamaah pun tak pula ada, banyak tiang dari manusia.
Berbekal sabar dan doa. Nasib baik datang menyapa. Khotbah bergetar dari mesjid raya. Banyak mata terpesona, caci hamun pun ikut terta. Lovers and haters kata anak muda.
Ada pula yang menuduh paksa, dengan fitnah anti Bhineka Tunggal Ika. Diusir dari Pulau Dewata, dideportasi dari Negeri China.
Tapi hati tak rasa geram. Sebab itu belum ada apa-apanya, bila dibanding nabi besar kita, gigi patah dan terluka, namun tetap berbalas doa.
Sungguh tak layak masuk surga, busuk hati terus dipelihara. Orang Melayu cinta negara, 13 juta golden Belanda, diberikan untuk membela bangsa, Sultan Syarif Kasim orang mulia, dari Kerajaan Siak Sri Indra Pura.
Berbaurlah ke Yogyakarta, jangan kau ajar kami tentang cinta negara, kalau bukan karena kami punya bahasa, kau pun tak dapat bertutur kata.
Dendam jangan masuk ke kepala. Masih banyak yang perlu dewasa. Anak Sakai meniti pipa, anak Akit senyum menyapa, Talang Mamak terus menganya, padahal minyak tiada terkira, tapi apa mau dikata, terlampau banyak diangkut ke Jakarta.
Awan berarak mengikuti senja, budak menuju surau mushala, quran di tangan dan alif, ba, ta, tak lupa rotan dibelah dua.