Satwa Langka Mati Lagi! Setelah Badak Putih, Kini Giliran 'Beruang Menari' Terakhir, Bikin Sedih
Beberapa hari belakangan dunia dihebohkan dengan kematian spesies langka Badak Putih Utara bernama Sudan.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Beberapa hari belakangan dunia dihebohkan dengan kematian spesies langka Badak Putih Utara bernama Sudan.
Sudan adalah badak berusia 40 tahun yang menjadi satu-satunya Badak Putih Utara (Ceratotherium simum cottoni) jantan yang tersisa di dunia.
Meskipun masih tersisa dua Badak Putih Utara, namun keduanya berjenis kelamin betina.
Jika Sudan mati, maka, Badak Putih Utara, atau Northern White Rhinocheros, dipastikan punah selamanya.
Belum lama setelah kabar kematian Sudan, kini kabar duka kembali datang dari spesies langka kawasan Asia Selatan.
Satu dari 'beruang menari' terakhir di Nepal mati usai dikirim ke kebun binatang.

Sebelum dikirim ke penangkaran tersebut, dua beruang menari diselamatkan dari eksploitasi.
Beruang menari ini diekspoitasi untuk pertunjukan hiburan yang umumnya ditangkap atau dibeli sejak anak-anak.
Mereka kemudian diajari untuk menari dengan kaki belakang mereka.
Moncong mereka juga ditusuk dengan batang besi panas sehingga para pemiliknya bisa mengendalikan mereka dengan menarik tali atau rantai dimoncongnya.

Sebenarnya, negara-negara Himalaya telah melarang praktek pertunjukkan beruang pada 1973.
Setahun setelah secara resmi dilarang, kegiatan tersebut juga dilarang di India.
Sayangnya, sebagai sebuah tradisi yang menghidupi beberapa komunitas, hal ini tetap bertahan lewat pelaku-pelaku jalanan di daerah bagian selatan.
Dua ekor beruang sloth diselamatkan di Nepal selatan pada Desember tahun lalu, dari sepasang pemain jalanan keliling yang menggunakan hewan sebagai pertunjukan hiburan.
Kedua beruang menari yang diselamatkan tersebut adalah Rangila (jantan) dan Sridevi (betina).
Masing-masing berusia 19 dan 17 tahun.


Melansir Tribuntravel.com, seorang aktivis perlindungan binatang menyalahkan adanya kelalaian yang menyebabkan kematian hewan malang tersebut.
Kedua beruang itu ditempatkan di dalam kandang, namun beberapa minggu kemudian Sridevi (beruang betina) mati.
"(Kami) diberitahu bahwa dia memiliki beberapa masalah pada organ hatinya dan ternyata itu adalah penyakit kuning," kata Niraj Gautam dari Jane Goodall Institute Nepal, organisasi yang terlibat dalam penyelamatan beruang ini.
“Hewan-hewan ini telah diperiksa secara menyeluruh dan hasilnya tidak menunjukkan ada apa-apa. Jadi, ini adalah bentuk kelalaian yang ingin kami tunjukkan," lanjutnya.
Gautam mengatakan beruang seharusnya diberi perhatian khusus dan perawatan medis untuk membantu rehabilitasi setelah bertahun-tahun mengalami kekerasan sebagai hewan yang dieksploitasi.
"Beruang-beruang itu berada di dalam kandang kecil yang tidak dibersihkan dengan baik dan memperlihatkan perilaku yang menunjukkan mereka tertekan," tambah Gautam.
"Rasanya seperti semua pekerjaan (penyelamatan) kami sia-sia," katanya.
Pihak pemerintah Nepal membela perawatan yang diterima Rangila dan Sridevi, mengatakan bahwa kebun binatang adalah satu-satunya fasilitas di Nepal yang dapat menampung mereka.
Jane Goodall Institute dan World Animal Protection berusaha melobi pemerintah Nepal agar Rangila dipindahkan ke tempat perlindungan khusus di India.


Beruang sloth merupakan spesies terancam punah yang hanya ditemukan di India, Nepal, Sri Lanka, dan Bhutan.
Menurut IUCN, penyebab punahnya hewan ini adalah habitat yang menyusut dan maraknya perburuan liar.
Bahkan IUCN telah menempatkan mereka dalam daftar merah spesies yang terancam punah karena jumlahnya diperkirakan hanya tinggal 20.000 ekor saja. (*)