Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Gatot Nurmantyo Malah Sebut Indonesia Bisa Bubar Sebelum 2030, Jika . . .

"Terkait dengan apa yang disampaikan Pak Prabowo, bangsa ini akan bubar pada tahun 2030, itu sangat mungkin terjadi, apa yang tidak

Editor: David Tobing
KOMPAS.com/FABIAN JANUARIUS KUWADO
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo saat apel pasukan untuk membantu pemadaman kebakaran hutan di base ops Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (10/9/2015). 

Sebagai anak bangsa saling lihat indikasi-indikasinya terjadinya hal itu.

Mari kita satukan hati untuk memperbaikinya," ujar Gatot Nurmantyo.

Postingan tersebut kemudian mendapat beragam komentar dari warganet.

Sebagian menilai jika pernyataan Gatot bijaksana di tengah adu argumen yang panas.

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menegaskan, pernyataannya soal Indonesia tidak ada lagi tahun 2030 didasarkan pada scenario writing pihak asing.

"Jadi di luar negeri itu ada scenario writing, yang nulis itu ahli-ahli intelijen strategis. Dibuka dong, baca dong," ujar Prabowo di Hotel Millenium, Jakarta, Kamis (22/3/2018).

Prabowo ingin menyampaikan skenario tersebut sebagai sebuah peringatan bagi Pemerintah Indonesia untuk tidak menganggap enteng berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat Indonesia, seperti kemiskinan, kesenjangan ekonomi, penguasaan sumber daya, hingga persoalan lingkungan.

Lebih lanjut ia mengatakan, masih banyak pihak asing yang hingga kini berusaha mengganggu kedaulatan Indonesia, seperti pada masa penjajahan di masa lalu.

"Sesudah perang kemerdekaan mereka tetap Indonesia mau dipecah dari dulu selalu. Nah ini sekarang masih ada tulisan seperti itu bahwa Indonesia ini oleh ahli masih dianggap tahun 2030 sudah tidak ada lagi," ujarnya.

Ia mengatakan, Pemerintah Indonesia jangan terlalu lugu akan ancaman pihak luar terhadap kedaulatan Indonesia. Sebab, berbagai kekayaan manusia, sumber daya alam, hingga kebudayaan menjadi sasaran perebutan pihak asing.

"Bahwa banyak iri sama kita banyak yang tidak punya sumber daya alam jadi mereka inginnya menjadi kaya dari kita, kita disuruh miskin terus jadi ini fenomena ya," kata dia.

Meskipun demikian, ia mempersilakan jika berbagai pihak tak memercayai apa yang ia sampaikan.

Ia menilai, hal itu merupakan kewajiban sebagai warga negara untuk mengingatkan negara akan potensi ancaman tertentu. 

"Kalau enggak percaya sama saya dan enggak mau dengar ya enggak apa-apa. Kewajiban saya sebagai anak bangsa saya harus bicara kalau melihat suatu bahaya ya," ungkapnya.

Sumber: Warta Kota
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved