Beralih ke Pertamax, Warga: Untuk Apa Antre untuk BBM yang Tak Sehat!
Pertamina sebenarnya telah memproduksi dan menjual ragam BBM lainnya yang secara kualitas lebih unggul dibanding Premium.
Penulis: Hendra Efivanias | Editor: M Iqbal
Masalah Sikap
Beralih dari Premium ke BBM yang kualitasnya lebih baik sebenarnya tak terlepas dari kesadaran konsumen mengambil sikap yang lebih positif. Karena tanpa kesadaran itu, akan sulit mengedukasi konsumen memakai bahan bakar yang ramah lingkungan dan kesehatan mahluk hidup.
Langkah untuk beralih itu sebenarnya pun semakin membaik. Hal ini tergambar dari naiknya konsumsi BBM jenis Pertalite, Pertamax dan Dex series di akhir tahun 2017 hingga awal 2018. Sementara, konsumsi Premium cenderung menurun.
Di periode itu, konsumsi Premium turun 33 persen dibanding tahun sebelumnya. Sementara, kenaikan mencapai dua digit terjadi untuk angka konsumsi Pertalite dan Pertamax.
Dijelaskan Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Adiatma Sardjito sebagaimana dilansir dari Tempo.co, kenaikan konsumsi Pertalite naik menjadi 49 ribu kiloliter atau 50 persen dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya yang ada di angka 43 ribu kiloliter.
Lalu, konsumsi Pertamax naik 21 persen menjadi 17 ribu kiloliter dan Pertamax Turbo naik 53 persen menjadi 790 kiloliter. Hal serupa terlihat untuk konsumsi BBM Dex Series yang tumbuh 79 persen menjadi 2.200 kiloliter. Kemudian, Dexlite naik pesat menjadi 1.700 kiloliter atau 121 persen.
Lantas, apa yang mendorong masyarakat untuk berpindah ke Premium yang lebih berkualitas. Padri Sembiring, warga Pekanbaru yang ditanyai Tribun mengaku sejak setahun terakhir mengaku beralih menggunakan Pertamax untuk kebutuhan sepeda motor miliknya. Bukan karena Premium yang semakin jarang diperoleh, Pertamax ia pilih karena lebih baik bagi kendaraan maupun dirinya.
"Pertamax ini kan kadar Oktan-nya lebih tinggi dibanding Premium. Jadi pasti lebih baik untuk mesin. Buktinya, sejak pakai Pertamax, suara motor lebih halus dan karburatornya lebih bersih," ungkap Padri kepada Tribun, Jumat (29/3/2018).
Diakuinya, dari segi harga Pertamax sedikit lebih mahal dibanding Premium. Namun, jika dibanding-bandingkan, selisih harga yang harus dibayar untuk sekali pengisian penuh, hanya sekitar Rp8.000. Hal itu, tambahnya, dapat ditutupi dengan lebih hematnya penggunaan bahan bakar jika pakai Pertamax.
"Pertamax itu lebih hemat. Jadi walaupun mahal, jarak yang bisa ditempuh lebih jauh dibanding Premium. Jadi, nggak perlu sering-sering ngisi minyak," tambahnya. Sebelum beralih ke Pertamax, Padri bisa sampai tiga kali seminggu melakukan pengisian BBM. Tapi kini, cukup dua kali saja.
Belum lagi gas buang Pertamax yang dianggap Padri tak terlalu menyengat saat terhirup. Berbeda dengan gas buang saat pakai Premium yang dinilainya bisa membuat sesak nafas.
Keuntungan-keuntungan inilah yang membuat Padri memutuskan beralih ke Pertamax. Meski di SPBU masih menjual Premium dengan harga yang relatif murah, ia tidak peduli. Membeli Pertamax juga menurutnya lebih hemat waktu karena tak harus antre panjang ketika melakukan pengisian di SPBU.
"Intinya, kalau Pertamax lebih baik, ngapain juga ngantre untuk BBM yang tak sehat," tegasnya. Apalagi, Pertamax bikin kondisi mesin sepeda motor jauh lebih terawat. Padri menegaskan, beralihnya ia ke Pertamax karena ia sadar untuk memakai BBM yang lebih berkualitas. Karena itu, ia menilai kesadaran dan perubahan sikap sangat penting agar orang mau beralih ke BBM yang lebih baik. (hes)