Kisah Guru Anak-anak Talang Mamak, 2 kali Salaman dengan Presiden, Nasib Belum Berubah
Anak-anak Talang Mamak yang tinggal di dalam Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) pantas berbangga hati memilki sosok pengajar seperti Mulyadi.
Penulis: Bynton Simanungkalit | Editor: Ariestia
Seperti yang disampaikannya, sebagian anak muridnya menempuh pendidikan sampai ke Pulau Jawa atau bahkan mengajar di salah satu pesantren di sana.
"Mungkin karena mereka nyaman dengan suasana di luar, jadi mereka tidak mau kembali," katanya.
Memang kalau bicara kondisi, tidak banyak orang yang mau seperti Mulyadi yang harus meninggalkan keluarganya setiap 15 hari sekali untuk mengabdikan diri menjadi pengajar bagi anak-anak pedalaman TNBT.
Baca: Ingat! Kalau Mandi Jangan Sering Bersihkan 3 Bagian Tubuh Ini
Tantangan lainnya adalah akses menuju lokasi sekolah, dimana hanya bisa dilalui dengan jalan kaki atau melewati sungai. Bila ditempuh dengan jalan kaki, maka butuh waktu beberapa hari untuk bisa sampai ke lokasi sekolah.
Sementara bila naik perahu maka harus mengeluarkan uang Rp 900 ribu untuk sekali perjalanan.
Beruntung PKHS masih bersedia membayar biaya perjalanan Mulyadi ke sekolah tersebut. Selain mendapat bantuan transportasi dari PKHS, Mulyadi juga mendapat uang makan sebesar Rp 500 ribu dan gaji sebesar Rp 1 juta dari PKHS.
Selain itu, Mulyadi juga menerima gaji sebagai guru bantu daerah (GBD) Propinsi sebesar Rp 1,9 juta.
Sifat idealis dan kegigihannya itu justru membuat Mulyadi mampu meraih predikat guru berdedikasi tingkat propinsi sebanyak dua kali dan bahkan mewakili Provinsi Riau untuk berlomba sebagai guru berdedikasi tingkat nasional.
Diawali pada tahun 2012 lalu, Mulyadi meraih predikat guru berdedikasi tingkat kabupaten.
Namun dirinya belum berhasil di tingkat propinsi. Kemudian pada tahun 2013 lalu, Mulyadi terpilih kembali sebagai guru berdedikasi tingkat kabupaten, dan berlanjut ke tingkat propinsi hingga akhirnya ia berangkat ke Jakarta bersaing jadi guru berdedikasi tingkat nasional.
Hal sama terulang tahun 2017 lalu, Mulyadi kembali terpilih sebagai guru berdedikasi tingkat kabupaten dan tingkat propinsi. Sekali lagi ia berangkat ke Jakarta untuk mewakili Riau.
"Pada tahun 2017 lalu, ada lima orang guru dari Inhu yang berangkat mewakili Riau," katanya.
Kesempatan yang sangat jarang bagi Mulyadi, pengajar bagi anak pedalaman berangkat ke Jakarta dan bertemu dengan Presiden Republik Indonesia.
Baca: Kakek 105 Tahun Ini Ingin Disuntik Mati, Alasannya Sederhana, Tapi Ditolak Negara, Selanjutnya. . .