Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

PDI-P: SBY "Playing Victim", Dihantui Cara Berpikirnya Sendiri

Era drama politik ala SBY tersebut sudah berakhir dan ketinggalan jaman, sebab rakyat sudah paham strategi playing victim tersebut.

BIRO PERS/CAHYO BRURI SASMITO
Presiden Joko Widodo (kiri) menerima kunjungan Ketua Umum DPP Partai Demokrat yang juga Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) di Istana Merdeka, Kamis (9/3/2017). Kedua tokoh tersebut bersilaturahmi sambil membahas situasi bangsa dan negara terkini. TRIBUNNEWS/BIRO PERS/CAHYO BRURI SASMITO 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Ketua DPP PDI Perjuangan Komaruddin Watubun menilai, tuduhan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ihwal penggunaan alat negara dalam pilkada berlebihan.

Menurut dia, hal itu merupakan strategi bermain sebagai korban atau playing victim dari SBY.

Ia mengatakan, era drama politik ala SBY tersebut sudah berakhir dan ketinggalan jaman, sebab rakyat sudah paham strategi playing victim tersebut.

"Publik sudah tahu, bahwa Pak SBY lebih dihantui oleh cara berpikirnya sendiri atas dasar apa yang dilakukan selama jadi Presiden," kata Komaruddin keterangan tertulis, Minggu (24/6/2018). 

Ia menyinggung pelaksanaan Pilpres 2009 saat SBY menang telak.

Menurut Komaruddin, kala itu SBY juga menggunakan alat negara dengan membujuk sejumlah Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang kemudian menjadi pengurus teras Partai Demokrat.

Baca: Akhir Juli Dispora Riau Gelar Sepak Takraw Piala Gubri 2018

Baca: Ini 5 Gol Menit-menit Akhir yang Paling Dramatis di Piala Dunia 2018

 Baca: Segitiga Bermuda yang Penuh Misteri, Begini Kesaksian 2 Pilot yang Berhasil Lolos

 Baca: Terungkap, Neymar Sempat Memaki Seniornya Sebelum Cetak Gol

Para Komisioner KPU yang kemudian menjadi petinggi di Demokrat ialah Anas Urbaningrum dan Andi Nurpati.

Ia juga meminta SBY tak menyamakan pemerintahannya dengan Presiden Joko Widodo yang dinilainya tak pernah menggunakan alat negara untuk kepentingan partai.

Ia menyatakan, partainya sudah menang mutlak di pilkada yang lalu jika Presiden Jokowi terbukti menggunakan alat negara.

Komaruddin mengatakan, SBY sebaiknya menjelaskan kepada publik keanehan yang terjadi pada pelaksanaan Pilpres 2009.

Sebab, ia menilai SBY yang justru telah menggunakan alat negara untuk kepentingan politiknya saat menjabat Presiden.

“Siapa yang dibelakang tim alfa, bravo, dan delta yang dibentuk SBY, warga sipil kah? Mengapa Antasari (Azhar) Ketua KPK dipenjara hanya karena mau mengusut IT Pemilu?" tanya Komaruddin.

"Siapa yang menggunakan dana APBN melalui bansos untuk keperluan pemilu? Siapa yang memanipulasi DPT tahun 2009? Siapa yang gunakan intelijen untuk pilpres 2004 dan 2009?” lanjut dia.

Baca: Dua Hari Dibuka, Segini Jumlah Total Sumbangan Dana yang Digalang Prabowo

Baca: Inilah Danau Terdalam di Indonesia, Ada Gua Tengkorak di Dalamnya Serta Spesies Langka

Baca: Tak Pernah Gagal Temukan Korban Tenggelam, Untuk Korban KM Sinar Bangun, Pria Ini Ungkap Hal Beda

Baca: Penasaran Video Panas Mirip Aura Kasih, Mbah Mijan Blak-blakan hingga 5 Fakta Terkuak

Ia menilai, tuduhan terhadap ketidaknetralan alat negara di pilkada menunjukan kepragmatisan SBY dalam berpolitik.

"Saya yakin bahwa apa yang dipikirkan Pak SBY dalam pilkada, bukanlah kepentingan bangsa dan negara, namun lebih kepentingan partai dan keluarganya," kata Komaruddin.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved