Puncak Ulu Kasok Terbakar
Puncak Ulu Kasok yang Terbakar Ternyata Pernah Dikunjungi 7 Ribu Wisatawan Saat Liburan
Puncak Ulu Kasok di Kampar yang terbakar, merupakan objek wisata yang sangat diminati kalangan remaja. Bahkan 7 ribu wisatawan tercatat saat liburan
Penulis: Afrizal | Editor: Afrizal
TRIBUNPEKANBARU.COM- Puncak Ulu Kasok di Kampar yang terbakar, Kamis (19/07/2018) merupakan objek wisata yang sangat diminati kalangan remaja.
Menyajikan keindahan panorama alam, Puncak Ulu Kasok juga menjadi destinasi wisata saat libur lebaran lalu.
Kepala Disparbud Kampar, Zulia Dharma beberapa waktu lalu menuturkan, jumlah wisatawan yang datang ke Puncak Ulu Kasok mencapai 7 ribu orang.
Padahal objek wisata ini tergolong baru.
Keindahan spot untuk foto menjadi andalan objek wisata ini.
Meskipun harus menempuh jalan menanjak sekitar 30 menit untuk mencapai puncak ini, tak menyurutkan minat wisatawan.

Baca: Sekitar 3 Ha Lahan di Puncak Ulu Kasok Terbakar, Raja Ampat Riau Ini Dulu Pernah Dipagar Kawat
Baca: Puncak Ulu Kasok Raja Ampat Riau Terbakar, Begini Kondisinya Saat Ini
Baca: BREAKING NEWS: KSBSI Riau Demo di Depan Kantor SKK Migas
Jumlah wisatawan yang datang ke Puncak Ulu Kasok hanya selisih sekitar 500 orang saja jika dibandingkan kunjungan ke Candi Muara Takus.
Ini menempatkan Puncak Ulu Kasok sebagai destinasi wisata ketiga yang terbanyak dikunjungi di Kampar setelah Candi Muara Takus.
Namun, Kamis (19/07/2018) objek wisata ini mengalami kebakaran.
Asap tebal tampak membumbung tinggi di Puncak Ulu Kasok, Desa Pulau Godang Kecamatan XIII Koto Kampar, Kamis (19/7/2018) pagi.
Dikenal juga sebagai Raja Ampat Riau, objek wisata Puncak Ulu Kasok ini baru dikabarkan terbakar ke pihak terkait pukul 06.20 WIB.
Hingga berita ini diturunkan Puncak Ulu Kasok belum bisa dipadamkan.
Kepala Bidang Pemadam Kebakaran pada Satuan Polisi Pamong Praja Kampar, Edi Bahrein menuturkan medan yang curam di lokasi kebakartan membuat upaya petugas melakukan pemadaman alami kesulitan.
Kebakaran yang diperkirakan terbakar sejak pukul 04.00 WIB itu pun diperkirakan sudah melalap lebih dari 3 hektar lahan.
"Kalau dilihat dari kejauhan, sekitar tiga hektare. Mungkin lebih," katanya.

Baca: Bupati Inhu Yopi Arianto Nyatakan Mundur Sebagai Ketua DPD Golkar Inhu
Baca: Puncak Ulu Kasok Terbakar, Hingga Pukul 10.00 WIB Api Belum Padam
Baca: Prabowo Jenguk SBY di Rumah Sakit, AHY Ucapkan Terima Kasih dan Tulis Doa Ini untuk Prabowo
Bagi warga Riau dan sekitarnya, Puncak Ulu Kasok termasuk objek wisata yang fenomenal.
Dari puncak ini wisatawan bisa melihat pulau-pulau kecil yang menyerupai objek wisata Raja Ampat.
Meski jauh dari Kota Pekanbaru, Puncak Ulu Kasok kerap dikunjungi wisatawan.
Banyak tempat indah yang bisa dijadikan sebagai latar belakang berfoto.
Minat wisatawan ke Puncak Ulu Kasok semakin tinggi sejak pertengahan 2018 silam.
Namun ditengah banyaknya minat wisatawan, objek wisata ini pernah bermasalah.
Wisatawan dan netizen pun dihebohkan dengan adanya kaat berduri yang terpasang di objek wisata ini.
Ironisnya kawat berduri muncul di saat perhatian orang banyak terpusat pada Raja Ampat Riau itu.
Untungnya keberadaan kawat berduri yang bikin heboh itu tidka berlangusng lama.
Pembongkaran pagar kawat berduri langsung dilakukan setelah pertemuan di Kantor Camat XIII Koto Kampar, Kamis (28/9/2017).
Pertemuan difasilitasi oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kampar, Syamsul Bahri didampingi Camat Amiruddin.
Mempertemukan para pihak yang saling mengklaim kepemilikan terhadap lahan Ulu Kasok di Desa Pulau Gadang.
Camat Amiruddin, sejak awal pertemuan, meminta agar pagar yang sempat dipasang di sekitar objek wisata itu dibuka saja.
Terkait sengketa kepemilikan lahan, ia meminta dibahas di lain waktu.
Solusi penyelesaian sengketa lahan akan dicarikan dan jangan sampai ada pihak yang dirugikan.
"Saya mohon agar pagar dibuka," kata Amiruddin.
Ia berharap semua pihak berjiwa besar.
Ini gunanya agar tidak menimbulkan citra buruk terhadap Ulu Kasok yang sudah terlanjur dikenal luas masyarakat.
Bukan saja Riau, namun sudah tersiar ke provinsi tetangga.
Zulkifli, warga Desa Pulau Gadang, yang memasang pagar, pada prinsipnya tidak mempersoalkan aktivitas di Ulu Kasok.
Ia bersedia membuka pagar asal sengketa kepemilikan lahan diselesaikan. (*)