Gempa di Sulteng

Isak Tangis Anak-anak Korban Gempa Palu dan Donggala Meminta Nasi karena Lapar

Isak Tangis Anak-anak Korban Gempa Palu dan Donggala Meminta Nasi karena Lapar

Editor: Afrizal
(KOMPAS.com/JUNAEDI)
Pengungsi asal Palu dan Donggala tujuan Makassar dan Pangkep nyasar sampai ke Mamasa, Sulawesi Barat. 

Hasil patungan ini dibelikan sembako guna membantu para pengungsi yang sedang membutuhkan bantuan makanan dan minuman, tanpa memandang latar belakang identitas sosial, agama, ras, etnis dan asal usul keturunan mereka.

Dengan bekal kemampuan dan ketrampilan mereka memasak sendiri, para remaja ini tak kesulitan menyediakan aneka makanan, minuman termasuk kopi dan teh hangat untuk para pengungsi.

Belakangan gerakan peduli sosial yang dimotori para remaja masjid untuk membantu meringankan para pengungsi dan anak-anak mereka secara suka rela ini mendapat simpati publik Polewali Mandar.

Mulanya mereka memang mengumpulkan kocek sendiri untuk membiayai kegiatan amal tersebut, belakangan warga ramai-ramai datang mengulurkan beragam bantuan sumbangan apa saja kepada mereka.

Mulai dari sumbangan dana, kebutuhan beras, telur, kopi dan gula hingga jasa menjadi juru masak.

Para remaja ini hanya mengumumkan kegiatan amal mereka melalui pengeras suara di masjid.

Baca: Sosok Pria yang Kerap Dampingi Ustaz Abdul Somad Ini Bikin Jamaah & Netizen Penasaran,Siapa Dia?

Baca: Besok Dijual Resmi, Hape RAM 8 GB dan Memori 128 GB Ini Dibanderol Hanya Rp 3 Jutaan

Kisah pengungsi

Para korban gempa dan tsunami dari Palu dan Donggala ini mengungsi ke sejumlah daerah di Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan.

Mereka juga menuju luar Sulawesi seperti ke Ambon, Ternate dan sebagainya.

Rata-rata pengungsi tidak memiliki persiapan apapun.

Maklum, mereka tak tak hanya kehilangan harta benda dan rumah pascabencana, tapi sebagian mereka berduka karena kehilangan anggota keluarga.

Umumnya warga Donggala dan Palu yang menjadi korban bencana gempa tsunami mengungsi karena alasan stres setiap hari hanya bisa menyaksikan reruntuhan puing bangunan rumah warga yang berserakan.

Mereka bingung bagaimana memulai hidup mereka dari nol kembali pascabencana.

“Kita malah tambah stres menyaksikan reruntuhan bangunan menumpuk dan lainnya berserakan di jalan. Kita bingung dan tidak bisa beraktifitas mencari kerja untuk hidup. Makanya saya pilih mengungsi sementara bersama kelluarga sambil mencari suasana tenang, sebelum kembali berpikir bagaimana memulai hidup dari awal,” tutur Rusdi, pengungsi asal Pangkep, Sulawesi Selatan.

Rusdi mengaku menyusuri rute perjalanan melalui jalur lintas barat Sulawesi mulai dari kabupaten Pasangkayu, Mamuju Tengah, Majene hingga Polewali Mandar.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved