Kisah Alexander Fleming, Penemu Penisilin yang Pernah Ditolak Beberapa Kali
Tahun 1928, Alexander Fleming menemukan Penicilin. Lebih dari 10 tahun ia harus berjuang sampai ilmu pengetahuan mau menerima obat itu
Fleming juga masih teringat pada ucapan penemu hebat Pasteur yang juga pernah mengeluh: "Ilmu pengetahuan merupakan makam bagi setiap ide besar."
Baca: Shooting Film Dilan 1991 Bakal Dimulai, Inilah Daftar Artis Pemeran Baru, Ada Kakak Vanesha
Baca: TERBARU! Alami Gangguan Emosional, Selena Gomez Mendapat Perawatan Kesehatan Mental
Tidak ada yang percaya
Namun tidak ada penemu medis abad ini yang mengalami segi negatip ilmu pengetahuan seperti Alexander Fleming. Padahal saat ia mulai melakukan tugas riset, dokter anak petani yang lahir tahun 1881 itu sama sekali bukan dokter yang suka "aneh-aneh". Ia seorang dokter yang terpandang di Inggeris.
Ia berhasil menyelesaikan studinya dengan baik di London. Ia juga berhasil melakukan riset tentang bakteri, basil dan daya dalam tubuh yang bisa melawan penyakit, dalam laboratorium bakteriologi terkemuka Sir Almroth Wright.
Ia juga terkenal karena daya amatnya yang tajam, pengetahuan analitis dan kemampuannya untuk menyatakan dengan jelas apa yang mau dikatakan dalam tulisan-tulisan ilmiahnya. Berkat itu ia diangkat sebagai professor bakteriologi di "Lembaga Kerajaan untuk ilmu bedah" di London pada tahun 1925.
Namun nama baik sebelumnya ini sama sekali tidak ada artinya ketika ia pada suatu hari di bulan Agustus tahun 1928 menemukan sesuatu yang baru. Tidak ada yang mempercayainya.
Baca: Kisah Haru Dibalik Pertemuan Ustaz Abdul Somad dan Wildan Bocah SD yang Langsung Peluk Saat Jumpa
Baca: Jadwal Liga Inggris Minggu Ini: Ada Bigmatch Sabtu Sore
Jamur tak diundang
Pada saat itu Professor Alexander Fleming sedang sibuk menyelidiki staphylokok, penyebab nanah yang berbahaya. Untuk tujuan riset ia membiakkan biang keladi itu dalam mangkok-mangkok gelas yang disebut tempat petri. Ketika ia pada hari bulan Agustus itu memeriksa mangkok-mangkok kultur itu ternyata terbentuk suatu jenis jamur.
Setiap ahli riset lain akan membuang mangkok-mangkok itu ke dalam keranjang sampah. Soalnya karena jamur menjadi pertanda bahwa kerjanya kotor, dan merupakan suatu celaan bagi seorang bakteriolog.
Namun Fleming sudah terbiasa dengan kejadian-kejadian seperti itu. Karena penyelidikannya tidak mendapat subsidi, dari rumah sakit St. Mary's, ia terpaksa bekerja di sebuah laboratorium kecil yang rupanya lebih mirip dengan gudang apotik dan sama sekali tidak bersih. Perlengkapannya juga apa adanya.
Setiap kali Fleming mau membuka sebuah piring petri untuk diperiksa, ia sudah harus memperhitungkan kemungkinan ada kotoran yang masuk dari udara. Dengan cara itu semestinya spora jamur itu bisa masuk kultur penyebab nanah itu.
Tetapi Alexander Fleming tidak segera membuang hasil kultur jamuran itu. Ia memperhatikan dengan saksama perkembangan jamur tersebut. Selama ini semua terjadi serba kebetulan, tetapi sekarang Fleming tergugah untuk mengetahui lebih lanjut.
Lebih lama ia memperhatikan kultur ternoda itu, lebih tertarik hatinya. Lingkaran-lingkaran sekeliling jamur itu telah memusnahkan penyebab nanah itu. Rupanya jamur itu telah menghasilkan suatu bahan yang bisa memusnahkan staphylokok.
Dan bahan seperti itulah yang dicari-cari oleh para dokter di seluruh dunia selama puluhan. tahun.
Baca: Ustaz Abdul Somad Beri Nama Siti Zahra kepada Anak Suku Anak Dalam yang Masuk Islam. Ini Artinya
Baca: 5 Film Korea Ini Kisahkan Tentang Perjuangan Atlet, Ada Film D.O EXO Juga, Kamu Sudah Nonton?
Fleming mengambil piringan petrinya dengan kedua tangannya lalu lari ke ruangan laboratorium rumah sakit St. Mary untuk menceritakan hal ini kepada rekan-rekannya. Bersama dengan mereka ia selama perang dunia 1 dari tahun 1914 — 1918 bekerja 18 jam sehari dalam sebuah laboratorium perang di Perancis untuk mencari obat melawan staphylokok.