Advertorial

Sensasi Berjalan di Kawasan Ekowisata Pantai Solop, Didukung Tracking Kering 1.500 Meter

Sensasi Berjalan di Kawasan Ekowisata Pantai Solop, Didukung Tracking Kering 1.500 Meter

Editor: harismanto
Foto/istimewa
Sensasi Berjalan di Kawasan Ekowisata Pantai Solop, didukung tracking kering 1.500 meter 

BERADA di pesisir timur Provinsi Riau atau tepatnya di Desa Pulau Cawan, Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), hutan mangrove tumbuh liar sekitar 40 km persegi di kawasan Ekowisata Pantai Solop dan menjadi bagian dari seratus ribu lebih hektare hutan mangrove di Inhil.

Namun yang menjadikan mangrove pantai solop spesial adalah terdapat berbagai flora dan fauna langka khas hutan magrove yang tentu saja menjadi daya tarik alami bagi sejumlah wisatawan lokal maupun mancanegara.

Jenis flora seperti teruntum bunga putih, teruntum bunga merah, piyai, bakau minyak atau daek, lenggadai, kedabu, tumu, perepat, nyirih, nyirih batu, tengar dan api-api, akan sangat mudah ditemui di hutan mangrove yang terletak persis di belakang bibir pantai seresah Solop.

Berjalan di antara tanaman mangrove yang tumbuh liar dan diperkirakan sudah berusia puluhan tahun ini, tentu saja mempunyai sensasi tersendiri.

Terlebih lagi bagi pencari suasana tenang, teduh, asri serta jauh dari kebisingan hingar-bingar kota yang membosankan.

Untuk menikmati semua keindahan dan keunikan alami hutan mangrove ini, para pengunjung tidak perlu khawatir dengan membayangkan hutan mangrove pada umumnya.

Karena Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) telah menyiapkan tracking kering (jerambah) bagi wisatawan untuk menikmati hutan mangrove nan molek ini.

Dengan panjang 1.500 meter, tracking kering ini membentang persis di bawah rimbunan pohon-pohon bakau alami yang tumbuh tinggi menjulang.

Sensasi Berjalan di Kawasan Ekowisata Pantai Solop, didukung tracking kering 1.500 meter
Sensasi Berjalan di Kawasan Ekowisata Pantai Solop, didukung tracking kering 1.500 meter (Foto/istimewa)

Melalui tracking inilah, para wisatawan bisa dengan nyaman menikmati akar saling silang pohon bakau berketinggian mencapai 2 meter.

Wisatawan juga bisa menikmati hutan mangrove dari ketinggian melalui menara pantau yang dibangun setinggi 12 meter tepat di tengah area hutan mangrove.

Dengan ketinggian yang hampir persis dengan tingginya pohon yang ada di sana, tentu saja memberikan sudut pandang berbeda bagi wisatawan.

Apalagi rimbunnya pohon di kawasan hutan mangrove ini menjadi surga bagi satwa-satwa liar, antara lain, elang bondol, elang laut, bangau tontong dan monyet-monyet yang bergelayut di pohon akan sangat mudah dijumpai di balik rerimbunan hutan mangrove.

Tak hanya sampai di situ saja, sudut pandang berbeda juga tersaji melalui sungai kecil bernama Sungai Keceng yang membentang di tengah rerimbunan hutan mangrove di kawasan ekowisata Solop ini.

Inilah yang dinamakan tracking basah, track alami yang memang sudah disiapkan oleh sang pencipta dan bisa dinikmati oleh wisatawan menggunakan sampan kecil (jongkong) milik masyarakat.

Jika air pasang tiba, wisatawan bisa menyusuri sungai ini untuk menikmati akar tunjang mangrove yang menjurai terjuntai di kiri kanan sungai.

Tidak hanya menyusuri sungai untuk menikmati keindahan alami hutan mangrove, wisatawan juga bisa menikmati dan mencoba berbagai sensasi lain di kawasan tracking basah ini.

Wisatawan bisa mencoba menangkap kepiting bakau (ketam), atau juga disebut mangrove crab, mud crad yang memiliki capit atau sepit besar yang berkembang biak secara alami disela-sela akar tunjang hutan mangrove yang di kawasan ini dengan alat tangkap bernama pento.

Dilengkapi Fasilitas Gazebo

Di kawasan Ekowisata Pantai Solop ini, wisatawan juga bisa menikmati sensasi mencari lokan jenis mollusca yang kulit dan dagingnya lebih besar dari kerang dara di lopak antara rerumpunan batang piyai.

Selain itu, sensasi menangkap siput borongan dan siput hisap juga menanti wisatawan, untuk selanjutnya dimasak dan dinikmati bersama-bersama sebagai menu makan siang setelah lelah menyusuri sungai Keceng ini.

Di kawasan ini juga menyajikan tantangan bagi wisatawan yang memiliki hobi memancing, sehingga spot ini layak untuk dicoba.

Sentakan ikan sembilang yang parasnya serupa ikan lele dengan sengat patil yang beracun akan menjadi tantangan sendiri bagi pemancing di sungai ini.

Khusus bagi para pemancing yang masih penasaran, bisa keluar dari anak sungai Keceng untuk menuju Kuala Igal, Kuala Pelanduk dan Kuala Mandah untuk melanjutkan petualangan menunggu sambaran ikan senangin, kakap, kurau, senonggang, pari dan lainnya.

Keindahan alami hutan mangrove yang berada di kawasan ekowisata Solop ini bisa dinikmati oleh wisatawan dengan menempuh jarak sekitar 75 menit speedboat dari Kota Tembilahan, Ibu Kota Kabupaten Inhil.

Atau bisa juga ditempuh sekitar 6 jam menggunakan jalan darat dari Ibu Kota Provinsi Riau, Pekanbaru.

Bagi wisatawan yang sekadar ingin istirahat dan menginap, jangan khawatir karena untuk menunjang dan memanjakan para wisatawan disediakan fasilitas gazebo dan homestay di kawasan ekowisata ini.Keramah-tamahan masyarakat setempat yang rata-rata berprofesi sebagai nelayan siap menyambut wisatawan dengan senyuman.

Dengan segala keunikan dan kealamian dan keasriannya, maka tidak heran bila suasana hutan mangrove yang ada di sekitar Pantai Solop Desa Pulau Cawan, membuat terkesima para wisatawan.

Sensasi Berjalan di Kawasan Ekowisata Pantai Solop, didukung tracking kering 1.500 meter
Sensasi Berjalan di Kawasan Ekowisata Pantai Solop, didukung tracking kering 1.500 meter (Foto/istimewa)

Dikunjungi Konsulat Malaysia

Seorang wisatawan, mengatakan, mangrove yang ada di kawasan ekowisata Pantai Solop sangat berbeda karena banyak sekali jenis mangrove-nya.

“Bagus sekali ini hutan mangrove-nya, di Bali saja gak seperti ini bagusnya, tapi karena sudah diketahui dunia luar makanya ramai di sana,” ujar Andik saat tiba di kawasan eko wisata Pantai Solop beberapa waktu lalu.

Tidak hanya pengunjung dalam negeri, Konsulat Malaysia Pekanbaru yang secara langsung mengunjungi Pantai Solop beberapa waktu lalu, mengakui keasrian hutan magrove
Pantai Solop.

“Suasana hutan bakau yang ada di Pantai Solop, seakan-akan berada dikampung halaman sendiri,” imbuhnya.

Sementara menurut Kepala Desa (Kades) Pulau Cawan, Said Hairul, pengunjung hutan mangrove maupun Pantai Solop di kawasan ekowisataini, akan meningkat tajam pada saat hari libur dan hari besar.

“Sekarang ramainya hari minggu,tidak hari sabtu lagi. Yang paling ramaiitu di hari ketiga Idul Fitri,” ujarnya. (adv)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved