Lion Air Jatuh
Kisah Sertu Marinir Hendra Syahputra Penemu Black Box Lion Air JT 610, Sempat Minta Doa Keluarga
Nama Sertu Marinir Hendra Syahputra menjadi perbincangan setelah menjadi penemu black box atau kotak hitam dari pesawat Lion Air JT 610
Penulis: Fernando | Editor: Budi Rahmat
Laporan Wartawan Tribundumai.com, Fernando Sikumbang
TRIBUNDUMAI.COM,DUMAI- Nama Sertu Marinir Hendra Syahputra menjadi perbincangan setelah menjadi penemu black box atau kotak hitam dari pesawat Lion Air JT 610, Kamis (1/11/2018).
Prajurit dari Batalyon Intai Amfibi 1 Marinir ini menemukannya dalam upaya pencarian bersama tim gabungan. Keluarga Hendra di Dumai mengaku bangga dengan keberhasilan tersebut.
Baca: Marinir Kelahiran Dumai Riau Temukan Black Box Lion Air JT-610 yang Jatuh di Tanjung Kawang
Baca: Kronologi Sertu Marinir Hendra Temukan Black Box Lion Air di Laut, Lawan Arus dan Gali Lumpur
Baca: Sosok Sertu Marinir Hendra yang Temukan Black Box Lion Air di Laut, Ramah dan Hobi Sepeda Cross
Hendra ternyata sempat meminta doa kepada keluarga saat hendak melaksanakan tugas.
Pria 33 tahun meminta dia agar proses pencarian kotak hitam berhasil. Ternyata Hendra pun menuntaskan tugas bersama rekan-rekan dari tim pencarian.
"Dia bilang minta doa Rabu malam lewat WA saja. Alhamdulillah Hendra bertugas dengan baik," ujar Ayah Hendra, Kaidirman kepada Tribun, Kamis petang.
Pria 65 tahun mengaku Hendra kerap minta doa restu sebelum menjalani tugas.

Terutama tugas penyelamatan. Ia kadang memintanya lewat telepon atau mengirim pesan singkat.
Kadir bangga dengan keberhasilan Hendra. Sebab Hendra bersama tim sudah menemukan kotak hitam pesawat naas yang jatuh awal pekan lalu. Ia pun tidak sanggup menahan rasa bangga kala melihat putranya dari layar televisi.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai montir ini melihat putranya memberi keterangan seputar penemuan kotak hitam tersebut di satu stasiun tv swasta.
Pria berkumis ini mengaku sedang memperbaiki mobil saat putranya diwawancarai.
"Jadi saya lihatlah berulang ulang di tv," ulas pria berkumis ini.
Pria disapa Kadir menyapa putranya dengan sebutan Een. Ia mengaku Een adalah sosok yang ramah dan tangguh.
Anak keempat dari lima bersaudara ini gabung dengan marinir pada tahun 2005 silam. Ia tidak menyangka putranya bakal jadi bagian korps baret ungu.
Een ternyata mendaftar masuk TNI AL secara diam-diam. Alumnus SMAN 2 Dumai sempat menganggur satu tahun pasca lulus sekolah. Lamaran kerja darinya kerap ditolak.
Ia pun memilih ujian masuk TNI AL. Tapi Een tidak memberitahu bakal mendaftar ujian masuk TNI AL. Ia baru berterus terang kepada orangtuanya tepat saat hendak seleksi masuk TNI AL di Medan.
"Jadi dia tak bilang-bilang waktu daftar. Abang dio yang disuruh antar dokumen ke Medan," kenangnya.
Kadir mengaku bahwa pria kelahiran 10 Juni 1985 memang sudah hobi berenang sejak kecil. Ia kerap berenang di sungai. Lantaran air di rumahnya tidak bersih.

Sejam kecil, Een juga sering bergaya seperti tentara. Ia sering disebut tentara kecik oleh keluarganya. Panggilan itu ternyata menjadi doa terbaik dari keluarga.
Saat sekolah, Een juga pernah bergabung dengan paskibra. "Jadi memang dio hobi sejak kecik," tutur pria berkumis.
Ayah satu anak itu ternyata punya segudang prestasi. Ia ternyata pernah jadi bagian pasukan pengamanan PBB di Libanon. Bahkan pemah ambil bagian dalam latihan tempur dengan tentara dari Amerika Serikat.
Een juga sering bertugas dalam upaya penyelamatan. Di antaranya evakuasi korban kecelakaan pesawat sukhoi di Gunung Salak dan tenggelamnya kapal di Danau Toba beberapa waktu lalu.
Walau demikian, saat momen lebaran Een sempat menjumpai keluarga di rumah orangtuanya di Gang Murni II, Jalan Sultan Hasanuddin, Kota Dumai. Een cuma empat hari di rumah. "Waktu itu dia rupanya tugas untuk membantu evakuasi di Danau Toba," terang Kadir. (fer)