Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Siak

INSPIRASI, Motivasi Jadi Penulis Produktif Ratih Guru dari Siak Berawal dari Kebiasaan Browsing

Proses kreatifnya dalam menulis buku kini menjadi pujian para guru, organisasi guru PGRI dan pemerintah.

Penulis: Mayonal Putra | Editor: Afrizal
tribunpekanbaru/mayonal
Ratih Uswatun Khasanah (35). Guru Fisika pada MAN 1 Siak yang telah menulis 3 buku. 

Laporan Wartawan Tribunsiak.com, Mayonal Putra

TRIBUNSIAK.COM, SIAK - Selalu ada keajaiban dalam hidup ini.

Seperti banyak orang sukses, yang merasakan keajaiban itu datang setelah berjuang dalam waktu panjang.

Hal tersebut ternyata juga dirasakan Ratih Uswatun Khasanah (35).

Guru Fisika pada MAN 1 Siak itu tidak pernah menyangka bakal menjadi seorang yang diperhitungkan pada bidang lain.

Ternyata, kualitas hidupnya menanjak setelah berhasil menulis buku, 2017 lalu.

Proses kreatifnya dalam menulis buku kini menjadi pujian para guru, organisasi guru PGRI dan pemerintah.

Karena Ratih, panggilan akrabnya, tidak hanya sedang berproses untuk dirinya sendiri.

Namun juga untuk memberikan contoh serta mengawal gerakan literasi dari Siak.

Baca: Kisah Petembak Riau Berlatih di Dapur tapi Mampu Pecahkan Rekor Nasional  di Lapangan Tembak Senayan

Baca: Kisah Cewek Cantik Asal Pekanbaru yang Suka Blues, Banyak Cowok-cowok yang Minta Foto Bareng

Meski demikian, ia juga tidak meninggalkan perannya sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya.

10 tahun lalu, Ratih baru mengajar di Siak Sri Indrapura.

Awalnya mengabdi di SD Sains Tahfizh Islamic Center Madinatul Ulum, 2008 hingga 2010.

Sejak 2009 sampai saat ini ia mengajar di MAN 1 Siak.

"Selama 10 tahun saya berada di Siak, baru berani merampungkan 1 buku, pada 2017 lalu. Seandainya saya mulai dari awal lagi tentu sudah banyak buku yang lahir, tapi itulah proses hidup," kata Ratih, Jumat (30/11/2018).

Kini, ia termasuk salah satu guru yang produktif dalam menulis.

Sehingga mendapat piagam penghargaan dari Bupati Siak Syamsuar.

Bagi Ratih, menulis meninggalkan warisan literasi kepada anak-cucunya.

Sehingga kualitas dan intelektualitas dalam keluarga besarnya dapat dipelihara sepanjang masa.

Baca: Kisah Caleg Cantik Asal Riau, Pernah Dipeluk Ibu-ibu sambil Menangis

Baca: KISAH Guru di Bengkalis Melewati Jalan Berlumpur, Sempena Hari Guru Nasional

"Saya ingin meninggalkan warisan buah pemikiran kepada anak-cucu, serta ingin berpartisipasi dalam gerakan literasi nasional," kata dia.

Sebelumnya ia tak pernah berfikir menjadi seorang penulis.

Berawal dari kebiasaan berselancar di internet, serta aktif di sosial media, Ratih mendapatkan motivasi untuk menulis serius.

Karena di sosial media juga meluncurkan ide-ide dari beragam literatur yang didapat.

"Ketimbang hanya di medsos, mending dicoba serius untuk buku. Prosesnya memang tidak instan, tetapi berhasil," kata dia

Ketika semangat bekerjanya berada pada titik terendah, ia mencari postingan motivasi, prestasi serta memuhasabah diri sendiri.

Bagi dia, mencari cara untuk membangun semangat seperti memasukkan vitamin ke dalam tubuh.

Sebuah buku "Jejak Fisikawan Muslim" yang diterbitkan akhir 2018 lalu memjadi buku pertama dia.

Ia mengaku terinspirasi untuk menyiarkan fakta, bahwa ilmuwan Muslim lebih dahulu mewarnai dunia sains dan teknologi.

"Tetapi kehadirannya kurang dikenal dunia," kata dia.

Awal 2018, Ratih melahirkan buku ke-duanya.

Baca: POTRET Guru dan Murid SD di Riau, Terpaksa Singsingkan Rok dan Jinjing Sepatu Masuk Gedung Sekolah

Baca: 5 Kisah Guru yang Menyedihkan di Indonesia, Dibui karena Mencubit hingga Tewas Dianiaya Murid

"Pesona Optika di Angkasa Raya" sebuah buku hasil “kawin silang” antara fisika dan geografi.

Kemudian juga diluncurkannya "Teka-Teki Fisika" buku yang bergenre buku pelajaran.

Buku ini berisi soal-soal fisika yang disajikan secara kreatif dalam bentuk teka-teki silang, tebak tokoh, tebak alat, dan lain sebagainya.

"Tujuan diterbitkan buku itu sebagai suplemen pembelajaran fisika dalam kelas," kata dia.

Selain itu, Ratih juga tergabung dalam 3 buku lainnya, yang ditulis secara bersama.

Antologi Guru Penulis, Guru VIP (bersama komunitas Gerakan Nasional Satu Guru Satu Buku), Antologi Puisi Guru (bersama komunitas perkumpulan rumah seni Asnur, dalam rangka mencetak rekor MURI: Gerakan 1000 Guru Menulis Puisi), dan Antologi Guru Penulis bersama komunitas Guru Pembelajar provinsi Riau.

Sebelumnya, perempuan kelahiran Purworejo itu juga pernah mempublikasikan karya tulisnya dalam jurnal tingkat provinsi ber-ISSN, yaitu Jurnal Al-Mafahim.

Untuk menjaga semangat menulis, ada beberapa kata mutiara yang selalu tersimpan dalam catatan pribadinya.

Kata mutiara itu ia kutip dari Ali Bin Abi Thalib, yakni “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”.

Beragam tangkai lomba dalam dunia tulis menulis juga telah diikutinya.

Seperti kompetisi karya sastra bertema “Stop The War” Penerbit Perahu Litera dan Lomba Cipta Puisi bertema “Arti Sebuah Nama” Nasional, Penerbit Jejak Publisher.

Ia juga pernah meraih penghargaan dari Gubernur Riau bersama Media Guru Indonesia.

Tak hanya itu, perempuan berhijab itu sekaligus Pegiat Literasi provinsi Riau 2018.

Ia juga meraih juara 2 Guru Berprestasi tingkat provinsi Riau dalam ajang Anugerah Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah 2018 dari Kantor Wilayah Kementerian Agama provinsi Riau.

Terakhir ia menyabet anugerah Guru Penulis dari Bupati Siak pada HUT PGRI 2018.

Selain itu perempuan yang menghabiskan masa kecil di Timor Leste ini telah membuat model pembelajaran yakni Susunan Rangkaian Pegas sebagai Alat Praktikum Fisika Materi Pembelajaran Hukum Hooke, 2015 dan Papan Luncur sebagai Media Praktikum Usaha dan Energi di tahun 2017.

"Saya ingin Kabupaten Siak merupakan kabupaten yang ramah literasi, sehingga banyak penulis yang lahir ke depannya," kata dia. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved