Di Negara Ini Warganya Hanya Butuh Tebu untuk Kebutuhan Listrik
Di negara kecil ini warganya mampu merubah tebu menjadi bahan bakar listrik.Mereka mengolah tebu yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk penerangan.
Akhirnya, dikeringkan dan dimasukkan ke pembangkit listrik panas dengan suhu 500 derajat Celsius sehingga memicu turbin yang menghasilkan listrik untuk pabrik dan jaringan nasional.
"Listrik tersedia 24 jam sehari, sesuai permintaan, tanpa harus menunggu angin atau matahari, karena kita dapat menyimpan ampas tebu seperti halnya minyak dan batu bara," kata Jacques D'Unienville, manajer Omnicane. Lalu bagaimana soal gas rumah kaca karbon dioksida yang dihasilkan oleh pembakaran?
D'Unienville mengatalan, gas pembakaran diambil dan digunakan untuk menambahkan ruap ke minuman ringan.
Penurunan jumlah petani Penurunan harga gula sejak Uni Eropa mengakhiri kuota impor pada 2017 dan peningkatan produksi di Thailand, Brasil, dan India, membuat petani tebu di Mauritius tertekan.
Sekjen Kamar Dagang Mauritius Jacqueline Sauzier mengatakan, harga gula yang anjlok menjadi pukulan fatal bagi industri lokal.
"Jumlah petanu kecil telah turun dari 26.000 pada 2010 menjadi 13.000 pada 2018," kata Menteri Pertanian Mahen Kumar Seeruttun. Lalu apakah Mauritius akan mampu menghasilkan cukup tebu untuk mencapai targetnya?
"Kami membutuhkan akses yang dilindungi ke pasar preferensial. Negara-negara kecil harus memiliki kuota sebagai prioritas karena kami sangat rentan," tutur D'Unienville.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Negara Kecil di Samudra Hindia Pakai Tebu untuk Hasilkan Listrik",