Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Tsunami Banten dan Lampung Selatan

Kisah Ustaz Abror Tersangkut Kabel Listrik dan Selamat dari Tsunami Selat Sunda

Setelah air laut surut hingga dengkul ia teringat istri dan ke empat anaknya masih berada di dalam kamar.

Editor: M Iqbal
BNPB
Rumah-rumah warga dan fasilitas umum hancur pasca tsunami yang melanda pesisir Pandeglang, Banten, Sabtu (22/12/2018) malam. 

"Umi, umi dimana, nak-nak," kata Ustaz dengan suara bergetar.

Tidak lama ia mendengar suara anak pertamanya bernama Lutfathun Nisa (13) memanggil. Suara itu ternyata berasal di bawah timbunan sampah, kayu, dan material bangunan yang tersapu dan terbawa air laut.

Saat sedang menyingkirkan sampah bangunan yang tingginya lebih dari satu meter itu ia menemukan sejumlah kerabat dan tetangganya. Salah satunya Suhartini yang tak lain adalah keponakannya dalam posisi tergencet. Namun nahas keponakannya itu tidak terselamatkan

"Anak saya masih belum kelihatan, ponakan saya di bawah, saat itu ia masih komunikasi, cuma dia bilang saya sudah tidak akan lama lagi," katanya.

Setelah menemukan salah satu anaknya, ustaz Abror lalu mencoba mengangkat tumpukan material bangunan yang menghimpit sejumlah keluarganya. Dengan badan penuh luka, tidak banyak benda yang ia bisa singkirkan.

"Saya sudah berusaha menyelamatkan, cuma kita kemamapuan terbatas, engga mungkin mengangkat tumpukan sebesar itu. Saya hanya menyebut 'ya Allah, saya datang ke sini bukan untuk maksiat, saya untuk ibadah menghibur keluarga saya, menggemberikan keluarga saya. Berilah kami keselamatan'," katanya.

Sekitar satu jam setelah kejadian datangah sejumlah orang untuk mengevakuasi. Ia kemudian berjalan sambil menggendong anaknya yang paling besar. Saat sedang berjalan ia melihat anak ketiganya Muhamad Ali Rido (4) sedang digendong polisi.

Dengan penerang terbatas anak ketiganya itu lalu memanggilnya. Saat itu kondisi Ustaz Abror tidak bisa membawa ke dua anaknya sekaligus. Ia lalu meminta kepada Polisi, untuk mengantarkan anaknya itu ke Puskemas.

"'Abang (Alif ridho) ini abi, dia jawab 'abi dimana', saya bilang, 'abang maaf Abi tidak bisa tolong abang sekarang'. Saya cuma bisa berdoa selamatkan lah anak saya," katanya.

Dengan kondisi sekelilinya porak poranda, Ustaz Abror baru dievakuasi ke Puskesma sekitar Minggu dini hari pukul 01.00 Wib. Begitu tiba di sana, sudah banyak korban yang sedang dirawat.

Tanpa handphone dan kerabat yang dikenali di Puskesmas yang letaknya sudah hampir masuk Kabupaten Pandeglang itu, ustaz Abror hanya bisa pasrah. Pada pukul 11 siang, ia baru mengahui bahwa anak pertama dan ketiganya selamat, namun nahas anak ke dua, ke empat, serta sang istri meninggal dunia.

Tidak ada Firasat

Ustaz Abror (38) mengaku tida ada firasat sama sekali sebelum Tsunami menerjang penginapannya di Kawasan Mutiara Ancol, pada Sabtu malam (22/12/2018). Termasuk firasat bahwa istri dan dua anaknya akan meninggal. 
Saat berangkat liburan di hari kejadian sang Ustaz mengaku dalam kondisi berbahagia. Ia dan keluarganya bercanda dan besolawat di dalam mobil. Apalagi liburan itu menurutnya merupakan momentum berkumpul ia dan keluarganya, karena anak pertamnya belajar di pondok pesantren.

"Tidak ada firasat apapun, kami dalam kondisi berbahagia, kara saya selalu tekankan kepada keluarga saya kalau liburan tidak boleh membuat kesel atau jengkel, sehingga bisa bahagia," katanya.

Begitu pula dengan sikap istrinya, Siti Nur Alfisyah (36). tidak ada perubahan sikap atau apapun dari sang istri yangsehari-hari berprofesi sebagai ibu rumah tangganya ittu. Sang istri yang merupakan anak ke 4 dari 9 bersaudara tersebut selalu tampak riang termasuk saat melanunkan Solawat dalam perjalanan menuju pantai Carita.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved