Kenapa Seseorang Sampai Hati Membunuh Orang Lain, Simak Penjelasan Psikolog Violetta Hasan Noor

Pada saat seseorang itu melakukan pembunuhan, dia sudah kehilangan kesadaran atas apa yang dilakukannya.

Penulis: Rizky Armanda | Editor: Afrizal
Foto/Istimewa
Psikolog anak, Violetta Hasan Noor 

TRIBUNPEKANBARU.COM- Orang yang melakukan pembunuhan, sebenarnya ada berbagai motif yang melatarbelakanginya.

Tapi biasanya pada kebanyakan kasus, pembunuhan dilakukan lantaran adanya faktor atau unsur rasa marah yang luar biasa.

Orang yang sudah dikuasai amarah, terkadang sudah tidak bisa lagi berpikiran secara jernih.

Biasanya yang paling ekstrim, sampai melakukan pembunuhan.

Cenderungnya, pada saat seseorang itu melakukan pembunuhan, dia sudah kehilangan kesadaran atas apa yang dilakukannya.

Karena dikuasai emosi yang tak terkendali, dia akhirnya tak bisa berpikir rasional.

Tak bisa membedakan bahwa apa yang dilakukannya salah atau tidak.

Kebanyakan orang yang mencapai puncak marah seperti itu (hingga membunuh), kebanyakan kasus dia tidak punya kemampuan dalam mengendalikan emosi.

Jadi cenderungnya, pembawaan karakternya agresif.

Baca: Penculik dan Pembunuh Anak 5 Tahun di Perawang Siak Ungkap Ayub Ternyata Bukan Targetnya

Baca: Penculikan Bocah di Perawang Siak, MS Cekik Sepupunya Sampai Tewas karena Panik Ayub Teriak

Dalam kasus pembunuhan seperti ini, pelaku berada dalam keadaan panik.

Memang sebelumnya, ada unsur marah dan tidak senang, akhirnya melakukan penculikan.

Sampai dia mencekik korban.

Secara Psikologis dalam situasi ini, orang yang panik, dia berada dalam keadaan takut.

Kaitannya juga, bisa jadi dia berbuat seperti itu lantaran masa lalu.

Karena diabaikan, kurang perhatian, tidak dihargai.

Inilah yang pada ujungnya menyebabkan dia nekat bertindak seperti itu.

Biasanya anak yang iri, dia tidak punya kemampuan yang membanggakan.

Baca: Pembunuhan Anak 5 Tahun di Perawang Kasus Kriminal Paling Menonjol di Siak Selama Tahun 2018

Baca: 6 Kasus Penculikan di Riau, Korban Mulai Mahasiswi hingga 6 Anak Dimutilasi di Perawang

Dia ingin diakui dan diperhatikan namun akhirnya melakukannya dengan cara yang tidak benar.

Meskipun pelaku dan korban masih punya hubungan kekeluargaan, namun tingkat kejahatan sampai melakukan pembunuhan, hubungan antara pelaku dan korban tidak jadi jaminan.

Justru yang bisa sampai melakukan seperti itu, yang ada hubungan keluarga, orang yang kenal atau orang dekat.

Karena pelaku sudah mengetahui alur dan aktivitas calon korbannya.

Dalam kasus pembunuhan ini, yang dilihat bukan faktor adanya hubungan keluarga tapi faktor individu itu sendiri.

Hubungan kekeluargaan tidak jadi patokan.

Artinya, individual ini yang punya permasalahan.

Dia tidak punya kemampuan mengontrol diri.

Dia juga tidak bisa mengatasi permasalahannya, tidak punya kemampuan problem solving yang baik. Hingga melakukan cara instan, melakukan pembunuhan.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved