Siak
Sejarah Tangsi Belanda yang Lebih Tua dari Istana Siak, Hanya 2 Pasukan yang Pernah Memanfaatkannya
Pada 1958 silam, Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pecah, berawal dari Padang. Gedung-gedung itu diambil alih tentara PRRI
Penulis: Mayonal Putra | Editor: Afrizal
Pada 2018, Dinas PU Tarukim Siak, baru mendapatkan anggaran Rp 5 miliar.
Dua onggok bangunan peninggalan kolonial Belanda itu kini sudah tampak bagus.
Dinding sudah dicat putih bersih, lantai diperbaiki hingga daun pintu dan atap.
Meski belum selesai dan belum dibuka, kemajuannya sudah tampak.
Pada 2 bangunan itu, atapnya tidak lagi bocor.
Joe menyebut, di dalam Detail Engeenering Design (DED)nya, bangunan itu milik pemerintah yang diperuntukkan untuk pendidikan, penelitian sejarah dan kebudayaan.
Komunitas yang memperjuangkan bangunan-bangunan tua itu tidak rela jika suatu waktu gedung digunakan untuk kepentingan lain, pun sebagai kantor dinas.
Bupati Siak Syamsuar sudah meninjau bangunan itu pekan depan.
Ia senang dengan kondisi terkini Tangsi Belanda tersebut.
"Saya yakin, begitu ini kita buka untuk tujuan wisata, ini akan menjadi spot terbaru yang menakjubkan wisatawan," ujar Syamsuar.
Tangsi Belanda itu masuk ke dalam kawasan cagar budaya kesultanan Siak setelah Istana Siak.
Hal itu ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan SK Kementrian PUPR dalam penetapan Siak sebagai kota Pusaka.
"Ini kita buka, tahun ini untuk umum. Ini dijadikan spot terbaru deatinasi wisata di kabupaten Siak," kata dia.
Ia menjelaskan, pihaknya memperjuangkan pengembangan Tangsi Belanda, untuk memberikan destinasi bagi wisatawan.
Sehingga wisatawan tidak hanya terfokus pada Istana Siak saja.