Karhutla Riau
Panglima TNI Kerahkan Pasukan Ke Wilayah Titik Api di Riau: Mereka Akan Tidur di Sana
Jika memang diketahui ada titik api dan berpotensi kebakaran, maka segera akan ditindaklanjuti supaya tidak semakin membesar dan meluas.
Penulis: Rizky Armanda | Editor: Sesri
Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru: Rizky Armanda
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan, setidaknya ada tiga permasalahan yang harus segera ditindaklanjuti, terkait upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Riau.
Yang pertama dijelaskannya, selama ini early warning (peringatan dini) terkait kebakaran hutan itu tergantung dengan satelit.
Sedangkan satelit melaporkan posisi tirik api setiap 6 jam.
"Misalnya kebakarannya jam 7, diterima satelit 6 jam kemudian. Kalau sudah 6 jam kebakarannya tinggi (besar)," katanya.
Masalah kedua adalah ketika sudah diketahui posisi titik api, pasukan yang akan merapat ke wilayah kebakaran mengalami kendala transportasi.
Baca: Terpantau 8 Titik Panas di Kepulauan Meranti, Tim Siaga di Lokasi
Baca: Riau Siaga Kebakaran Hutan dan Lahan, Ratusan Desa Masuk Daftar Rawan, Ini Daftarnya!
Terakhir adalah alat untuk melakukan pemadamkan di titik api, jumlahnya sangat terbatas.
"Oleh sebab itu jawaban pertama adalah saya akan menempatkan personel di setiap titik yang berpotensi terjadinya kebakaran. Mereka akan tidur di sana, sambil berjaga kemungkinan akan terjadi kebakaran," tegas Panglima.
Lalu dilanjutkan dia, apabila di suatu wilayah terjadi kebakaran lahan, pasukan yang berada di dekat titik api tadi, akan memberikan informasi lewat radio.
Untuk kemudian dikirimkan pasukan lain dengan menggunakan helikopter.
"Sehingga saya akan menempatkan helikopter, seperti di Dumai," jelasnya.
"Disamping untuk mendukung transportasi pasukan, juga untuk mendukung logistik apabila kekurangan. Seperti minuman, bahan bakar, termasuk fuel (bahan bakar)," imbuh Hadi.
Dia menuturkan, besok pihaknya akan mengirim peralatan berupa pompa air yang punya kemampuan tinggi untuk bisa dioperasikan di wilayah yang terjadi kebakaran.
Jika memang diketahui ada titik api dan berpotensi kebakaran, maka segera akan ditindaklanjuti supaya tidak semakin membesar dan meluas.
"Selain itu apabila ada kita melihat wilayah gambut itu kering, maka akan kita basahi dengan peralatan yang ada, yang akan kita siapkan. Oleh TNI, Polri dan stake holder lainnya, yang membantu proses pemadaman. Segera kita kirim alatnya," ucapnya.
Hadi memastikan, jumlah prajurit TNI akan ditambah, guna menjaga lokasi titik-titik api.
"Mereka juga sebagai penindak kebakaran, jelasnya adalah operator-operator pompa air yang mereka ahli. Mereka ahli mematikan api yang ada di lahan gambut sampai ke yang paling dasar. Jadi jelas kita tambah kekuatan TNI dan Polri untuk diterjunkan di lapangan," beber Hadi.
Saat ditanyai berapa jumlah personel TNI yang terlibat, Panglima tidak bisa menyebutkan secara pasti.
"Nanti Danrem 031 segera menghitung kekuatan di sini (Riau) berapa, kemudian ditambah berapa. Akan langsung kita kirim dari Jakarta landing di Dumai, karena di Dumai ada landasan yang akan bisa kita pakai untuk mendaratkan pesawat Hercules," ucapnya.
Disinggung soal penindakan dan penangkapan terhadap pelaku pembakar lahan, Panglima memaparkan jika itu merupakan tugas utama dari Polri.
"Polri yang utamanya," jawab dia.
"TNI juga ikut pak?," tanya wartawan.
"Iya," ujar Hadi singkat sambil berlalu menuju ke dalam helikopter Super Puma yang sudah menunggunya. (*)