Berita Riau
KISAH Empat Cewek Cantik KETURUNAN TIONGHOA di Pekanbaru, Torehkan Prestasi Hingga Bekerja Part Time
Kisah empat cewek cantik keturunan Tionghoa di Pekanbaru, torehkan prestasi dari remaja hingga bekerja part time dari usia belia
Tari tradisional selalu dipertunjukkan dalam setiap penampilan maupun lomba yang diikuti.
Kemudian aliran tarinya berubah menjadi modern dance seiring berjalannya waktu.
"Waktu masuk SMP saya memilih ektrakurikuler modern dance bersama teman dekat. Mulai dari situlah aktif mengikuti dan latihan modern dance," ungkap Stephanie.
Semakin dipelajari, siswi jurusan IPS ini melihatnya modern dance sangat keren dan hendak bergabung menjadi tim dance di sekolah.
Namun usahanya untuj ikut bergabungan dengan tim dance ternyata tidak mudah.
Saat ikut seleksi ketika kelas 7 ia tidak lolos.
Lantas tak membuat dirinya putus asa dan rutin belajar modern dance sendiri melalui tutorial di aplikasi youtube.
Setelah kelas 8 Stephanie juga gagal ikut seleksi tim dance lantaran dirinya sakit saat audisi digelar.
Lagi-lagi harapannya untuk bergabung tim tari pupus.
Tapi kalau sudah rezeki tidak akan lari dan pasti sampai ke tangan pemiliknya.
Saat duduk di kelas 9 pelatih dance mendatanginya dan menawarkan untuk bergabung dengan tim tanpa seleksi.
Ternyata ia diminta untuk menggantikan teman dekatnya bernama chrestella.
Sebab kondisi tubuh chrestella kurang fit hingga harus berhenti menari dalam beberapa waktu.
"Satu sisi saya ya sangat bahagia dan semangat, tetapi bersamaan juga sedih karna teman baik saya malah keluar dari tim dance," tukasnya.
Kemampuan Stephanie dalam dunia modern dance semakin terasah setelah gabung dengan tim.
Hobinya terus dipupuk hingga duduk di bangku SMA.
Bahkan ia dipercaya sebgi kapten di tim dance dengan tanggungjawab yang cukup besar.
Awalnya ia ragu ,tapi berlandaskan kepercayaan diri yang kuat ia mampu membawa timnya memenangi juara dan membawa trofi setiap lomba.
Adapun prestasi yang telah diraih yakni harapan 3 pada acara Hilo, juara 1 HSBL, juara 1 EYF, juara 1 Toyota Expo, hingga juar 3 Asian Games.
Ia berharap kedepannya bisa lebih mendalami modern dance lagi khususnya secara individu.
Orangtuanya sangat mendukung hobi yang digelutinya.
Selain memenuhi kebutuhan hobi menarinya hingga menyediakan tempat untuk latihan di rumahnya.
Kisah Regina Virginia
Berawal dari anggapannya bahwa bisa mengikuti Aremso merupakan satu prestasi yang membanggakan.

meskipun langkah gadis berusia 16 tahun ini terhenti pada Aremso tingkat regional.
Namun hal itu membuat Regina lebih giat lagi belajar dan melatih diri agar kelak bisa mengikuti olimpiade bergengsi tersebut dan bercita-cita bisa menembus tingkat nasional hingga internasional.
Semua proses dan tahapan yang dijalaninya selama mengikuti Aremso dijadikan sebagai pelajaran yang sangat berharga dan motivasi diri untuk berjuang lebih giat lagi.
"Mungkin lain kali saya harus belajar lebih giat untuk sampai ke nasiona bahkan ke internasional. Sekarang cuman meraih The winner of district level for science grade," tutur siswi kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA) Darma Yudha Pekanbaru ini.
Regina awalnya tidak mau ikut olimpiade tersebut lantaran merasa tidak akan menang sampai ke tingkat selanjutnya.
Namun rasa minder itu ditepisnya berkat dukungan guru, sahabat, dan keluarganya.
Hasilnya, iapun mengambil formulir pendaftaran lomba dan percaya diri untuk ikut berkompetisi.
Siswi jurusan IPA ini diberikan beberapa soal latihan sains oleh gurunya.
Naskah soal tersebut terus dijawab dan dilatih di sela-sela waktu luangnya.
Saat seleksi di sekolah, ia menjawab soal-soal dengan baik dan meraih nilai tertinggi bersama seorang kakak kelasnya.
Mereka berdua kemudian menjadi perwakilan sekolah untuk ikut berlomba tingkat regional bersama peserta dari Provinsi Riau, Sumatera Barat, dan Kepulauan Riau.
"Saya mempersiapkan diri untuk mengikut lomba ke tingkat berikutnya. Belajar lebih giat lagi dan membahas soal-soal latihan," tukas wanita kelahiran 21 November 2002 ini.
Regina bersama temanya diberangkatkan sekolah dan menginap di hotel untuk mengikuti lomba.
Tiba hari perlombaan, ternyata soal yang disodorkan lebih susah dibanding seleksi sebelumnya.
Ia memiliki firasat tidak akan lolos ke tingkat nasional dan bisa berlomba ke Jakarta.
Ternyata benar, peserta dari provinsi lain meraih nilai lebih tinggi dibanding dirinya.
Harapannya untuk melawat ke Ibukota pupus pada saat itu setelah pengumuman.
Namun Regina meraih nilai tertinggi se-Provinsi Riau yang menjadikannya sebagai pemenang.
Prestasi itu tentu membuatnya bangga, termasuk sekolah dan orangtuanya.
Anak pertama dari empat bersaudara ini mendapatkan banyak pengalaman dan manfaat selama ikut lomba, terlebih bagi dirinya sendiri.
Keyakinan ditambah doa dan semangat dari orang lain menjadi modal tambahan untuk meraih cita-cita.
Regina lebih bijak menggunakan waktunya dalam belajar dan menggali pelajaran yang didapat dari sekolah.
Kisah Irene Santika
Kisah siswi cantik asal Pekanbaru bekerja part time dari remaja 13 tahun hingga gadis 17 tahun untuk mengisi waktu luang dan cari pengalaman.

Cewek cantik itu adalah Irene Santika, ia adalah siswi di SMA Darma Yudha Pekanbaru yang kini sudah berusia 17 tahun.
Gadis cantik ini sudah mulai bekerja part time sejak ia masih remaja 13 tahun hingga kini sudah gadis 17 tahun.
Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat bagi pemilik nama Irene Santika ini adalah pilihan yang bagus.
Masa-masa libur dipergunakan Irene untuk aktivitas yang jarang dilakukan orang seumurannya.
Sisiwi sekolah Menengah Atas (SMA) Darma Yudha ini memilih bekerja paruh waktu atau part time jika memasuki libur semester atau libur kenaikan kelas.
Bahkan bekerja part time ini sudah dilakoninya waktu masih berusia 13 tahun dan berlangsung hingga dirinya saat ini memasuki umur 17 tahun.
Keputusan bekerja senggang waktu ini sangat sedikit dilakukan teman-temannya.
"Daripada saya menonton film atau menghabiskan uang. Lebih baik menambah pengalaman," beber pelajar kelas 11 jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ini.
Irene menceritakan, saat usianya 13 tahun ia bekerja di sebuah restoran yang tidak dikenalnya sebagai kasir sekaligus pelayan.
Ketika itu sepupunya mengabarkan kepadanya jika sebuah restoran langganannya membutuhkan pekerja untuk posisi kasir.
Tanpa ragu-ragu Irene langsung mencoba kesempatan itu untuk bekerja selama libur sekolah.
Selama dua bulan gadis remaja itu merasakan bagaimana mencari rezeki setiap hari dari jam 11.00 sampai pukul 17.00 wib.
Tak hanya itu saat usia 15 tahun, anak pertama dari dua bersaudara ini kembali bekerja disebuah restoran cepat saji dengan posisi serupa, kasir dan pelayanan.
Kali ini restoran tersebut milik sepupunya.
Atas pengalaman yang dimiliki sebelumnya, dengan mudahnya ia menjalani pekerjaan itu selama libur sekolah.
Dari dua pekerjaan yang digelutinya itu, Irene mendapatkan uang sebagai gaji.
"Sebenarnya bagus untuk self development, tak perlu gengsi. Uangnya saya simpan untuk kuliah nanti," tukas perempuan kelahiran Pekanbaru 20 November 2002 ini.
Banyak manfaat yang dirasakan Irene ketika ia memilih bekerja paruh waktu.
Ia lebih percaya diri, bisa mandiri, cepat mengambil keputusan di satu kondisi.
Kemudian ia lebih teliti dalam mengerjakan sesuatu, rasa tanggung jawab dan kedisiplinannya semakin meningkat.
Orangtuanya sangat mendukung kebijakannya itu, karena melihat pengalaman yang didapatkan tak dapat dinilai dengan uang meskipun gajinya tak seberapa.
Bahkan teman-temannya yang mengetahui dirinya bekerja part time merasa salut kepadanya.
Sebab anak seumurannya tak pernah berfikir untuk demikian dan kebanyakan untuk sekolah dan bersenang-senang saja.
Kelak setelah tamat sekolah dan kuliah, Irene tetap akan mencari pekerjaan paruh waktu jika memungkinkan.
Sekaligus membantu orangtuanya dalam membiaya perkekuliahan. (*)