Berita Riau
Pertajam Metode Pembelajaran Aktif, 35 Guru dari 10 Kecamatan di Riau Ikuti STEP di Pekanbaru
Pertajam metode pembelajaran aktif, 35 guru dari 10 kecamatan di Riau ikuti STEP di Pekanbaru yang digelar Tanoto Foundation bersama Asian Agri
Penulis: Hendri Gusmulyadi | Editor: Nolpitos Hendri
"Secara kerangka berpikir di Pelita Pendidikan tidak begitu mendalam, tapi di model-model pembelajarannya (program pelita) mereka tahu banyak. Jadi kalau keduanya ini digabungkan, maka akan lebih klop," jelasnya.
Workshop kali ini dibagi dalam tiga sesi.
Sesi di hari pertama materi kelas yakni menggabungkan antara pemahaman baru dengan yang lama.
Baca: Video Hasil Akhir Persebaya Vs Arema FC Leg 1 Final Piala Presiden, Skor 2-2
Baca: Tak Miliki Lab Komputer, 60 SMP dan MTS di Pelalawan Riau Masih Mengikuti UNKP
Baca: Pilkades Serentak Kepulauan Meranti Riau Akan Dilaksanakan Juni, Berikut Tahapannya
Hari kedua mekanisme pemberdayaan KKG dalam membuat perencaan program, penerapan, dan evaluasi.
Hari ketiga adalah praktik penerapan langsung di beberapa sekolah di Pekanbaru.
Coordinator Program STEP Provinsi Riau, Sri Wahyuni menjelaskan, guru-guru (fasilitator) atau peserta Workshop yang sebelumnya sudah dilatih pada program Pelita Pendidikan, akan dapat mengembangkan cara pembelajaran aktif di sekolah atau melalui KKG di kecamatan masing-masing, setelah mengikuti Workshop STEP.
"Tentu harapannya dapat meneruskan kesinambungan pelaksanaan praktik baik di sekolah, baik oleh guru dan kepala sekolah," ujar Sri.
Henri satu di antara guru yang menjadi peserta Workshop menuturkan, bahwa program pelatihan yang sudah didapatkan selama ini sangat berguna saat pembelajaran di sekolah.
Guru SDN 07 Pulau Sengkilo, Kecamatan Kelayang Indragiri Hulu ini bergabung dengan Tanoto Foundation sejak tahun 2012.
Pembelajaran aktif dan metode mengajar sangat sederhana yang Ia terima, memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran.
"Alhamdulillah, selama ini hanya guru yang aktif di sekolah, setelah ikut program dari Tanoto Foundation, siswa kami yang lebih banyak aktif, guru hanya sebagai penengah dan penggerak. Dulunya siswa tidak berani mengeluarkan ide dan pendapat, sekarang mereka sudah berani. Siswa sudah mulai berkomunikasi dengan lancar mengenai apapaun terkait pembelajaran," ungkapnya. (Tribunpekanbaru.com/Hendri Gusmulyadi)