Hermawan, Pria yang Ancam Penggal Kepala Jokowi Dipecat & Terancam Hukuman Mati? Ini Kata Polisi
Herman Susanto menjadi sorotan publik Tanah Air karena ancamannya akan membunuh Jokowi viral di media sosial.
Hermawan, Pria yang Ancam Penggal Kepala Jokowi Dipecat & Terancam Hukuman Mati? Ini Kata Polisi
TRIBUNPEKANBARU.COM - Seorang pria Herman Susanto menjadi sorotan publik Tanah Air karena ancamannya akan membunuh Jokowi viral di media sosial.
Sebuah video berisi sosok HS dikelilingi dengan beberapa orang lain terlihat mengancam Presiden Jokowi.
HS kemudian berhasil dibekuk di Bogor pada Minggu pagi (12/5/2019).
Ancaman itu ia lontarkan saat demo di depan Gedung Bawaslu RI, Jalan MH Thamrin, pada Jumat (10/5/2019) siang.
Baca: Heboh Gara-gara Klaim Bawa Sehelai Rambut Nabi Muhammad, MUI Minta Opick Jangan Bikin Sensasi
Baca: Tanggapi Ancaman Kepala Bakal Dipenggal, Jokowi Bilang Sabar, TKN: Harus Diberi Pelajaran
Baca: Pria yang Mengancam Penggal Kepala Jokowi Kini Hanya Bisa Pasrah Menunggu Hukuman
1. Ancaman Hukuman Mati
Mengutip dari Kompas.com, Kombes Argo Yuwono selaku Kabid Humas Polda Metro Jaya menegaskan, HS dikenakan pasal makar lantaran dianggap telah mengancam keamanan negara.
Hal ini disampaikan Argo Yuwono melalui pesan singkat.
"Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 KUHP," tulisnya.
Pasal 104 KUHP sendiri berbunyi "Makar dengan maksud untuk membunuh, atau merampas kemerdekaan, atau meniadakan kemampuan presiden atau wakil presiden memerintah, diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun".
HS dikenakan pasal makar karena mengancam memenggal Presiden Joko Widodo.
Dengan demikian, HS bisa saja dijatuhi hukuman mati atas ocehannya beberapa waktu lalu.
Selain dikenakan pasal makar, HS juga dikenai UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
"Pasal 27 ayat (4) juncto Pasal 45 Ayat (1) UU RI No 19 Tahun 2016 perubahan atas UU RI No 11 Tahun 2008 tentang ITE," kata Argo.
2. Pernikahan Terancam Batal
Nasib HS kini menjadi tidak begitu baik begitu pula kehidupan dan masa depannya.
Dikutip TribunJatim.com dari Tribun Jakarta, pembekukan HS tersebut membuat rencana pernikahan terancam batal.
Mengutip dari Tribun Jakarta, padahal rencana pernikahan HS telah diketahui oleh warga sekitar rumahnya di gang RT 09/07, Palmerah, Jakarta Barat.
"Iya dia memang mau menikah rencananya abis lebaran ini atau lebaran haji sama orang Subang atau Cikampek saya kurang tahu pastinya, tapi yang jelas udah tunangan," ujar Ketua RT 09/07 Palmerah, Harto K. Seha ditemui di rumahnya, Senin (13/5/2019).
Harto mengatakan HS memang tinggal di wilayah tersebut sejak lahir dan saat ini tinggal hanya berdua bersama ayahnya.
"Dia ini memang asli anak sini, dia itu anak satu-satunya. Sekarang tinggal sama bapaknya doang semenjak orangtuanya cerai," kata Harto.

Disebutkan juga ayahanda HS saat ini pun tak ada di rumahnya.
Berdasarkan pantauan, rumah dua lantai semi permanen yang pintunya dipenuhi stiker Prabowo-Sandi itu juga tampak terkunci.
"Bapaknya kemarin sore sempat pulang terus pergi lagi mungkin lagi sibuk urusin anaknya ya saya juga enggak tahu dia dimana," kata Harto.
3. Dipecat dari Pekerjaan
Herman Susanto/HS (25), pria yang mengancam memenggal kepala Presiden Joko Widodo, ternyata hanya pekerja volunter di sebuah yayasan di kawasan Tebet Timur, Jakarta Selatan.
"Intinya bahwa HS ini dia karyawan kontrak.
Dia volunter khusus selama bulan Ramadhan," kata penanggung jawab HRD yayasan, Eri saat ditemui di kantornya, Tebet, Jakarta Selatan, Senin (13/5/2019).
HS tercatat sebagai volunter sejak 9 April hingga 2 Juni 2019.
Eri mengatakan, pihaknya memang membuka pendaftaran untuk para volunter selama bulan Ramadan.
Sebagai volunter, HS bertugas menjaga booth yayasan yang tersebar di beberapa wilayah di Jakarta.
"Memang kerjanya sederhana, tetapi, kan, di bulan Ramadhan kami banyak merekrut volunter," ujarnya.
Eri mengaku cukup terkejut dengan kasus yang menimpa anak buahnya tersebut.
(*)
Hermawan, Pria yang Ancam Penggal Kepala Jokowi Dipecat & Terancam Hukuman Mati? Ini Kata Polisi