Sosok Gories Mere, Jenderal yang Jadi Sasaran Tembak:Pernah Dikirimi Bom & Disebut Abu Bakar Baasyir
Sebelum menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan, Gories Mere berkiprah di bidang antiteror.
Sosok Gories Mere, Jenderal yang Jadi Sasaran Tembak:Pernah Dikirimi Bom & Disebut Abu Bakar Baasyir
TRIBUNPEKANBARU.COM - Nama Gories Mere termasuk daftar orang yang akan diburu oleh pembunuh bayaran.
Hal tersebut terungkap ketika Kapolri Jenderal Tito Karnavian melakukan konferensi pers di Kantor Menko Polhukam, Selasa (28/5/2019).
Sebanyak empat pejabat negara menjadi target pembunuhan saat kerusuhan 22 Mei pecah.
Mereka adalah Menko Polhukam Wiranto, Menko kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan, dan Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan Gories Mere.
Selain itu ada juga pimpinan lembaga survei yang menjadi target pembunuhan namun Tito Karnavian enggan menyebutkan identitasnya.
"Dasar kami sementara ini hanya BAP (Berita Acara Pemeriksaan) ya. Berita acara itu resmi, pro justitia, hasil pemeriksaan kepada tersangka yang sudah kita tangkap. Jadi bukan berdasar informasi intelijen, beda," kata Tito Karnavian.
Setelah mendapat informasi tersebut, pihaknya langsung memberikan pengamanan dan pengawalan.
Sebelumnya, pihak kepolisian telah menangkap enam tersangka yang diduga terlibat dalam rencana pembunuhan pejabat dan pimpinan satu lembaga survei.
Keenam tersangka tersebut memiliki peran yang berbeda, ada yang memasok senjata, ada pula sebagai eksekutor.
Baca: Mulai Barret M82 Hingga M24, Inilah 4 Senapan Sniper yang Dapat Ubah Tentara Jadi Pembunuh Super
Baca: Deretan Ponsel Murah Terbaru Mulai Rp 1 Jutaan, Cocok Dibeli Untuk Lebaran 2019:Simak Spesifikasinya
Baca: I Did, Pesan Terakhir Seamus pada Istrinya Saat Capai Puncak Everest: Kini, Tubuhnya Tak Ditemukan
Baca: SOSOK Mantan Marinir Diduga Pembunuh Bayaran untuk 4 Jenderal, Begini Kondisi Rumah Tinggalnya
Sebelum menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan, Gories Mere berkiprah di bidang antiteror.
Gories Mere bernama lengkap Gregorius Gories Mere.
Pria kelahiran Medan itu merupakan jebolan AKABRI Kepolisian pada 1976.
Kemudian ia menlanjutkan di tingkat Sespimpol pada 1992 dan Sesko ABRI di 1998.
Gories Mere berkarier di kepolisian dan pernah mencicipi sejumlah jabatan.
Ia pernah menjadi Kasatserse Um Dit Serse Polda Metro Jaya, Kapolres Metro Jakarta Timur, Kadit Serse Polda Jabar.
Baca: Bertanya Kapan Nikah Saat Lebaran, Ternyata Ini Akibat Buruknya: Berikut Cara Menjawabnya
Baca: VIDEO STREAMING Final Liga Eropa Chelsea Vs Arsenal Dinihari Nanti, Berikut Prediksinya
Baca: Perkosa Kedua Anaknya Hingga Hamil, Ayah Ini Salahkan Istrinya yang Tak Mau Berhubungan Intim
Tak hanya itu, Gories Mere juga pernah menjabar sebagai Kadit Serse Polda Metro Jaya, Irpolda Nusa Tenggara Timur, Wakapolda Nusa Tenggara Timur, Diserse Pidana Narkoba Mabes Polri, dan Wakabareskrim Polri.
Saat dilantik menjadi kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) pada 2010, Gories Mere merupakan jenderal bintang tiga.
Gories Meres juga pernah terlibat dalam perintisan Detasemen Khusus Antiteror 88 (Densus 88).
Ia merupakan mantan Kepala Densus 88 yang disebut sebagai dalang penangkapan teroris Abu Bakar Baasyir.
Selain itu, Gories Mere juga terlibat dalam penangkapan teroris kakap otak bom bali, Dr Azhari.
Di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, nama Gories Mere sempat disebut oleh Abu Bakar Baasyir.
Baca: Bule Cantik Polly Alexandria Balik ke Indonesia Bukan Karena Kangen Suami, Tapi Karena Ini
Baca: Diduga Ini Penyebab Wiranto, Luhut, Budi Gunawan dan Gories Mere Jadi Sasaran Pembunuhan
"Dendus 88 mempunyai pasukan khusus satgas antibom di bawa komando Gories Mere. Semua saksi-saksi sudah disiapkan dengan tekanan Densus 88. Dalam kasus Aceh ini orang-orang yang jadi saksi saya juga menghadapi siksaan," ucap Abu Bakar Baasyir pada 2011 silam.
Mendapat ancaman pembunuhan sepertinya sudah menjadi hal biasa bagi Gories Mere.
Saat ia menjabat sebagai Kepala BNN, Gories Mere pernah dikirimi paket bom.
Bom tersebut berupa buku yang ditujukan untuk politisi Partai Demokrat pada 2011.
Tak hanya dikirim ke kantor, bom buku itu juga ditujukan ke rumah Gories Mere.
Kini, Gories Mere menduduki jabatan Staf Khusus untuk Presiden Jokowi dalam bidang intelijen.
Ia diangkat menjadi staf khusus pada Juli 2017 bersama dengan beberapa staf khusus lainnya.
Ada dugaan alasan di balik penetapan Gories Mere sebagai target pembunuhan.
Peneliti pertahanan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Muhamad Haripin mengatakan Presiden Jokowi tidak menjadi sasaran utama target pembunuhan.
Sebab, pelaku akan sulit menembus pengamanan Paspampres yang ketat.
Sementara, kata Haripin, empat pejabat negara itu menjadi target pembunuhan karena posisi mereka yang strategis dan vital di pemerintahan.
Posisi Gories Mere sebagai staf khusus presiden dinilai krusial.
Dapat dikatakan Gories Mere adalah tameng yang dekat sekaligus yang harus dilalui bila ingin menyentuh Presiden Jokowi.
Menurut Haripin, jika Gories Mere menjadi korban, itu akan mengirim sinyal yang sangat kuat pada pemerintahan Jokowi bahwa para pelaku hanya tinggal selangkah lagi menyentuh Jokowi.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Sosok Gories Mere, Terlibat Penangkapan Teroris Kakap Dr Azhari, Tameng Sebelum Pelaku Sentuh Jokowi
