KISAH Prajurit Kopassus Kawal Presiden Filipina dari Ancaman Kudeta: Penyamaran Pakai Baju Tagalog
Terbukti Kopassus dikirim ke negara Filipina untuk memback up keamanan di dalam negeri yang tengah dirundung masalah keamanan.
KISAH Prajurit Kopassus Kawal Presiden Filipina dari Ancaman Kudeta: Penyamaran Pakai Baju Tagalog
TRIBUNPEKANBARU.COM - Kehebatan anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) tersiar hingga ke mancanegara.
Terbukti Kopassus dikirim ke negara Filipina untuk memback up keamanan di dalam negeri yang tengah dirundung masalah keamanan.
Keadaan dalam negeri Filipina bergejolak hebat lantaran rezim diktator korup Ferdinand Marcos.
Keadaan Filipina tambah runyam dengan datangnya tokoh oposisi musuh bebuyutan Ferdinand Marcos, Benigno 'Ninoy' Aquino pulang kampung ke Manila dari pengasingannya diluar negeri tahun 1983.
Tapi nasib sial menghampiri Ninoy Aquino, belum juga keluar dari bandara di Manila ia sudah ditembak mati oleh sniper anak buah Jenderal Fabian Ver, Kastaf Ferdinand Marcos.
Sontak hal ini membuat rakyat Filipina marah karena mereka sudah muak atas kepemimpinan tirani Marcos.
Lahirlah gerakan rakyat bernama 'People's Power', mereka berdemo menuntut penggulingan rezim Marcos.
Ferdinand Marcos goyah, militer Filipina dibawah kepimpinan Jenderal Fidel Ramos dan Kolonel Juan Ponce kemudian melancarkan kudeta terhadap Marcos.
Baca: Aktivis 98 Ini Sebut Kivlan Zen Mau Membunuhnya, Hermawan: Pengakuan di Peluncuran Buku Fadli Zon
Baca: VIDEO Siaran Langsung Persib Bandung vs Tira Persikabo Liga 1 2019, LIVE Indosiar Pukul 18.30 WIB
Baca: VIDEO Jadwal Live Streaming Argentina vs Paraguay di Copa America 2019, Kamis (20/6) di K-Vision TV
Ferdinand Marcos tumbang dan ia melarikan diri bersama istrinya keluar negeri.
Tampuk kepresidenan kosong, rakyat kemudian memilih Corazon Aquino (janda Benigno 'Ninoy' Aquino) sebagai presiden baru Filipina.
Tapi Corzaon juga menghadapi berbagai ancaman kudeta dan berulangkali kudeta kepadanya dilakukan namun belum berhasil.
Buntungnya lagi pemerintahan Corazon juga dirundung berbagai macam pemberontakan, jadi pemerintah melawan dua hal langsung yaki kudeta dan pemberontakan separatis.
Tahun 1987 Filipina ketiban giliran menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-3.
Dalam KTT itu pemimpin-pemimpin negara di Asia Tenggara akan bertemu di Manila.