Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

UPDATE! Sri Mulyani Ajukan Pinjaman Rp 2,1 Triliun, Utang Indonesia Tembus 5.534 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati investasi dalam tenaga panas bumi mampu memainkan peran penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca

KOMPAS.com/FIKA NURUL ULYA
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat menghadiri rapat konsultasi Anggaran Pagu Indikatif DPR Tahun 2020 di Gedung DPR Jakarta, Kamis (20/6/2019). 

Sebagai informasi, saat ini Indonesia adalah net importir minyak mentah dan masih bergantung pada bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik.

Dari total kapasitas daya terpasang nasional, 88 persen bersumber dari bahan bakar fosil. Sementara 12 persen lainnya berasal dari energi terbarukan.

Sementara itu, Indonesia sekarang memiliki 1,9 gigawatt tenaga panas bumi terpasang dan berencana untuk mengembangkan 4,6 gigawatt tambahan untuk membantu memenuhi target energi terbarukan pemerintah.

Baca: 12 Pelajar dan 24 Mahasiswa Ditetapkan Jadi Tersangka Aksi Kerusuhan di Kompleks Senayan

Baca: Ditinggal Istri yang Jadi TKW ke Malaysia, Ayah Ini Rudapaksa Anak Kandungnya hingga Alami Trauma

Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp 5.534 Triliun

Sebelumnya, Bank Indonesia menyatakan bahwa utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Juli 2019 terkendali dengan struktur yang sehat.

ULN Indonesia pada akhir Juli 2019 tercatat sebesar 395,3 miliar dollar AS atau sekitar Rp 5.534,2 triliun (kurs Rp 14.000 per dollar AS).

Rinciannya terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar 197,5 miliar dollar AS, serta utang swasta (termasuk BUMN) sebesar 197,8 miliar dollar AS.

Angka tersebut tumbuh 10,3 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 9,9 persen (yoy). Pada Juni 2019, ULN Indonesia mencapaai 391,8 miliar dollar AS atau sekitar Rp 5.485,2 triliun.

“Terutama dipengaruhi oleh transaksi penarikan neto ULN dan penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS sehingga utang dalam Rupiah tercatat lebih tinggi dalam denominasi dolar AS,” demikian bunyi keterangn resmi BI, Senin (16/9/2019).

Pertumbuhan ULN yang meningkat tersebut bersumber dari ULN pemerintah dan swasta.

Pertumbuhan utang luar negeri pemerintah meningkat sejalan dengan persepsi positif investor asing terhadap kondisi perekonomian Indonesia.

ULN Pemerintah di Juli 2019 tumbuh 9,7 persen (yoy) menjadi 194,5 miliar dollar AS. Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya 9,1 persen (yoy).

Peningkatan tersebut didorong oleh arus masuk modal asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik yang tetap tinggi di tengah dinamika global yang kurang kondusif. Hal ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap perekonomian domestik, didukung oleh imbal hasil investasi portofolio di aset keuangan domestik yang menarik.

Pengelolaan ULN pemerintah diprioritaskan untuk membiayai pembangunan, dengan porsi terbesar pada beberapa sektor produktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yaitu sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (19,0 persen dari total ULN Pemerintah), sektor konstruksi (16,4 persen), sektor jasa pendidikan (16,0 persen), sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (15,2 persen), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (13,9 persen).

“ULN swasta tumbuh meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan investasi korporasi di beberapa sektor ekonomi utama,” tulis BI.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved