Warga Ketakutan, Banyak Lubang Sebesar Sumur Bermunculan Pasca Gempa Ampon, Ini Penjelasan BMKG

Fenomena langka itu berupa munculnya sejumlah lubang sebesar sumur di perkampungan desa yang cukup parah terkena dampak gempa

Editor: Muhammad Ridho
facebook
Pascagempa Ambon, Bermunculan Banyak Lubang sebesar Sumur yang Bikin Takut Warga, Penjelasan BMKG. Warga mengamati lubang sebesar sumur yang bermunculan setelah gempa Ambon 

Warga Ketakutan, Banyak Lubang Sebesar Sumur Bermunculan Pasca Gempa Ampon, Ini Penjelasan BMKG

TRIBUNPEKANBARU.COM - Sebuah fenomena alam yang dinilai aneh oleh masyarakat muncul di Desa Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah setelah gempa berkekuatan 6,8 magnitudo yang mengguncang Pulau Ambon dan sekitarnya pada Kamis (26/9/2019).

Fenomena langka itu berupa munculnya sejumlah lubang sebesar sumur di perkampungan desa yang cukup parah terkena dampak gempa tersebut.

Cerita warga lubang yang diceritakan banyak ditemui di perkampungan warga.

Selain di tengah-tengah perkampungan warga, beberapa lubang juga muncul di pesisir pantai desa tersebut.

"Ada banyak lubang yang muncul di sini, besarnya itu seperti perigi," kata Ibrahim salah satu warga Liang.

Dia menjelaskan, lubang-lubang itu muncul dan menyemburkan air bercampur tanah dan juga pasir saat terjadinya gempa.

"Iya saat kejadian itu ada muncul semburan air dan juga pasir," ujarnya.

Dia sendiri tidak mengetahui persis berapa jumlah lubang yang ada di desanya tersebut.

Meski begitu dia mengaku lubang itu ada banyak termasuk juga di pantai desa tersebut.

"Ada banyak di pantai juga ada, saya tidak hitung," ujarnya. 

Gempa 6,8 magnitudo sebelumnya mengguncang Pulau Ambon dan Kabupaten Seram Bagian Barat pada Kamis (26/9/2019) pukul 08.46 WIT.

Menanggapi munculnya fenomena tersebut, Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Ambon, Andi Azhar Rusdin menyebut bahwa fenomena tersebut mungkin terjadi saat gempa berkekuatan besar mengguncang sebuah daerah.

"Kalau saya lihat gambarnya itu seperti kaya habis semburan gitu ya.

Itu istilahnya fenomena sand boil," kata Andi kepada Kompas.com, Sabtu (28/9/2019).

Baca: Pengakuan Remaja Usia 14 dan 16 yang Berhubungan Intim dengan Ibu Kandung, Mamah yang Ngajak Pak

Baca: Mahasiswa Tolak Undangan Jokowi Ke Istana, Mahasiswa: Kabulkan Saja Keinginan Kami!

Baca: Diancam Menristekdikti Terkait Demo Mahasiswa, Ini Tanggapan Cerdas Rektor Universitas Mulawarman

Dia menyebut fenomena sand boil atau semburan pasir terjadi karena saat gempa ada rekahan terbuka pada zona di bawah pijakan, ditambah tekanan air bawah tanah melalui pori-pori maka terjadi semburan. 

"Sand boil, itu semburan itu karena saat gempa ada rekahan ada zona-zona yang rekah di bawah kita, ini kan ada air tanah jadi ada rekahan yang terbuka terus ditambah tekanan dari bawah makanya air yang dibawa ini melewati pori-pori keluar bercampur material pasir," jelasnya.

Dia menyebut warga tidak perlu panik dan mengaitkan fenomena tersebut dengan tsunami dan lainnya karena hal tersebut merupakan fenomena biasa yang terjadi akibat dampak sekunder dari sebuah gempa besar.

"Itu biasa terjadi saat gempa besar, itu fenomena yang biasa terjadi saat gempa besar, itu istilahnya dampak sekunder dampak ikutan saat gempa besar," tambahnya.

BMKG Stasiun Ambon mencatat hingga Sabtu pukul 10.48 WIT, gempa susulan yang mengguncang Pulau Ambon dan sekitarnya telah mencapai 475 kali.

Pasca-gempa magnitudo 6,8 yang menguncang Pulau Ambon dan Kabupaten Seram Bagian Barat, Kamis lalu.

Tercatat 25.000 warga mengungsi di 51 lokasi. Kepala BPBD Kota Ambon Demy Paays mengatakan, 25.000 pengungsi itu hingga kini masih berada di lokasi pengungsian yang tersebar di lima kecamatan.

“Pengungsi dan yang mengungsi sesuai data itu ada 25.000 orang atau 3.430 kepala keluarga, dan mereka tersebar di 51 titik lokasi pengungsian di Kota Ambon,” kata Demy kepada Kompas.com, Jumat malam

SEBELUM GEMPA RIBUAN IKAN MATI 

Ratusan ikan mendadak mati terdampar di pantai Desa Rutong, Kecamatan Leitimur Selatan, Ambon, Minggu (15/9/2019) Foto Waty Thenu.
Ratusan ikan mendadak mati terdampar di pantai Desa Rutong, Kecamatan Leitimur Selatan, Ambon, Minggu (15/9/2019) Foto Waty Thenu. (KOMPAS.COM/RAHMAT RAHMAN PATTY)

Seminggu sebelum gempa melanda Maluku,  ribuan ekor ikan ditemukan terdampar dalam keadaan mati di beberapa pantai di sejumlah desa di Pulau Ambon seperti Desa Rotung dan Desa Hukrila, Kecamatan Leitimur Selatan sejak Sabtu (14/9/2019).

Bukan hanya ikan, sejumlah biota laut juga ikut mati secara misterius dalam beberapa hari terakhir.

Berikut fakta ribuan ikan mati mendadak di pesisir Pantai Ambon 1. Terbanyak jenis ikan karang

Edi, warga Rutong mengatakan ikan-ikan yang terdampar di pesisir pantai kebanyakan adalah jenis ikan karang.

“Kalau saya tidak tahu persis kapan terdampar, tapi sudah beberapa hari terakhir ini,” ujar dia.

Sementara Yohanes, warga Desa Hukurila menyebut ikan yang mati adalah jenis ikan batu-batu.

Selain di Desa Rotung dan Desa Hukrila, bangkai ikan juga banyak ditemukan di pesisir. Desa Waai.

Menurut Yohanes kejadian matinya ribuan ikan di pantai dekat desanya sudah terjadi sejak tiga hari terakhir.

“Kejadian ini sudah sekitar tiga hari lalu, kami khawatir saja tiba-tiba ada banyak ikan yang terdampar di pantai,” kata Yohanes, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (15/9/2019) malam.

Warga pun tidak ada yang berani mengambil ikan tersebut untuk dikonsumsi karena takut ikan tersebut mengandung racun.

Tak sedikit masyarakat yang mengaitkan fenomena ini dengan pertanda alam akan terjadi gempa besar dan tsunami.

Alhasil banyak warga termakan kabar bohong tersebut dan beberapa warga sudah mengungsi lantaran takut akan terjadi tsunami.

Menanggapi hal ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) mengimbau kepada masyarakat agar tidak mudah percaya kepada isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

"Selama ini belum pernah ada peristiwa gempa besar dan memicu tsunami yang didahului oleh matinya ikan secara massal," kata Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG kepada Kompas.com, Senin (16/9/2019).

Dia mengatakan, tidak ada dalam ilmu gempa menjadikan ikan mati sebagai precursor gempa dan tsunami.

"Kematian ikan secara massal dipastikan oleh sebab lain," tegas Daryono.

Daryono melanjutkan, selama ini kasus kematian ikan secara massal dapat diakibatkan oleh adanya ledakan, keracunan, atau faktor lingkungan yang mengakibatkan ikan mati.

"Saat ini pihak terkait sedang melakukan investigasi untuk mencari sebab matinya ikan-ikan di Pantai Ambon, untuk itu kita tunggu saja hasilnya," ucap Daryono.

Namun begitu, Daryono kembali mengingatkan bahwa peristiwa matinya ikan secara masal ini bukan pertanda akan terjadi gempa dan tsunami.

Selain itu, saat ini aktivitas kegempaan di Ambon dan sekitarnya sedang dalam keadaan normal dan tidak tampak adanya aktivitas yang mencolok.

Oleh sebab itu, masyarakat tidak perlu khawatir dan tetap tenang.

"Merebaknya isu akan terjadi gempa dan tsunami ini bersumber dari berkembangnya isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, sementara yang mengembangkan isu ini juga tidak mengetahui asal usul penyebabnya secara pasti," imbuh Daryono.

Lembaga Imu Pengetahuan Indonesia ( LIPI) Ambon memastikan ribuan ikan yang mati terdampar di sejumlah pantai di Pulau Ambon tidak ada kaitannya dengan ledakan bawah laut baik karena aktivitas vulkanik maupun aktivitas bom ikan.

Kepala LIPI Ambon, Nugroho Dwi Hananto menegaskan dari hasil penelitian yang dilakukan pihaknya, tidak ada fakta ilmiah yang membuktikan jika ikan-ikan tersebut mati mendadak karena terdampak ledakan di bawah laut.

“Hasil dari Lipi kan tadi sudah dipaparkan, kita tidak melihat adanya efek pengeboman di ikan,”kata Nugroho kepada wartawan seusai memimpin rapat bersama instansi terkait di kantor LIPI Ambon, Kamis (19/9/2019).

Dia menjelaskan dari hasil penelitian yang dilakukan, pihaknya tidak menemukan adanya fakta bahwa telah terjadi ledakan di bawah laut baik yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik maupun karena aktivitas bom ikan.

“Kalau ledakan di bawah laut itu kan tidak ada laporan, hasil penelitian juga kita tidak melihat bukti adanya ledakan nah kalau ada efek belerang dan sebagainya pasti dapat dilihat pada ikannya, tapi kita belum sampai k esana,”bebernya.

Faktor penyebab Dia mengatakan sebelumnya pihaknya juga memiliki hipotesa jika ada sejumlah faktor yang bisa menjadi penyebab matinya ribuan ekor ikan secara misterius itu.

Pertama, kata Nugroho ikan-ikan tersebut mati karena ledakan di bawah laut.

Kedua karena tercemari racun.

Ketiga karena terkena bom ikan.

Keempat karena tercemari limbah kapal dan terakhir karena perubahan suhu pada air.

“Jadi semuanya kita menduga-duga ya, ini sebenarnya pada saat awal kita juga punya hipotesa jadi ikan mati itu tidak serta merta mati begitu saja,” katanya.

Terkait adanya dugaan ikan-ikan tersebut mati karena adanya aktivitas ledakan di bawah laut, Nugroho kembali menegaskan bahwa jika hal tersebut benar terjadi, seharusnya dari hasil penelitian dan uji laboratorium semua hal itu ditemukan.

Namun faktanya pihaknya tidak menemukan adanya gejala ikan-ikan itu mati karena ledakan di bawah laut.

Dia pun menyebut jika kesimpulan adanya ledakan di bawah laut baik karena aktivitas vulkanik maupun aktivitas bom ikan dengan sendirinya gugur.

“Kalau getaran bawah laut menghasilkan belerang dan sebagainya cuma berdasarkan penelitian yang dilakukan kita belum melihat adanya hal tersebut," katanya.

"Memang kalau di darat kita bisa melihat ada aktivitas geotermal atau panas bumi karena belerang dan sebagainya cuma kita belum bisa lihat buktinya. Boleh jadi nanti kalau kita punya peralatan itu yang lebih canggih kita bisa berikan hasil yang komprehensif."

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Lubang Sebesar Sumur Muncul di Perkampungan dan Pantai Usai Gempa, Ini Penjelasan BMKG

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved