Modifikasi Cuaca Tetap Dilakukan di Wilayah Riau, 800 Kg Garam Disemai di Langit
Meski kabut asap sudah menghilang, namun modifikasi cuaca tetap dilakukan sampai masuk musim hujan pertengahan Oktober ini.
Penulis: Rizky Armanda | Editor: rinaldi
tribunpekanbaru.com - Gubernur Riau (Gubri) H Syamsuar sekaligus Komandan Satgas (Dansatgas) Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Provinsi Riau, sudah mencabut status darurat pencemaran udara pada Selasa (1/10) lalu.
Sebelumnya, status darurat pencemaran udara ditetapkan pada 23 September lalu oleh Gubri H Syamsuar di Media Center Karhutla Riau, Jalan Diponegoro Pekanbaru, karena kabut asap dinilai sudah hilang.
Meski pun kabut asap dampak Karhutla di Riau sudah hilang, namun operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) tetap dilaksanakan oleh Sub Satgas Udara. Operasi TMC dengan cara menebar garam di awan potensi hujan, bertujuan untuk memancing atau mempercepat turunnya hujan.
Disebutkan Edwar Sanger selaku Wakil Komandan Satgas Penanggulangan Karhutla sekaligus Kepala BPBD Riau, Rabu (2/10), operasi TMC dengan menyemai garam di langit dilakukan di beberapa daerah di Riau. Adapun pesawat yang digunakan adalah Cassa 212 milik TNI Angkatan Udara.
"Untuk area semai ada di Pekanbaru area, Kabupaten Siak, Bengkalis, dan Kabupaten Kepulauan Meranti," kata Edwar saat dikonfirmasi Tribun.
Dia menerangkan, pada Rabu kemarin setidaknya garam yang disemai berjumlah sekitar 800 kilogram. Rencananya, operasi ini akan tetap dilanjutkan hingga masuk pertengahan Oktober 2019, saat memasuki musim penghujan.
Operasi TMC diklaim cukup efektif dalam membantu agar turun hujan. Seluruh daerah Riau diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat pada sepekan kemarin.
Sementara terkait adanya seperti kabut asap tipis pada pagi hari di Kota Pekanbaru, petugas dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, menyatakan jika itu adalah embun. "Kalau pagi hari kondisi cuacanya memang embun," sebut salah seorang prakirawan BMKG.
Dia memaparkan, beberapa hari lalu jarak pandang bahkan sempat hanya 100 meter pada pagi hari. "Kalau yang yang menyebabkan jarak pandang sampai 100 meter itu adalah fog (udara basah) yang kelembabannya di atas 98 persen. Itu yang terjadi kemarin (Selasa)," tuturnya.
Menurut prakiraan, musim hujan di wilayah Riau akan dimulai pada pertengahan Oktober 2019 mendatang. (rzk)
