Maimanah Umar Meninggal Dunia
Maimanah Umar Meninggal Dunia di Malaysia, Pernah Pimpin Sidang Paripurna MPR RI, Ini Kisahnya
Senator asal Riau Maimanah Umar meninggal dunia di Malaysia, tokoh perempuan Riau itu pernah pimpin Sidang Paripurna MPR RI, ini kisahnya
Penulis: Nolpitos Hendri | Editor: Nolpitos Hendri
Maimanah Umar segera meminta para peserta sidang ysng berdiri untuk kembali ke kursinya.
"Saya minta tenang semuanya," katanya.
Maimanah Umar mengakui suasana sidang saat itu cukup 'panas'.
Namun, ia tetap tenang menghadapi hujan interupsi dan perdebatan yang terjadi di antara anggota kedua kubu itu.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) atau Senator, bernama lengkap Dra Hj Maimanah Umar MA ini, mendapat amanah memimpin sidang MPR untuk memilih pimpinan MPR yang dilakukan beberapa waktu lalu.
Gaya kepemimpinan Maimanah Umar berbeda dari gaya kepemimpinan Popong Otje Djundjunan atau Ceu Popong yang memimpin sidang memilih pimpinan DPR, 1-2 Oktober lalu.
Maimanah Umar justeru mengkomodir interupsi peserta sidang.
Namun, Maimanah Umar bersikap tegas ketika peserta sidang yang berkeras mengubah agenda sidang MPR.
Maimanah mengaku banyak belajar dari sidang yang dipimpin Ceu Popong.
"Saya melihat televisi, ternyata (sidangnya) begitu. Saya berdoa, jangan-lah seperti itu, semoga tenang. Mungkin juga itu dikarenakan sikap kita masing-masing. Mungkin karena bawaan saya tenang," ujarnya.
Maimanah Umar menghormati hak menyampaikan pendapat setiap anggota DPR dan DPD.
Karena itu, ia kerap mengakomodir interupsi dari peserta sidang.
"Prinsip saya, jangan men-stop kalau ada yang interupsi. Kalau mereka di-stop bisa emosi. Kadang interupsi justru membantu saya. Misalnya, ada yang interupsi minta daftar hadir diumumkan per fraksi. Saya bilang terima kasih dan itu bisa dilakukan sembari sidang berjalan. Setelah ada absensi dari pihak Setjen, saya umumkan daftar hadir," tuturnya.
Maimanah bersedia mengakomodir hampir seluruh interupsi karena ia berprinsip persatuan dan kesatuan di atas perbedaan kelompok disertai pendapat dan kepentingan masing-masing.
"Kita beda-beda, tapi kita sudah direkat oleh Bhinneka Tunggal Ika. Yang kita perjuangkan itu sama, kita ingin Indonesia lebih baik. Lalu, mengapa kita tidak bersatu," tuturnya.