Diduga Korban Eksploitasi Anak, Gepeng Berkeliaran di Lampu Merah Kota Pekanbaru
Gelandangan dan pengemis (gepeng) masih banyak berkeliaran di sejumlah wilayah Kota Pekanbaru.
Penulis: Fernando | Editor: ihsan
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Gelandangan dan pengemis (gepeng) masih banyak berkeliaran di sejumlah wilayah Kota Pekanbaru.
Mereka biasa berada di kawasan yang ramai lalu lintas. Ada yang mangkal di persimpangan lampu lalu lintas dan depan toko ritel.
Pantauan Tribun, para gepeng ini bebeas berkeliaran di lampu lalu lintas pertigaan Jalan Jendral Sudirman-Tuanku Tambusai, perempatan SKA, pertigaan Jalan Soekarno-Hatta-Jalan Arifin Achmad dan sejumlah titik lainnya.
Banyak dari mereka meminta belas kasihan kepada para pengendara saat berada di persimpangan jalan. Ada juga yang tampak tertidur di depan ritel hingga siang hari.
Kondisi ini jelas mengganggu aktivitas masyarakat. Apalagi keberadaan mereka terlihat hingga malam hari.
“Seolah gepeng ini dibiarkan saja dan tidak ada yang menertibkan. Mereka mengganggu warga dan merusak keindahan kota,” kata Indra Yeni, seorang warga.
Indra mengaku sering melihat anak-anak gelandangan di depan toko ritel dan depan ATM kawasan Jalan HR Soebrantas, Panam.
“Mereka tidur di sana dan meletakkan plastik tempat memberi duit kepada warga. Kadang takut juga melihatnya,” tutur ibu rumah tangga ini.
Sementara Kepala Dinas Sosial Kota Pekanbaru, Chairani dikonfirmasi hal itu mengaku pihaknya sudah berkoordinasi dengan Satpol PP Kota Pekanbaru.
Selanjutnya mereka akan menggelar penertiban terhadap aktivitas anak jalanan, pengemis dan gelandangan yang meresahkan.
"Kami sudah koordinasi dengan Satpol PP untuk menertibkan. Hal ini sesuai bidang penertiban," kata dia kepada Tribun, Minggu (9/2/2020).
Menurutnya, satu cara efektif untuk mencegah munculnya gepeng di Kota Pekanbaru dengan tidak memberi uang kepada mereka.
Dinas Sosial terus mengimbau masyarakat untuk tidak memberi sumbangan kepada pengemis di jalanan.
Imbauan ini tertuang dalam Perda No 12 tahun 2008 tentang Ketertiban Sosial. "Kami mengimbau warga agar tidak memberikan duit kepada pengemis di jalan," ajaknya.
Chairani menyarankan bantuan berupa dana bisa disalurkan lewat lembaga sosial bagi masyarakat yang membutuhkan.
Apalagi pengemis di jalanan masih memiliki rumah dan keluarga.
Wanita berkerudung juga menyayangkan bahwa masih saja ada anak dijadikan sebagai pengemis. Ada juga anak yang disuruh berjualan tisu di persimpangan jalan.
Chairani menegaskan bahwa itu adalah ulah oknum yang diduga eksploitasi anak di jalanan. Mereka berjualan tisu sebagai modus untuk memohon belas kasihan.
Ia menduga anak-anak yang malang itu jadi korban eksploitasi karena desakan ekonomi orangtuanya.
Petugas sudah sering menjaring para pengemis dan mengembalikan ke keluarganya. "Kami sudah memberi peringatan kepada mereka agar tidak mengemis lagi. Apalagi menbawa anak," ulas Chairani.
Pihaknya bersama instansi terkait terus melakukan upaya menjaring para pengemis. Mereka juga melakukan preventif lewat sosialisasi dan imbauan.
Dinas Sosial belum memastikan asal dari para gepeng yang menjamur. Mereka baru bisa mengetahuinya setelah proses assesstment.
"Kalau yang sekarang menjamur masih belum tahu kita asalnya dari mana. Nanti harus melalui assesstment dulu," tutur Chairani.
Dia tidak menampik bahwa ada dugaan sejumlah gepeng berasal dari luar daerah. Kondisi ini lantaran Pekanbaru merupakan satu kota tempat transit.
Hal inilah yang mengundang para gepeng berdatangan ke Kota Pekanbaru. Gepeng diduga dimobilisasi oleh oknum tidak bertanggung jawab dari luar kota. (Tribunpekanbaru.com/Fernando Sikumbang)