DIAM-DIAM Virus Corona yang Telah Bermutasi Menyebar, Gejalanya Membingungkan Ilmuwan

Kedua jenis virus corona ini disebut telah mewabah di seluruh dunia dan menginfeksi 90 ribu lebih manusia itu.

FOTO / AFP
DIAM-DIAM Virus Corona yang Telah Bermutasi Menyebar, Gejalanya Membingungkan Ilmuwan 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Para ilmuwan di China membuat laporan yang mengejutkan terkait Virus Corona

Mereka mneyatakan ada 2 jenis virus corona, diduga virus yang kini menyebar ke seluruh dunia telah bermutasi, berawal dari jenis virus ganas di Wuhan, China.

Para peneliti di negara asal virus corona, China telah menemukan bahwa ada dua jenis virus corona atau Covid-19.

Kedua jenis virus corona ini disebut telah mewabah di seluruh dunia dan menginfeksi 90 ribu lebih manusia itu.

//

Dalam sebuah preliminary studi yang diterbitkan pada Selasa (3/3/2020), para ilmuwan di School of Life Sciences and Institut Pasteur Shanghai Universitas Peking menemukan fakta kedua jenis virus corona tersebut.

Jenis yang lebih agresif dari coronavirus baru menyumbang sekitar 70% dari strain yang dianalisis, sementara 30% dikaitkan dengan yang tipe kurang agresif.

 

Petugas medis membawa pasien ke dalam ruang isolasi Gedung Pinere RSUP Persahabatan, Jakarta, Rabu (4/3/2020). Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan menerima total 31 pasien dengan status dalam pemantauan dan pengawasan berkaitan dengan virus Covid-19 atau virus Corona dan saat ini masih diobservasi secara intensif.
Petugas medis membawa pasien ke dalam ruang isolasi Gedung Pinere RSUP Persahabatan, Jakarta, Rabu (4/3/2020). Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan menerima total 31 pasien dengan status dalam pemantauan dan pengawasan berkaitan dengan virus Covid-19 atau virus Corona dan saat ini masih diobservasi secara intensif. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Jenis virus yang lebih agresif banyak ditemukan pada tahap awal wabah saat berada di Kota Wuhan, China akhir tahun lalu.

Namun frekuensi virus jenis yang tergolong ganas ini telah menurun sejak awal Januari lalu.

Para peneliti mengatakan hasil penelitian ini menunjukkan perkembangan variasi baru pada kasus virus corona.

//
// <\/scr"+"ipt>"); // ]]>

Para peneliti menuliskan:

"... (infeksi dan virus yang ada) kemungkinan disebabkan oleh mutasi dan seleksi alam selain rekombinasi (virus)."

“Temuan ini sangat mendukung kebutuhan mendesak untuk segera, studi komprehensif yang menggabungkan data genomik, data epidemiologis, dan grafik catatan gejala klinis pasien dengan penyakit coronavirus 2019 (COVID-19),”.

Para peneliti mengingatkan bahwa data yang diperiksa dalam penelitian ini masih "sangat terbatas,".

Mereka juga menekankan bahwa studi tindak lanjut dari set data yang lebih besar akan diperlukan untuk mendapatkan "pemahaman yang lebih baik" tentang evolusi dan epidemiologi virus corona Covid-19 ini.

Temuan ini diterbitkan dalam National Science Review, jurnal dari Chinese Academy of Sciences, lapor CNBC.

 

2 kategori kasus virus corona

Covid-19 dianggap ringan jika tidak melibatkan pneumonia, penyakit infeksi pada paru, atau ada komplikasi pneumonia ringan.

Ada 2 kategori kasus, berat dan kritis.

Kasus yang berat memiliki gejala sesak napas, saturasi oksigen darah rendah, atau gangguan paru.

Sementara itu, kasus yang kritis ditandai dengan gagal napas, shock septik, atau disfungsi organ.

Sejauh ini di China, kasus yang tergolong berat kurang dari 14%, dan kritis kurang dari 5%.

Secara umum angka kematian akibat virus ini di China 2,3%.

Namun, angka itu paling tinggi ada di Provinsi Hubei, yaitu 2,9%, dibandingkan dengan 0,4% di seluruh wilayah China.

Sebagai perbandingan, angka kematian akibat flu musiman sekitar 0,1%.

Gejala yang ringan ternyata memiliki sisi negatif karena membuat para ilmuwan lebih sulit untuk dikenali dan pasien tidak berobat ke dokter.

Selain itu, seseorang bisa saja terinfeksi tetapi tidak menimbulkan gejala apa pun.

Menurut Dr Jin Dongyan, orang yang mengalami gejala virus Corona ringan, secara umum sulit dibedakan dengan orang yang sakit flu biasa atau salesma.

"Gejalanya bisa sangat ringan, seperti nyeri tenggorokan."

"Lalu setelah satu 2 hari sembuh. Bahkan pada pasien yang ke dokter, gejalanya tidak dikenali karena sangat ringan, seperti flu," ujarnya.

 

Dalam penelitian di China, beberapa kasus virus Corona yang ringan juga menyebabkan pneumonia, gejalanya termasuk rasa lelah dan demam tapi tidak tinggi.

Menurut studi terhadap 99 pasien positif virus Corona di Wuhan, ditemukan mayoritas ke dokter karena mengalami demam dan batuk, dan beberapa mengeluh sesak napas atau nyeri otot.

Memang Covid-19 tidak boleh diremehkan karena pada kasus yang kritis bisa menyebabkan kematian.

Walau begitu, pada infeksi yang ringan, virusnya akan 'sembuh sendiri'.

"Gejalanya akan hilang sendiri, sama seperti flu atau salesma," kata Dr Jin Dongyan.

Hal tersebut juga berarti bisa saja orang yang sebenarnya terinfeksi virus Corona masih beraktivitas seperti biasa; bepergian, melakukan kontak dekat dengan orang lain, dan menyebarkan virusnya tanpa ada yang tahu.

Dari fenomena tersebut, para ahli memperkirakan akan ada 2 kemungkinan terkait 'nasib' dari wabah Covid-19 ini.

Yaitu lama-lama akan tidak menular lagi, atau virusnya mati, sama seperti SARS.

Alternatif lain, Covid-19 akan hidup bersama manusia, kadang hilang dan timbul sesuai musim, sama seperti influenza.

"Dalam situasi tersebut, orang harus belajar untuk hidup bersama virusnya dan terkadang akan menimbulkan gejala, tetapi lama-kelamaan virusnya akan kehilangan bahayanya."

"Seiring waktu, para ilmuwan juga bisa mengembangkan vaksinnya," katanya. 

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul Ilmuwan Sebut Ada 2 Jenis Virus Corona, Diduga Mutasi Berawal dari Jenis Virus Ganas di Wuhan, China

Sumber: TribunStyle.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved