Giliran Latheefa Koya Pimpinan KPK Malaysia yang Mengundurkan Diri, Susul Mahathir Mohammad
Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Malaysia (MACC) Latheefa Koya tiba-tiba umumkan pengunduran dirinya pada Jumat
Giliran Latheefa Koya Pimpinan KPK Malaysia yang Mengundurkan Diri, Susul Mahathir Mohammad
===
TRIBUNPEKANBARU.COM - Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Malaysia (MACC) Latheefa Koya tiba-tiba umumkan pengunduran dirinya pada Jumat 6/3/2020.
Pengunduran diri ini muncul di tengah penyidikan kasus 1MDB yang melibatkan mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak.
Keputusan ini datang begitu tiba-tiba, dengan berjarak hanya beberapa hari dari kebangkitan partai yang telah kalah di pemilihan umum tahun 2018 silam.
Mahathir Mohamad, yang juga mengundurkan diri secara tiba-tiba minggu lalu setelah koalisi Pakatan Harapan runtuh, telah menuduh United Malays National Organisation (Umno) merancang sebuah skema agar para aggotanya dapat lolos dari tuduhan korupsi miliaran dolar dana negara 1Malaysia Development Bhd (1MDB).
Partai Umno menyangkal tuduhan tersebut.
Sementara itu Latheefa Koya mengatakan tidak ada paksaan baginya untuk mundur dari posisinya sebagai pimpinan KPK, dan Muhyiddin Yassin yang berasal dari partai Umno, mengerti keputusannya.
Ia akan kembali menjadi advokat HAM.
"Aku sudah memberi tahu perdana menteri yang baru mengenai aksi yang sedang dilakukan untuk meraih kembali dana curian 1MDB dari luar negeri," ujar Latheefa.
Wan Azizah Gantikan Mahathir Mohamad
Setelah Tun Dr Mahathir Muhamad mengundurkan diri dari jabatan Perdana Menteri Malaysia, Wan Azizah Wan Ismail ditunjuk sebagai Perdana Menteri Interim.
“Wan Azizah menjadi Perdana Menteri interim saat ini,” ujar salah seorang petinggi Partai Keadilan Rakyat, dikutip Malay Mail Senin, 24 Februari 2020.
Perdana Menteri Malaysia Tun Dr Mahathir Muhamad telah mengundurkan diri pada Senin (24/2/2020).
"Kenyataan Akhbar: Peletakan Jawatan sebagai Perdana Menteri Malaysia," demikian isi dari surat pengunduran diri Mahathir yang disampaikannya melalui media sosial Twitternya, Senin (24/2/2020).

Setelah pengunduran dirinya, Wakil Perdana Menteri Datuk Seri Dr Wan Azizah Wan Ismail akan menggantikannya.
Selain itu ia bisa menjadi perdana menteri perempuan pertama di Malaysia.
Wan Azizah Wan Ismail adalah istri Datuk Seri Anwar Ibrahim bekas tangan kanan Mahathir. Selain itu, ia juga adalah ibu dari Nurul Izzah Anwar, yang merupakan anggota Dewan Rakyat Malaysia.

Profil
Seri Dr Dato Wan Azizah binti Wan Ismail (65) lahir pada 3 Desember 1952.
Ia merupakan politisi Malaysia yang menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri perempuan Malaysia dan Menteri Perempuan, Keluarga dan Pengembangan Masyarakat sejak 12 Mei 2018.

Ia adalah Anggota Parlemen untuk Pandan. Wanita pertama yang memegang posisi penting di Malaysia.
Saat ini, ia adalah Presiden koalisi Pakatan Harapan, dan sebelumnya adalah Presiden Partai Keadilan Rakyat (Melayu: Parti Keadilan Rakyat ) dari tahun 1999 hingga 2018.
Ia terpilih sebagai anggota Majelis Legislatif Negara Bagian Selangor untuk Kajang hingga Mei 2018.
Lahir di Singapura, Wan Azizah mempunyai darah Tionghoa dari kakeknya dan dibesarkan dalam budaya Muslim-Melayu.
Pendidikan
Wan Azizah menerima pendidikan awalnya di Sekolah Biara St. Nicholas , Alor Setar dan melanjutkan pendidikannya di Tunku Kurshiah College di Seremban.
Setelah menamatkan pendidikan di Malaysia, Wan Azizah melanjutkan belajar kedokteran di Royal College of Surgeons di Irlandia.
Di Royal College Of Surgeons ini, Wan Azizah mendapat penghargaan medali emas di bidang kebidanan dan ginekologi. Ia lulus sebagai dokter spesialis mata yang berkualifikasi.
Wan Azizah menjabat sebagai dokter pemerintah selama 14 tahun sebelum memutuskan untuk fokus pada pekerjaan sukarela , ketika suaminya, Anwar Ibrahim diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri Malaysia pada tahun 1993.
Ia menjadi wanita kedua yang memimpin partai politik dalam sejarah Malaysia.
Pemimpin Gerakan Reformis

Setelah suaminya ditangkap pada tanggal 20 September 1998, Wan Azizah menjadi pemimpin gerakan Reformasi yang masih muda.
Awalnya ia memimpin Gerakan Keadilan Sosial (ADIL), sebuah LSM hak-hak sipil.
Setelah itu ia membantu mendirikan Parti Keadilan Nasional pada 4 April 1999.
Pada 3 Agustus 2003, Wan Azizah membawa partainya ke dalam penggabungan dengan Partai Rakyat Malaysia (atau Parti Rakyat Malaysia ). Ia terpilih sebagai presiden partai yang baru saja digabung itu.
Masuk Parlemen
Dalam pemilihan pertama yang diperebutkan oleh partai pada tahun 1999, Wan Azizah memimpin partai untuk memenangkan lima kursi di Parlemen.
Dia terpilih sebagai Anggota Parlemen untuk Permatang Pauh; kursi yang sebelumnya dipegang oleh Anwar Ibrahim; dengan mayoritas 9.077 suara. Dia berhasil mempertahankan kursi di pemilu 2004.
Sebagai pemimpin partai politik dan juga perwakilan parlemen, Wan Azizah telah berbicara di program yang disponsori PBB, dan media lokal dan internasional.
Ia juga Wakil Ketua Kaukus Parlemen Malaysia untuk Demokrasi di Myanmar dan anggota Kaukus Myanmar Antar-Parlemen ASEAN.
Wakil Perdana Menteri
Pada 7 Januari 2018, aliansi oposisi Pakatan Harapan mengumumkan Mahathir Mohamad sebagai kandidat mereka untuk Perdana Menteri dalam pemilihan 2018, dengan Wan Azizah sebagai Wakil. (*)