Story

Kisah Dokter di Batang Cenaku Inhu, Pasien Dibolehkan Berhutang Jika Belum Mampu Bayar

Ketulusan sebagai seorang dokter, membuat dokter Roni dikenal sebagai dokter ngutang oleh warga. Pasien yang belum mampu bayar boleh untuk berhutang.

Penulis: Bynton Simanungkalit | Editor: M Iqbal
Tribunpekanbaru.com/Bynton Simanungkalit
Dokter Roni B Manurung. 

Kisah Dokter Roni di Batang Cenaku Inhu, Pasien Dibolehkan Berhutang Jika Belum Mampu Bayar

TRIBUNPEKANBARU.COM, RENGAT - Empat tahun dokter Roni B Manurung bertugas di Kecamatan Batang Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu).

Kehadirannya di sana adalah untuk melayani warga yang selama ini sulit mendapatkan pelayanan kesehatan karena akses jalan yang rusak dan lokasi yang terpencil.

Ketulusan dan komitmennya pada sumpah yang diucapkan semasa dilantik menjadi dokter, membuat dokter Roni dikenal sebagai dokter ngutang oleh warga sekitar.

Betapa tidak, ia memberikan kesempatan warga yang belum mampu membayar untuk berhutang.

Tribun mendatangi tempat praktek dokter Roni B Manurung di Desa Puntianai, Kecamatan Batang Cenaku.

Perjalanan dari Simpang Tugu Patin, Kelurahan Pematang Reba menuju tempat prakteknya membutuhkan waktu hampir dua jam.

Akses jalan ke tempat praktek dokter Roni B Manurung sebagian sudah beraspal namun masih ada jalan tanah.

Apalagi kalau masuk semakin dalam wilayah Kecamatan Batang Cenaku, dimana akses jalan satu-satunya yang bisa dilalui hanyalah Jalan Lintas Selatan yang terbengkalai pembangunannya.

Kondisi jalan tersebut berbatu, berlubang, berdebu saat kemarau, dan bila hujan akan sulit dilalui karena licin dan becek.

Setibanya di tempat prakteknya, doter Roni B Manurung pagi itu tampak santai di kantin yang berada di sebelah tempat prakteknya.

Bagi mereka yang belum mengenali dokter Roni B Manurung tentunya mereka tidak sadar bahwa Roni adalah seorang dokter apabila melihat penampilannya.

Pasalnya, pagi itu penampilannya seperti warga biasa. Memakai baju kaus yang lusuh, bercelana loreng.

Duduk santai bersama meminum kopi. Jangan heran dengan dokter yang satu ini, ia memang suka berpenampilan biasa layaknya warga.

Karena baginya penampilan itu bukan yang paling penting, baginya yang penting pasiennya sehat.

Bahkan ia mengungkapkan dalam suatu kondisi ia terpaksa melayani pasien darurat.

Sementara saat itu ia hanya mengenakan sarung, namun tetap melakukan tindakan untuk membantu pasien

"Setelah stabil, ibu-ibu yang mengantarkan pasien itu tidak sadar kalau saya adalah dokter, jadi dia bertanya kok dokternya gak turun tangan melayani pasien. Saya sampaikan saja kalau saya dokternya," ujar Roni.

Disamping melayani pasien di tempat prakteknya, dokter Roni B Manurung juga bisa menjadi dokter panggilan.

Saat ada warga yang sakit dan tidak mampu datang ke tempat praktenya, dokter Roni B Manurung bersedia mendatangi ke rumahnya.Jalanan berbatu dan berlubang itu dilewatinya, demi membantu warga yang sedang sakit.

Setelah selesai melayani pasien, warga yang tidak mampu membayar juga sering berutang kepadanya.

"Saya tidak masalah dengan utang ya setiap bulan saya tagih, warga itu mencicil setiap setelah panen atau setiap gajian," kata Roni.

Namun tak jarang ia kesulitan untuk menagih karena ada warga yang tidak bersedia membayar.

Bahkan dalam satu kondisi, warga pernah mengancamnya karena menolak membayar utang perobatannya.

Saat berhadapan dengan warga yang begitu, Roni hanya bisa bersabar dan melapor ke Polisi.

Semua tantangan yang dilaluinya untuk melayani warga di daerah terpencil itu tak menyurutkan semangatnya.

Roni mengaku bahwa cita-citanya selama ini adalah menjadi tentara.

Namun karena terinspirasi oleh ibunya yang seorang bidan, maka ia memutuskan jalan hidupnya adalah sebagai seorang dokter.

"Dulu saya sering dibawa oleh ibu saya membantu orang melahirkan, bahkan ibu saya juga sering tidak menerima bayaran," kata dokter alumnus Universitas Methodist Indonesia itu.

Semangat yang dimiliki ibunya itu seperti terpatri di dalam jiwa Roni.

Hal itulah yang membuat tekadnya bulat untuk melayani di daerah terpencil.

"Waktu saya datang ke sini, tujuan saya satu, yaitu agar warga mendapatkan pelayanan kesehatan dari seorang dokter.

Karena selama ini warga di sini hanya berobat ke dukun atau mantri dan bidan," kata Roni.

Roni mengungkapkan pengalamannya saat ia dipanggil warga yang kesurupan.

"Setelah dicek ternyata warga itu punya penyakit medis juga, maka saat itu saya dan dukun saling berdampingan mengobati pasien itu," kata Roni.

Roni mengaku sempat ikut bertarung sebagai calon legislatif pada Pemilu tahun 2019 lalu, namun ia gagal mendapatkan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Inhu.

Ia berkata dengan menjadi anggota dewan, ia ingin berjuang agar warga di daerah terpencil bisa mendapatkan fasilitas kesehatan yang layak.

Meski gagal, ia tetap melayani pasiennya. "Mungkin ini sudah menjadi jalan saya sebagai seorang dokter," kata Roni.

Roni mengaku tidak ingin menjadi pegawai negeri sipil (PNS). "Saya tidak ingin menjadi PNS, sebenarnya saya ini orang yang tidak suka berdiam diri di balik meja. Saya lebih suka seperti ini," katanya.

Jalan hidupnya sebagai dokter di daerah terpencil sempat ditentang oleh istrinya, Sri Wahyunita Tarigan.

"Istri saya berpikir bagaimana sekolah anak ke depan dengan kondisi tempat seperti ini, tapi karena kita sudah berkomitmen saat menikah maka ia mendukung dan ikut dengan saya melayani pasien di sini," kata Roni.

Ia berkata profesinya saat ini dijalaninya apa adanya sesuai sumpah dokter yang diucapkan ketika dilantik jadi dokter.

Ketulusan dokter Roni melayani pasien, diakui oleh warga sekitar. Masriana, warga Desa Kepayang Sari, Kecamatan Batang Cenaku misalnya.

Tribun bertemu dengan Masriana saat menemani ayahnya, Syamsul Bahri yang sedang dirawat inap di tempat prakter dokter Roni.

Masriana mengaku terbantu dengan kehadiran dokter Roni di Kecamatan Batang Cenaku.

"Dulu kami hanya bisa berobat ke mantri atau bidan, sekarang sudah ada dokter yang dekat ke kampung kami," kata Masriana.

Saat pasien seperti ayahnya tidak bisa dibawa ke rumah sakit atau klinik, Masriana mengaku dokter Roni bersedia datang ke rumahnya untuk mengobati ayahnya.

"Sudah lama bapak saya sakit, dokter Roni sering datang ke rumah untuk mengobati. Cuma kali ini karena sakitnya sudah parah makanya di bawa ke sini," kata Masriana.

Soal pembayaran perobatan ayahnya, Masriana mengakui bahwa keluarganya sering berutang kepada dokter Roni.

"Pekerjaan kami hanya petani, setelah panen baru bisa kami bayar dengan cara mencicil. Kadang-kadang kami lebihkan juga," kata Masriana.

Sementara itu di tempat tidur, Syamsul Bahri tampak terbaring lemah dengan selang oksigen terpasang di hidungnya.

Syamsul Bahri mengeluh sulit bernapas dan dadanya terasa sakit ketika itu, sehingga tidak bisa diajak berbicara banyak.

Julukan dokter ngutang itu tampaknya bukan hanya omong kosong saja.

Seperti yang diungkapkan oleh Hadirin, warga Desa Anak Talang, Kecamatan Batang Cenaku, Inhu.

"Ya, memang dokter Roni itu selama ini bisa diutangi. Pelayanannya juga bagus," kata Hadirin.

Hadirin mengaku warga di desanya sangat merasa terbantu dengan kehadiran dokter Roni.

Pasalnya selama ini untuk bertemu dengan dokter mereka harus menempuh perjalanan sejauh 50 kilometer ke daerah Belilas, Kecamatan Seberida, Inhu.

Namun kini dokter hadir di tengah-tengah warga untuk membantu warga di tempat terpencil seperti desa mereka. (Tribunpekanbaru.com/Bynton Simanungkalit).

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved