Virus Corona
Rekor! KEMATIAN Akibat Virus Corona di Amerika Serikat Capai 1.509 Sehari, Dunia 120.435
Pada Selasa (14/4/2020), Covid-19 telah merenggut setidaknya 23.529 nyawa di Negeri "Uncle Sam", terbanyak dari negara mana pun.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Pandemi corona hingga saat ini masih menjadi perhatian masyarakat dunia.
Jumlah positif dan korban meninggal akibat virus ini juga terus bertambah.
Hingga Selasa (14/4/2020) pukul 16.31 WIB, jumlah yang terinfeksi mencapai 1.933.883 kasus, 120.435 di antaranya meninggal.
Di Amerika Serikat (AS) sendiri telah mencatatkan angka 1.509 kematian akibat virus corona dalam 24 jam terakhir.
Angka tersebut diumumkan oleh Universitas Johns Hopkins pada Senin (13/4/2020) pukul 20.30 waktu setempat, atau Selasa (14/4/2020) pukul 07.30 pagi WIB.
Pada Selasa (14/4/2020), Covid-19 telah merenggut setidaknya 23.529 nyawa di Negeri "Uncle Sam", terbanyak dari negara mana pun.
Amerika sendiri saat ini telah memiliki lebih dari 550.000 kasus virus corona.
Data tersebut menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Kendati demikian, Gubernur New York pada Senin menyatakan bahwa "yang terburuk sudah berakhir" di negara bagian tersebut, ketika angka kematian mencapai 10.000 jiwa.
Beberapa negara lain kini juga sedang menyusun rencana untuk memulai lagi perekonomian yang sempat mati suri.
Presiden Donald Trump dalam tweet-nya menuliskan, setiap keputusan untuk mengakhiri penutupan ada padanya, walau lockdown yang ditetapkan negara bagian adalah inisiatif gubernur.
Sistem federal Pemerintah AS mendelegasikan kekuasaan kepada gubernur dari 50 negara bagian, tetapi presiden secara teori dapat menggunakan kekuasaannya untuk mengawasi strategi nasional yang terkoordinasi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan, mencabut pembatasan pergerakan dan perjalanan yang terlalu cepat dapat memicu gelombang kedua virus corona.
Dr Anthony Fauci, pakar pandemi senior, dalam sebuah wawancara televisi mengatakan, beberapa negara bagian dapat mulai mengurangi pembatasan bulan depan, asalkan tetap berhati-hati.
"Saya pikir itu mungkin bisa dimulai dalam beberapa cara, mungkin bulan depan," kata pria yang menjabat sebagai Kepala Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular itu kepada CNN.
"Kami berharap akhir bulan ini kita dapat melihat-lihat dan berkata, oke, apakah ada bagian di sini yang kita dapat mulai lagi dengan aman dan berhati-hati?" lanjutnya.
