Virus Corona
BRUTAL! Wabah Covid-19 di Australia, Pelajar China Dipukuli & Diusir: Keluar Kau dari Negara Kami!
Insiden itu, yang dikecam oleh wali kota Melbourne, Sally Capp dan Universitas Melbourne, membuat para pelajar asal China itu trauma.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Sentimen rasis terhadap warga asal China semenjak mewabahnya Virus Corona semakin meningkat.
Baru-baru ini, rasisme berujung persekusi terhadap warga China terjadi di Australia.
Mereka menganggap, warga China lah yang menyebarkan Covid-19 hingga meyebar ke seluruh penjuru dunia.
Virus Corona di Australia hingga Jumat (17/4/2020) kemarin telah menginfeksi sekitar 6.500 kasus terinfeksi dan menyebabkan 63 kematian.
Ganasnya Virus Corona di negeri Kanguru tersebut membuat warganya panik dan melakukan penyerangan terhadap warga China.
Penyerangan tersebut dialami oleh para pelajar internasional asal China.
Mereka diserang oleh seorang asing di pusat wilayah bisnis (CBD) Melbourne mengatakan, mereka diusir dari Australia.

Orang asing itu berkata, "keluarlah kamu dari negara kami!"
Dua pelajar perempuan asal China pada Rabu sore (15/4/2020) sekitar jam setengah enam, sedang berjalan kaki di sepanjang Elizabeth Street menuhu Woolworths.
Saat itu, mereka dihadapkan oleh sebuah kelompok yang terdiri dari dua wanita berusia 20-an dan juga seorang pria.
Para pelajar asal China itu diminta untuk "kembali ke China" sebagaimana Nine News melaporkan.
Mereka juga diejek soal virus corona. Pelajar dari Universitas Melbourne yang berusia 18 dan 20 tahun itu menanggapi ejekan penyerangnya dan kemudian diserang oleh salah satu wanita dari kelompok itu.
Sebuah rekaman menunjukkan salah satu wanita meraih salah satu pelajar perempuan itu dan meninju berulang kali di kepala ketika si pelajar mencoba untuk melindungi dirinya sendiri, sebelum akhirnya menyeretnya ke tanah dan berlutut dan menendang tubuh bagian atas.

Seorang pria berusaha untuk meredakan situasi tetapi penyerang mengambil sebuah benda dari tanah dan mendekati pelajar asal China yang tadi diserangnya namun pria itu berhasil melerai mereka.
Insiden itu, yang dikecam oleh wali kota Melbourne, Sally Capp dan Universitas Melbourne, membuat para pelajar asal China itu trauma.
"Dia mulai berkata (bersumpah serapah), 'Keluar kalian dari negara kami! Kamu tidak seharusnya berada di sini'," ungkap salah satu pelajar pada Nine News.
"Saya benar-benar takut mereka pikir tidak apa-apa untuk melakukan ini pada orang lain," kata pelajar yang lain dan dia menangis.
Capp mengatakan Melbourne adalah kota inklusif yang menyambut seluruh pelajar internasional.
"Keragaman kami adalah salah satu kekuatan besar komunitas kami, dan kekerasan, pelecehan atau pelecehan tidak akan ditoleransi," kata Sally Capp.
Penyerang wanita pertama tampaknya memiliki penampilan kaukasia, sekitar 20 tahun dan tinggi sekitar 150 cm dengan tubuh kurus dan rambut coklat sebahu yang bagian atasnya dikuncir.
Dia mengenakan atasan berwarna hitam dan memakai rompi bertudung yang berwarna agak hijau serta rok pendek di atas lutut berwarna putih.
Pelaku perempuan kedua memiliki rambut pirang sebahu.
Dia mengenakan jaket merah muda. Di sisi lain, pendidikan internasional adalah industri ekspor layanan terbesar Victoria.
Mahasiswa internasional, yang bayarannya sangat diandalkan oleh sektor universitas, menghasilkan pendapatan 11,8 miliar dollar Australia (sekitar Rp 117 triliun) untuk negara pada 2018 dan mendukung hampir 80.000 pekerjaan.
Industri ini akan menghadapi krisis di tahun-tahun mendatang jika pelajar internasional diblokir dari memasuki negara karena pembatasan perbatasan yang bertujuan melindungi Australia dari Covid-19.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "2 Pelajar asal China di Australia Ini Dipukuli dan Didiskriminasi Rasial"