Jauh Sebelum Virus Corona, Inilah Wabah Mematikan yang Pernah Ada, Bagaimana Wabah Itu bisa Hilang?

Dua pernah mencatat wabah-wabah mematikan. Membunuh ratusan juta. Ternyata wabah tersebut hilang salah satunya dengan cara melakukan karantina

Editor: Budi Rahmat
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi Virus Corona atau Covid-19 

TRIBUNPEKANBARU.COM-Inilah lima wabah mematikan yang pernah ada selama peradaban manusia. bahkan beberapa wabah membunuh puluhan juga orang.

Dari wabah yang muncul itu terlihat berbagai upaya dilakukan untuk memutus mata rantai penyebarannya.

Diantaranaya dengan melakukan karantina seperti halnya yang digiatkan saat wabah virus corona yang kini menjadi pandemi.

Nah, tahukan anda bagaimana wabah mematikan tersebut berakhir. Berikut ini ini lima wabah mematikan yang pernah ada dalam peradaban manusia dan proses berakhirnya

Jangan Macam-macam dengan Petugas Medis di Negara Ini selama Pandemi Virus Corona, Sanksi Berlaku!

Akhirnya Korut Akui Wabah Virus Corona Sampai di Negera Kim Jong-un, Jumlah Korban di Luar Dugaan

Enam Hari Jasad sang Paman yang Meninggal akibat Virus Corona Hilang, Akhirnya Ditemukan di Sini

Foto serupa yang beredar di grup WhatsApp. Foto ini merupakan sejumlah orang melakukan aksi mengenang 528 korban pembantaian Nazi di Frankfurt, Jerman pada 2014 silam. (Rolf Oeser/evangelischesfrankfurtarchiv.de)
Foto serupa yang beredar di grup WhatsApp. Foto ini merupakan sejumlah orang melakukan aksi mengenang 528 korban pembantaian Nazi di Frankfurt, Jerman pada 2014 silam. (Rolf Oeser/evangelischesfrankfurtarchiv.de) (Rolf Oeser/evangelischesfrankfurtarchiv.de)

Mengutip situs History, Minggu (19/4/2020), berikut catatan sejarahnya.

Plague of Justinian

Tiga pandemi paling mematikan di dunia diakibatkan oleh bakteri yang sama, yaitu Yersinia pestis.

Plague of Justinian adalah wabah yang menginvasi Konstantinopel, ibu kota Kerajaan Byzantine yang kini menjadi Kota Istanbul di Turki. Sejarah mencatat, wabah tersebut tersebar pada tahun 541 masehi.

Yersinia pestis dibawa dari Mesir melalui Laut Mediterrania. Bakteri tersebut menempel pada tikus hitam yang berkeliaran di kapal.

Wabah ini mematikan Konstantinopel dan menyebar seperti kobaran api ke Eropa, Asia, Afrika Utara, dan Semenanjung Arab. Diperkirakan 30-50 juta orang meninggal, sekitar setengah populasi dunia waktu itu.

“Pada saat itu yang dilakukan hanya menghindari yang sakit. Besar keyakinan pada waktu itu pandemi berakhir karena orang yang terinfeksi dan masih hidup menghasilkan imunitas,” tutur Thomas Mockaitis, profesor sejarah di DePaul University.

Black Death

800 Tahun usai Plague of Justinian, wabah yang sama melanda Eropa. Pandemi ini terjadi pada 1347, dan disinyalir menewaskan 200 juta nyawa hanya dalam 4 tahun.

Pemandu Lagu ini Harus Layani Tamu WNA di Tengah Wabah Corona, Sempat Takut, Untung Hasilnya Negatif

Kontak dengan Ayah dan Paman yang Baru Pulang dari Bekasi dan Tangerang, Balita Positif Virus Corona

Mockaitis mengatakan hingga saat ini belum ada yang mengetahui penyebab berhentinya wabah mematikan ini, namun pasti ada hubungannya dengan karantina.

Pada saat itu, pemerintah kota pelabuhan Ragusa di Italia melakukan karantina terhadap para pelayar untuk membuktikan bahwa mereka tidak membawa penyakit.

Pada awalnya, para pelayar ditahan di kapal mereka selama 30 hari. Hukum Venesia menamai kondisi ini sebagai trentino. Kemudian, masa isolasi bertambah menjadi 40 hari yang dikenal sebagai quarantine, asal mula kata quarantine dan karantina.

The Great Plague of London

Usai Black Death, wabah tersebut kembali setiap 20 tahun mulai dari 1348 – 1665. Terdapat 40 kali wabah selama 300 tahun.

Hingga akhirnya pada awal tahun 1500-an, pemerintah Inggris mengumumkan peraturan untuk memisahkan dan mengisolasi orang sakit. Rumah orang yang terkena wabah diberikan penanda di bagian depannya.

The Great Plague terjadi pada 1665, menewaskan sekitar 100.000 warga London hanya dalam waktu 7 bulan. Semua ruang public ditutup dan orang yang terinfeksi wajib mengisolasi dalam rumah untuk mencegah penyebaran penyakit.

Mereka yang tewas dimakamkan secara massal. Begitulah pandemi ini berakhir.

Sejumlah petugas memindahkan peti mati seorang korban virus Corona, COVID-19 ke sebuah situs pemakaman di sebuah pemakaman di Jakarta, Rabu (15/4/2020).
Sejumlah petugas memindahkan peti mati seorang korban virus Corona, COVID-19 ke sebuah situs pemakaman di sebuah pemakaman di Jakarta, Rabu (15/4/2020). (BAY ISMOYO / AFP)

Pasar Kaget di Tampan Masih Buka Saat PSBB, Padahal Kecamatan yang Banyak Kasus Positif Corona

Sembari Menunggu Investigasi China, Trump sebut AS juga Lakukan Penyelidikan Kasus Virus Corona

Cacar air

Selama berabad-abad, cacar air merupakan penyakit endemic di Eropa, Asia, dan negara-negara Arab. Penyakit ini menewaskan 3 dari 10 orang yang terinfeksi, sisanya mengalami bekas luka yang cukup parah.

Sekelompok orang yang membawa penyakit ini dari masa lampau ke dunia modern adalah para penjelajah Eropa.

Populasi yang kini menempati wilayah Meksiko dan AS memiliki nol imunitas terhadap cacar air. Dengan munculnya para penjelajah Eropa, angka kematian di dua wilayah tersebut mencapai puluhan juta orang.

Beberapa abad kemudian, cacar merupakan virus epidemi pertama yang memiliki vaksin. Butuh waktu setidaknya dua abad kemudian, yaitu 1980-an, World Health Organization mengumumkan cacar air akhirnya kandas dari muka bumi.

Kolera

Pada awal abad ke-19, penyakit kolera menguasai Inggris, menewaskan puluhan ribu orang. Adalah John Snow, dokter yang menyadari bahwa penyakit tersebut berasal dari air minum.

Snow kemudian meyakinkan pemerintah setempat untuk mengganti handle di sumber air Broad Street, kemudian infeksi kolera pun berkurang seketika.

USAI GONCANG Benua Eropa, WHO sebut Virus Corona akan Mewabah di Afrika, Ini Alasannya

Hal yang dilakukan Snow menjadi acuan banyak pihak untuk memperbaiki sanitasi, dan menjaga kebersihan air minum dari kontaminasi bakteri.

Saat ini, kolera telah tereliminasi dari negara-negara maju. Namun di negara-negara dunia ketiga, kolera masih menjadi momok karena terbatasnya akses air bersih.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Bagaimana 5 Pandemi Terburuk Dunia Berakhir? Sejarah Mencatat

Apa Sih Perbedaan Batuk Biasa dengan Batuk Gejala Virus Corona? Jangan Sampai Salah

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved