Bupati Prihatin, Petugas Harus Menunggu 7 Jam Baru bisa Bawa Warga yang Positif Covid-19 ke RS
Padahal untuk kesembuhan warga itu sendiri. Petugas yang harus sabar, Menunggu sampai 7 jam agar warga yang positif covid-19 mau dibawa ke RS
TRIBUNPEKANBARU.COM- Apasalahnya tinggal ikut saja. Padahal untuk kesembuhan sendiri. Namun kenyataannya masih saja ada warga yang menolak bahkwan harus berdebat dulu dengan petugas sebelum mau dibawa ke erumah sakit.
Kenyataan tersebut menjadikan Bupati sangat prihatin. padahal jike menurut, petugas tidak akan menunggu lama dan membuang waktu terlalu lama hanya untuk memastikan warga tersebut.
Bayangkan saja, petugas dengan APD lengkap yang datang sejak pukul 19.00 WIB baru bisa membawa warga yang positif tersebut ke rumah sakit pada pukul 02.00 WIB dinihari.
• Pria yang Jatuh dari Motor Ternyata Positif Virus Corona, Warga dan Polisi Diisolasi
• Update Virus Corona Sumbar, Bertambah 16, Total Ada 286 Orang Positif Covid-19
• Bermodal Celana Dalam dan Sehelai Sarung, Kakek PDP Corona Ngamuk Dobrak Pintu RS, Perawat Tak Kuat

Itulah salah satu kendala yang dihadapai Pemkab Pamekasan saat menanggulangi dan mencegah penyebaran Covid-19 di Kabupaten Pamekasan, Madura.
Selain tingkat kesadaran masyarakat belum masif, juga petugas dan tenaga medis mendapat penolakan dari keluarga pasien ataupun pasien sendiri untuk diisolasi ke rumah sakit.
Kendala penangangan Covid-19 di Pamekasan ini, diungkapkan Bupati Pamekasan, Baddrut Tamam.
Pasien yang sudah berdasarkan hasil analisa dan rapid test dinyatakan positif, namun ketika pasien akan dibawa petugas medis ke rumah sakit, pasien tidak langsung nurut, tapi petugas medis bedebat terlebih dengan pasien dan keluarganya.
Bupati mengungakapkan, dirinya prihatin dengan kejadian beberapa waktu lalu.
Ketika petugas medis, termasuk sopir yang sudah mengenakan pakaian hazmat, mendatangi rumah pasien untuk dibawa ke rumah sakit, tidak langsung mau, tapi harus berdebat panjang dan menunggu berjam-jam di rumahnya, agar pasien sadar dan mau diisolasi demi kesembuhan yang bersangkutan.
“Bayangkan, petugas medis dan sopir ambulan mengenakan APD lengkap, menunggu pasien dari pukul 19.00 hingga pukul 02.00 dini hari. Selama tujuh jam itu, petugas dengan sabar, tidak bisa minum dan makan, serta menahan untuk buang air kecil. Padahal, ini semua demi pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal. Tapi pasien sendiri yang kurang koperatif,” ujar Baddrut Tamam, Jumat (8/5/2020).
• China Akhirnya Melunak Pasca Ditekan AS dan Australia, Sedia Penyelidikan Virus Corona Digelar
• Type Virus Corona di Indonesia Ternyata Tak Umum, Type Covid-19 di Indonesia Belum Terdeteksi
Menurut bupati, masalah kesehatan milik semua elemen masyarakat.
Peran gugus satuan tugas Covid-19 itu, di antaranya melakukan tracking, sosialisasi yang masih kepada masyarakat dengan menciptakan kesadaran bagi masyarakat, tentang bahaya Covid dan bantuan pelayanan maksimal terhadap masyarakat.
Karena itu, perang terhadap Covid-19 ini bisa terhambat, tanpa partisipasi masyarakat yang tidak bersamaan dengan keinginan pemerintah.
Sebab pihaknya sadar, tugas memerangi Covid, bukan semata-mata ada pada pemerintah, tetapi tugas semua pihak.
Diakui, masalah Covid-19 yang paling dikhawatirkan dan berbahaya jika terdapat pasien Covid-19 dengan status orang tanpa gejala (OTG).
Sehingga pemerintah memohon semua pihak untuk bekerjasama memerangi Covid-19, dimulai dari hulu atau dari masyarakat yang diperlukan kejujurannya dan kepatuhannya melakukan pola hidup sehat, untuk cuci tangan, pakai masker dan jaga jarak, hindari kerumunan, tidak mengahadiri beberapa kegiatan.