Tuding China Biang Kerok Covid-19, AS Kini Sebut Rusia Sekongkol dengan China Palsukan Narasi
China membuat marah Amerika Serikat ketika seorang juru bicara kementerian luar negeri mengunggah pernyataan di Twitter
Duta Besar China untuk Amerika Serikat, Cui Tiankai, baru-baru ini mengeluhkan, "fakta obyektif sebagai disinformasi dan propaganda."
"Di balik pola pikir 'selalu menyalahkan China' adalah politik kotor, diperjuangkan oleh beberapa orang yang menggeser perhatian publik demi kepentingan politik," tulis Cui dalam The Washington Post.
Sementara itu, Presiden China, Xi Jinping pada Jumat kemarin membahas kerja sama atas wabah dalam panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Rusia menentang upaya beberapa kekuatan untuk menggunakan epidemi itu sebagai alasan untuk menyalahkan China dan akan berdiri teguh di pihak China," kata Putin kepada Xi, menurut kantor berita pemerintah Xinhua.
China dan Rusia sering menemukan penyebab umum dan bentrok dengan Amerika Serikat mengenai masalah-masalah dari Venezuela hingga penggunaan sanksi ekonomi terhadap pelucutan senjata.
Peningkatan jumlah pengikut di Twitter yang mencurigakan Menurut Global Engagement Center, China sekali lagi mengintensifkan kampanye daringnya untuk mempertahankan penanganan pandemi, yang telah menewaskan sekitar 270.000 orang di seluruh dunia, dan mengkritik Amerika Serikat.
"Beijing beradaptasi secara real time dan semakin menggunakan teknik yang telah lama dilakukan oleh Moskwa," kata Gabrielle.
China semakin banyak menggunakan jaringan bot untuk memperkuat pesannya, tambah Gabrielle.
Jaringan bot atau bot network adalah jaringan komputer dan perangkat yang dibajak dan terinfeksi oleh malware bot dan dikendalikan dari jarak jauh oleh hacker (peretas).
Dia mengatakan bahwa akun Twitter diplomatik resmi China tiba-tiba memiliki peningkatan jumlah pengikut pada akhir Maret.
Angkanya bertambah sekitar 30 pengikut baru setiap hari menjadi lebih dari 720, seringkali dari akun yang baru dibuat.
Dia mengatakan China pertama kali diamati menggunakan metode daring seperti itu untuk "menabur perselisihan politik" di wilayah otonom Hong Kong, yang telah menyaksikan demonstrasi besar pro-demokrasi.
Lea Gabrielle mengatakan Rusia dan China menemukan "konvergensi narasi" pada wabah Virus Corona meski pun tidak mungkin mengetahui sejauh mana koordinasi yang terjalin antara keduanya.
"Saya pikir ada beberapa contoh di mana kita pada dasarnya dapat melihat narasi (konvergensi) didorong oleh aktor negara itu lalu diulang oleh yang lainnya," katanya.
"Jadi kita tentu melihat mereka saling berdiskusi satu sama lain dan pada dasarnya 'bermain bersama' di ruang informasi."