3 Bulan Bungkam, Eks PM Malaysia Mahathir Mohamad Ungkap Alasan Pengunduran Dirinya
sang politisi gaek menerangkan bahwa pada 21 Februari, petinggi Bersatu sudah berencana untuk menentangnya.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad baru-baru ini angkat bicara soal pengunduran dirinya.
Mahathir membeberkan alasannya untuk memutuskan mundur sebagai Perdana Menteri Malaysia pada Februari lalu.
Dalam video yang dirilis di Facebook-nya, mundurnya Mahathir berkaitan dengan partai yang didirikannya, Parti Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu).
Mahathir Mohamad menyatakan seperti dilansir New Straits Times Senin (11/5/2020), dia mundur sebagai PM Malaysia karena ditolak partainya sendiri.
Dalam video berdurasi lima menit, sang politisi gaek menerangkan bahwa pada 21 Februari, petinggi Bersatu sudah berencana untuk menentangnya.
Bersatu, kata dia, begitu kukuh untuk keluar dari koalisi Pakatan Harapan, dan memutuskan bergabung dengan Barisan Nasional yang mereka kalahkan di pemilu 2018.
"Banyak orang tak paham mengapa saya mundur. Saya melakukannya karena partai saya sendiri sudah menolak saya," jelas politisi berjuluk Dr M itu.
Dia menerangkan para petinggi partai membuat keputusan yang bertentangan dengan instruksinya.
Jadi, dia menganggap partainya sudah tak percaya lagi kepadanya.
Dalam situasi pelik itulah, Mahathir mengaku dia tidak bisa lagi mengemban jabatan sebagai Chairman Bersatu maupun PM Malaysia.
"Itu karena partai saya sendiri. Saya menyebut upaya mereka keluar dari Pakatan Harapan tidak mempunyai dasar," jelasnya.
Dalam pertemuan yang berlangsung Jumat, mantan PM berusia 94 tahun itu berujar dia didukung Pakatan untuk menentukan sikapnya.
Saat itu, dia memberi tahu Presiden Bersatu, Muhyiddin Yassin (yang kini adalah penggantinya) mengenai alasan untuk jangan dulu keluar.
Jika ada alasan lain, kata Dr M, maka mereka seharusnya menunggu dulu.
Namun, Muhyiddin disebutnya begitu ngotot untuk meninggalkan aliansi.
Saat itu, Muhyiddin Yassin mengatakan jika mereka tak segera keluar, maka publik bisa dihancurkan oleh Partai Aksi Demokratik (DAP).
Mahathir pun memberi tahu Muhyiddin bahwa dia membutuhkan waktu untuk berpikir. Sebab, Bersatu bisa menang karena didukung Pakatan.
Dia juga menekankan agar mereka tidak terburu-buru untuk bekerja sama dengan koalisi Barisan Nasional, yang sebelumnya sudah menguasai Malaysia lebih dari 60 tahun.
"Mengapa kami harus keluar dari bekerja bersama pihak yang kalah? Pihak yang melakukan korupsi dan mencuri uang," keluh dia.
Namun, Muhyiddin memilih mengabaikan saran orang yang sudah memimpin sejak 1981-2003 itu, dan memilih bergabung dengan beberapa anggota Barisan.
Pada saat itulah, karena sudah tidak lagi mendapat dukungan dari Bersatu, dia pun memutuskan menyerahkan kursinya sebagai chairman.
Pada akhirnya di 1 Maret, Muhyiddin dilantik sebagai PM Malaysia menggantikan Dr M oleh Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah dari Pahang.
Sebab, Muhyiddin dianggap mendapatkan dukungan mayoritas parlemen.
Mahathir dan mantan sekutunya, Anwar Ibrahim, jelas tidak terima.
Dua politisi yang pernah berkolaborasi pada 1993-1998 itu mengajukan mosi tidak percaya, karena Muhyiddin dianggap tak mendapat mandat dari rakyat.
Mahathir Akan Ajukan Mosi Tidak Percaya Kepada PM Muhyiddin di Parlemen.

PM Malaysia Muhyiddin Yassin yang menggantikan Mahathir Mohammad. (AFP)
Sebelumnya, Mahathir Mohammad mengatakan, akan melayangkan mosi tidak percaya kepada PM Malaysia Muhyiddin Yassin di parlemen.
Diberitakan The Straits Times pada Kamis (7/5/2020) eks PM Negeri "Jiran" tersebut bakal mengajukan mosi tidak percaya ketika parlemen bersidang pada 18 Mei mendatang.
Rencana itu tertuang dalam surat tertanggal 4 Mei yang dikirim oleh politisi berjuluk Dr M tersebut ke Ketua Majelis Rendah Parlemen, Tan Sri Mohammad Ariff Md Yusof.
Di surat tersebut Mahathir menyatakan niatnya untuk mengajukan mosi, karena mengklaim Muhyiddin tidak memiliki dukungan mayoritas anggota parlemen untuk menjadi Perdana Menteri Malaysia.
Hal ini terjadi setelah Ketua Menteri Sabah Shafie Apdal, sebelumnya meminta mosi kepercayaan pada Mahathir dalam surat kepada Ariff. Surat ini viral di media sosial pada Rabu malam (6/5/2020).
Akan tetapi mosi Datuk Seri Shafie yang merupakan anggota parlemen untuk Semporna di Sabah, ditolak Ariff karena tidak sejalan dengan Pasal 43 Konstitusi Federal, yang berkaitan dengan wewenang raja untuk menunjuk perdana menteri.
"Oleh karena itu, saya tidak akan mengizinkan mosi dibawa ke sidang parlemen," kata Ariff menanggapi.
Shafie sebelumnya pada Kamis (7/5/2020) mengonfirmasi ia telah mengirim surat tertanggal 1 Mei itu kepada Ariff setelah ditekan wartawan di Sabah.
Akan tetapi menurut laporan The Star, Presiden Parti Warisan Sabah itu menolak menguraikan alasan untuk mengajukan mosi khusus, dengan mengatakan bahwa masalah tersebut akan dibahas pada waktu dan tempat yang tepat.
Tanggal 18 Mei akan menjadi kali pertama sidang parlemen digelar, sejak pemerintahan Perikatan Nasional (PN) yang dipimpin Muhyiddin mengambil alih kekuasaan dari aliansi Pakatan Harapan (PH).
Manuver dari Mahathir dan Shafie memantik lagi konflik politik Malaysia yang dimulai pada 24 Februari.
Saat itu, anggota Parti Pribumi Bersatu Malaysia - termasuk Muhyiddin - dan 11 anggota parlemen dari Parti Keadilan Rakyat (PKR) meninggalkan koalisi Pakatan Harapan, menyebabkan PH kehilangan mayoritas parlemennya.
PH kemudian digantikan oleh PN, aliansi yang dibentuk oleh Muhyiddin bersama Barisan Nasional (BN) yang dipimpin UMNO, dan Parti Islam SeMalaysia yakni partai-partai yang bukan bagian dari pakta PH yang memenangkan pemilu 2018.
Meski PN mengambil alih kekuasaan, PH bersikeras bukan Muhyiddin atau PN yang sebenarnya mendapat dukungan mayoritas anggota parlemen. (*)
Artikel telah tayang di Kompas.com dengan judul:Mahathir Mohamad Ungkap Alasannya Mundur sebagai PM Malaysia