Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Yaman Sebut Pasukan di Pulau 'Dajjal' Didukung Oleh Uni Emirat Arab, Socotra Mencekam

Keberadaan pasukan tersebut di Socotra mengancam flora dan fauan langka di pulau yang disebut sebagai tempat persembunyian Dajjal.

videos.allflavors.net
Flora dan Fauna langka di Pulau Socrota, Yaman terancam punah dengan kehadiran pasukan di pulau yang disebut-sebut tempat persembunyian Dajjal 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Sebuah sumber dari pemerintah Yaman mengungkapkan pasukan sparatis di Socotra mendapat dukungan dari Uni Emirat Arab (UEA).

Keberadaan pasukan tersebut di  Socotra mengancam flora dan fauan langka di pulau yang disebut sebagai tempat persembunyian Dajjal.

Pulau tersebut juga merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO.

Dikutip dari Aljazeera, pasukan tersebut terinditifikasi sebagai pejuang Dewan Transisi Selatan (STC).

"Milisi yang disebut Dewan Transisi di Socotra melakukan kudeta penuh yang merusak institusi negara di provinsi itu," lapor kantor berita resmi Yaman, mengutip seorang pejabat pemerintah yang tidak disebutkan namanya.

Pada akhir Sabtu, kelompok separatis, yang didukung oleh Uni Emirat Arab (UEA), telah mengambil kendali atas sebagian besar provinsi terpencil dari pasukan pemerintah Yaman yang diakui secara internasional yang dipimpin oleh Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.

"Milisi-milisi ini melancarkan serangan dengan berbagai senjata berat dan sedang, menargetkan institusi negara dan properti warga, dan menyerbu kamp-kamp dan markas pemerintah juga," kata pejabat itu.

"Pemerintah tidak akan menerima absurditas ini."

STC yang separatis itu juga menangkap beberapa personil militer dan warga sipil yang menentang kehadiran milisi yang didanai UEA di Socotra, kata para pejabat itu. 

Mereka yang ditangkap termasuk Brigadir Abdel-Rahman al-Zafrani, komandan angkatan udara di provinsi itu, kata mereka.

Tidak ada korban yang dilaporkan, kata empat pejabat keamanan, yang berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang untuk memberi tahu media.

Pejuang STC adalah sekutu darat UEA, yang pernah menjadi mitra koalisi utama Arab Saudi dalam perang selama bertahun-tahun melawan pemberontak Houthi, yang mengendalikan petak-petak wilayah yang luas di utara negara itu.

STC mengibarkan bendera bekas negara komunis di selatan dan telah mendorong untuk lagi membagi negara yang dilanda perang menjadi dua, seperti tahun 1967 hingga 1990.

Gubernur Socotra Ramzi Mahrous mengutuk serangan separatis di provinsinya, mengatakan dari rumahnya di pulau Samudra Hindia bahwa pasukannya akan melawan balik. Dia tidak merinci.

Pada hari Jumat, separatis merebut beberapa bangunan negara, termasuk markas gubernur, ketika mereka mendorong ke ibukota provinsi, Hadibo, dan terlibat dalam pertempuran sengit dengan pasukan yang setia kepada pemerintah Presiden Hadi yang diasingkan.

Pemerintahan sendiri di selatan Yaman

Pertempuran di Socotra mengancam akan menyebabkan kerusakan permanen pada Situs Warisan Dunia, yang memiliki pohon naga darah langka, spesies tanaman, rempah-rempah dan kehidupan laut, banyak di antaranya tidak ditemukan di tempat lain.

Awal tahun ini, separatis menyatakan pemerintahan sendiri di selatan Yaman dan menguasai kota Aden, sebuah upaya yang memicu kekhawatiran kekacauan baru di sebuah negara yang telah terlibat dalam lima tahun konflik.

Pekan lalu, STC menyatakan pemerintahan sendiri dan keadaan darurat di ibu kota sementara Aden dan provinsi selatan, yang menyebabkan ketegangan di Socotra serta provinsi lain di selatan.

Pemerintah Yaman dan provinsi Hadramout, Shabwa, al-Mahra, Abyan dan administrasi Socotra telah menolak langkah STC, yang juga menuai kritik internasional.

Yaman telah hancur oleh konflik yang meningkat pada akhir 2014 ketika pemberontak Houthi, yang dikatakan terkait dengan Iran, merebut ibukota Sanaa dan memaksa Hadi meninggalkan negara itu dan berlindung di Arab Saudi. 

Koalisi yang dipimpin Saudi meluncurkan serangan militer untuk mendukung Hadi pada Maret 2015.

Konflik lima tahun telah menewaskan ribuan warga sipil dan hampir 3,7 juta orang terlantar secara internal, menurut PBB.

Dampaknya pada infrastruktur negara itu sangat buruk, dengan jalur darat dan bandara utama rusak parah.

Tahun lalu, UEA mengumumkan akan mengakhiri perannya dalam konflik. Namun, pengamat percaya bahwa negara Teluk terus aktif melalui proxy-nya.

Sebelum penarikan, UEA mendirikan pangkalan militer di Socotra, yang menikmati lokasi strategis yang menghadap ke jalur pelayaran internasional yang vital. 

Ini juga memberikan kewarganegaraan Emirati kepada ratusan penduduk dan telah merekrut banyak orang lain untuk membantu mengkonsolidasikan cengkeramannya atas pulau itu, meningkatkan ketegangan dengan Hadi.

(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved