Hidup Sebatang Kara hingga Jalan Merangkak, Mastura Hidup dari Upah Membelah Pinang dan Bikin Tikar
Mastura tinggal sebatang kara dan lebih mirisnya lagi Mastura memiliki keterbatasan fisik sejak remaja.
Penulis: T. Muhammad Fadhli | Editor: Nolpitos Hendri
TRIBUNPEKANBARU.COM, TEMBILAHAN - Muka Mastura (50) tampak bahagia bercampur haru saat Kapolres Inhil AKBP Dian Setyawan, S.IK, SH, M.Hum menyerahkan kunci rumah barunya.
Mastura tidak dapat berkata – kata saat Kapolres Inhil mempersilahkan dirinya untuk masuk dan menghuni secara resmi rumah baru yang dibangun atas bantuan Kapolsek Gaung Anak Serka (GAS) bersama Bhabinkamtibnas Se Kecamatan GAS dan masyarakat Desa Sungai Iliran.
Kapolres Inhil AKBP Dian Setyawan di dampingi Ketua Bhayangkari Cabang Inhil, Arry Dian Setyawan, Kapolsek GAS Iptu Agus Susanto, SH, Ketua DPRD Inhil Ferriyandi dan Danramil GAS Arh Panca Prasetyo secara resmi menggunting pita peresmian rumah layak huni untuk Mastura di Desa Sungai Iliran, Kecamatan GAS, Kabupaten Inhil, Jum’at (21/8).

Di dalam rumah juga telah tersedia peralatan rumah tangga, antara lain, kompor Gas dengan tabung, rak piring, tempat tidur, kelambu.
Dalam kesempatan tersebut Kapolres juga menyerahkan bantuan sosial sembako untuk Mastura dalam rangka HUT ke 75 Republik Indonesia.
“Alhamdulillah sudah bisa dipakai buk, Semoga berkah ya buk,” ungkap Kapolres kepada Mastura saat penyerahan kunci rumah.
Memang tidak banyak kata – kata yang keluar dari mulut Mastura pada kesempatan tersebut, dirinya terlihat masih tampak bingung dan tidak percaya memperoleh bantuan rumah layak huni.
“Terimakasih pak Kapolres rumahnya, terimakasih pak,” ungkap Mastura singkat.
Mastura merupakan warga Parit 19 Desa Sungai Iliran yang tinggal sebatang kara dilingkungan tersebut dan sangat membutuhkan bantuan.
Sehari – hari Mastura mencari sehari-harinya mengambil upah belah pinang dan menganyam tikar.
Sebelumnya Mastura tinggal di gubuk tidak layak huni berukuran kecil sekitar 2 x 3 meter yang berlokasi tidak jauh dari rumah barunya saat ini.
Mastura tinggal sebatang kara dan lebih mirisnya lagi Mastura memiliki keterbatasan fisik sejak remaja.

Mastura memiliki fisik tidak seperti orang pada umumnya, karena tidak bisa berjalan layaknya manusia normal.
Keterbatasannya tersebut, sehari – hari Mastura berjalan dengan cara merangkak.
Di gubuk kecil itu lah Mastura tinggal seorang diri menjalankan aktifitas sehari – hari, mulai dari tidur hingga masak di lakukannya di gubuk sempit tersebut.