KN Pulau Nipah-321 yang Usir Kapal China dari Laut Natuna Mampu Berlayar di Samudera 28 Hari
KN Pulau Nipah -321 milik Bakamla RI mengusir kapal coast guard China dari Laut Natuna, Kepulauan Riau.
TRIBUNPEKANBARU.COM - KN Pulau Nipah -321 milik Bakamla RI mengusir kapal coast guard China dari Laut Natuna, Kepulauan Riau.
KN Pulau Nipah-321 merupakan kapal buatan Batam.
Sempat terjadi ketegangan saat kapal China menerobos wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.
Bakamla langsung bertindak tegas dengan mengusir kapal China itu.
Dalam upaya pengusiran itu, personel KN Pulau Nipah sempat bersitegang dengan kapal China melalui radio karena saling menegaskan posisi dan klaim atas wilayah laut tersebut.
"Kapal Coast Guard China 5204 akhirnya bergerak keluar ZEE Indonesia dengan dibayang-bayangi KN Pulau Nipah-321 pada siang hari, Senin (14/9/2020) usai bersitegang melalui radio," ujar Kabag Humas dan Protokol Bakamla RI Kolonel Bakamla Wisnu Pramandita dalam keterangan tertulis, Senin (14/9/2020).
Untuk memastikan kapal China benar-benar keluar dari wilayah ZEE Indonesia, KN Pulau Nipah kemudian melakukan pengamatan bersama KRI Imam Bonjol-383.
KRI Imam Bonjol hadir ketika melaksanakan patroli untuk membantu kapal Bakamla pada jarak dua hingga tiga Nautical Mile (NM).
Setelah CCG 5204 hilang dari pandangan, KN Pulau Nipah 321 melanjutkan patroli di wilayah perbatasan ZEE Indonesia.
Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi sekaligus secara konsisten sekaligus menunjukkan kehadirannya di ZEE Indonesia.
Wisnu mengatakan, Bakamla sebagai leading sector keamanan laut di masa damai terus pasang badan. Sementara TNI AL dengan kapal perangnya selalu siaga mendukung bila diperlukan.
"Sinergitas Bakamla dan TNI/TNI AL sangat diperlukan untuk mengantisipasi strategy grey area yang mengedepankan kapal kapal non-kombatan dalam konflik wilayah laut," kata Wisnu.
Sebelumnya, Bakamla melalui kapal miliknya, KN Nipah-321, berupaya mengusir kapal coast guard China yang kedapatan berkeliaran di ZEE Indonesia.
Kapal coast guard dengan nomor lambung 5204 terdeteksi sekitar pukul 10.00 WIB di radar dan automatic identification system (AIS) KN Nipah pada jarak 9,35 NM.
KN Nipah kemudian berusaha meningkatkan kecepatannya dan mengubah haluan melaksanakan intersep hingga jarak 1 Nm.
KN Nipah melalui radio VHF chanel 16 menanyakan kegiatan kapal coast guard China.
Setelah dilakukan komunikasi melalui radio dan ditanyakan maksud dari keberadaan kapal di area tersebut, kapal CCG 5204 mengklaim sedang berpatroli di area nine dash line wilayah teritorial China.
Padahal berdasarkan UNCLOS 1982 tidak diakui keberadaan nine dash line dan CCG 5204 sedang berada di area ZEEI.
Untuk itu, coast guard China kemudian diminta segera keluar dari wilayah yurisdiksi Indonesia.
Guna memastikan kapal coast guard China segera hengkang dari ZEEI, Bakamla kemudian berupaya berkoordinasi dengan Kemenko Polhukam dan Kemenlu.
Perlu diketahui, Laut Natuna Utara merupakan wilayah yurisdiksi Indonesia. Di mana Indonesia memiliki hak berdaulat atas sumber daya alam di wilayah tersebut.
Kapal-kapal asing dibenarkan melintas dengan syarat tidak melakukan aktivitas lain yang bertentangan dengan hukum nasional.
Berikut fakta-fakta kapal coast guard China terdeteksi masuk ZEEI di Laut Natuna Utara pada Sabtu (12/09/2020) pukul 10.00 WIB.
Bersikeras tak masuki ZEEI

Automatic identification system (AIS) KN Nipah mendeteksi adanya kapal coast guard China pada jarak 9,35 NM, pukul 10.00 WIB.
KN Nipah lalu mengubah haluan dan melakukan intersep hingga jarak 1 NM.
Melalui radio VHF chanel 16, KN Nipah berkomunikasi dengan kapal CCG China 5204 itu.
Kapal China tersebut tidak mau berpindah lokasi karena yakin masih berada di wilayah mereka.
Mereka menyebut masih berada di area nine dash line yang merupakan wilayah teritorial China.
Padahal, keberadaan nine dash line tidak diakui dalam UNCLOS 1982.
Koordinasi dengan kementerian
Bakamla RI kemudian berkoordinasi dengan Kemenkopolhukam dan Kemenlu.
Hingga Minggu (13/9/2020) pagi, kapal China tersebut masih belum mau meninggalkan lokasi.
"Masih komunikasi dan masih kita upayakan untuk keluar," ujar Aan melalui pesan singkat, Minggu (13/9/2020).
Dalam hal ini, KN Nipah 321 tengah melaksanakan operasi cegah tangkal 2020 di wilayah zona maritim barat Bakamla.
Operasi dimulai pada 4 September dan akan digelar hingga akhir November 2020.
Adapun, Laut Natuna Utara merupakan wilayah yuridiksi Indonesia. Indonesia memiliki hak berdaulat atas sumber daya alam di wilayah itu.
Profil KN Pulau Nipah -321
KN Pulau Nipah-321 merupakan kapal buatan Batam dan diluncurkan PT Citra Shipyard, Tanjunguncang, Jumat (18/10/2019).
Adapun 3 unit kapal negara yang diluncurkan tersebut, yakni Kapal Pulau Nipa 321, Kapal Pulau Dana 323, Kapal Marore 322.
Peluncuran kapal itu dipimpin langsung oleh Kepala Bakamla RI, Laksamana Madya Taufieqoerrochman.
Tampak hadir beberapa pejabat tinggi dari Pemerintahan Provinsi Kepri.
Tiga unit Kapal Negara (KN) yang diluncurkan oleh Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI diperuntukkan untuk memperkuat patroli penjagaan di perairan Kepri, Selat Malaka, Laut Cina Selatan.
Kapal buatan anak negeri itu dikerjakan oleh PT Citra Shipyard galangan Tanjunguncang, Batam.
“Adanya 3 unit kapal ini yang baru saja diluncurkan membuat Bakamla kini memiliki 10 unit KN. Namun hal ini masih jauh dari kebutuhan kita. Sedikitnya jika bergambar dengan kondisi laut kita, Bakamla harus memiliki 77 unit KN, artinya kita masih kurang 67 lagi,” ungkap Taufiq usai memimpin peluncuran KN di PT Citra Shipyard Galangan Tanjunguncang, Batam, Jumat (18/10/2019).
Jadi, lanjut dia, untuk mengakomodir wilayah perairan perbatasan RI, nanti 3 unit kapal yang diluncurkan itu penempatannya akan dinamis, namun lebih fokus menjaga perairan Selat Malaka, Laut Cina Selatan, sesuai jalur teritorial Indonesia.
Dikatakan Taufiq tiga kapal itu memiliki kelebihan stabilitas yang tinggi dilengkapi sistem informasi, dan manuver kendali dengan kecepatan 22 knot serta meriam 30 dan terpasangnya remot radar.
Sementara untuk kelengkapan personel awak kapal berjumlah 35 orang dipimpin perwira menengah berpangkat Letnan Kolonel.
Untuk pembangunan kapal tersebut Bakamla mengucurkan biaya Rp 600 miliar.
Kapal berukuran panjang 80 meter dan lebar 12 meter mampu berlabuh dikedalaman 4 meter, kapal yang baru saja diluncurkan itu dapat berlayar di Samudera dengan kemampuan kurun waktu 28 hari nonstop.
Direktur utama PT Citra Shipyard Galangan, Tanjunguncang, Batam yang merupakan perusahaan perakit kapal Bakamla, Jovan mengatakan pembuatan KN merupakan kedua kalinya oleh perusahaan Citra.
Jovan, menyebut pembuatan kapal tersebut membutuhkan ratusan tenaga kerja warga Batam.
“Pengerjaan dengan durasi 2 tahun yang dimulai sejak Oktober 2017 lalu, telah melibatkan 600 karyawan yang bekerja setiap harinya untuk menyelesaikan kapal,” ujar Jovan usai peluncuran 3 unit kapal itu di PT Citra Shipyard, Jumat (18/10/2019).
Selain pembangunan 3 unit kapal itu, kata Jovan, pihaknya sedang mengerjakan 2 unit kapal Combet Boat alias kapal pengejar.
“Sedang kami bangun ukurannya 18 meter. Untuk 2 unit itu menelan anggaran Rp 32 miliar, awal bulan depan akan diluncurkan,” bebernya.
Dikatakan Jovan, bahwa dalam pengerjaan itu terdapat beberapa kendala seperti bahan-bahan untuk memproduksi kapal.
Dan minimnya pemahaman kemampuan konsultan lokal, kata dia masih membuat perakitan kapal belum maksimal.
“Seperti engine, navigasi itu selalu kita datangkan dari luar, karena kita belum sanggup memproduksinya dan untuk engine kita menggunakan produksi MAN dari perusahaan Jerman,” ungkap dia.
Sementara untuk bahan baku, lanjut dia, pihaknya masih mendatangkan bahan baku besi dari negeri Singapura.
Sehingga kapal tersebut masih perpaduan produk beberapa negara.
Untuk itu, Jovan sebagai pengusaha pembuatan kapal meminta kepada pemerintah agar dapat menyekolahkan anak negeri untuk dapat lebih mahir dalam mendesign kapal Indonesia.
"Sebab kemampuan anak bangsa masih minim untuk mendesign kecanggihan sebuah kapal," katanya. (*)
Sumber: Kompas.com (Penulis: Aprilia Ika, Achmad Nasrudin Yahya |Editor: Aprilia Ika, Ambaranie Nadia Kemala Movanita)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Sempat Bersitegang di Radio, Bakamla Usir Coast Guard China di Natuna