Warga Temukan Tumpukan Batu Diduga Peninggalan Abad ke-14 Dekat Makam Guru Laksamana Raja di Laut
Bentukannya persis seperti tapak bekas pendopo, tempat berkumpul, namun sudah tidak begitu utuh lagi.
Penulis: Muhammad Natsir | Editor: Nolpitos Hendri
TRIBUNPEKANBARU.COM, BENGKALIS - Mendengar nama Datuk Gigi Putih mungkin sedikit asing di telinga ini.
Namun ternyata nama ini sangat akrab di telinga masyarakat Kecamatan Bandar Laksamana Kabupaten Bengkalis.
Nama ini disematkan pada sebuah Makam tua yang terletak di Desa Temiang Kecamatan Bandar Laksamana Kabupaten Bengkalis.
Bahkan jika ingin mencari keberadaan Makam ini sangat mudah ditemukan tidak jauh dari jalan besar.
Bagi masyarakat yang melintas di jalan provinsi penghubung antara Sungai Pakning dengan Kota Dumai jika melintasi desa Tamiang akan melihat sebuah gapura besar yang berada ditepi jalan.
Keberadaannya tepat di sebelah kiri jalan jika melintas dari Sungai Pakning.
Gapura itu secara jelas menuliskan lokasi wisata religi Makam Datuk Gigi Putih.
Keberadaannya tidak begitu jauh, cukup berjalan masuk ke dalam sekitar dua ratus meter dari gerbang masuk.
Sesampainya di dalam akan disuguhkan pemandangan sebuah Makam berukuran cukup besar.
Pada Makam ini terlihat dua nisan terbuat dari batu, dari bentuknya bisa dipastikan berumur cukup lama.
Makam ini sebenarnya sudah lama di ketahui warga setempat, namun dahulu tidak begitu diperhatikan.
Sejak dua tahun terakhir, Makam ini mulai di rawat oleh kelompok masyarakat sadar wisata di Desa Temiang.
Kelompok ini beranggotakan sekitar sebelas orang, niat awal mereka ingin menjadikan Makam ini sebagai tempat wisata religi.
Keinginan ini, ternyata disambut baik oleh Kepala Desa Tamiang.
Pihak Desa akhirnya membangunkan gapura sebagai tanda pintu masuk untuk menuju Makam tersebut.
Bantuan dari desa ini, kelompok sadar wisata Desa Tamiang, semakin rutin membersihkan lokasi Makam.
Hingga pada pertengahan tahun kemarin Makam mulai ramai dikunjungi masyarakat setempat.
"Dua bulan terakhir mulai ramai, banyak masyarakat sekitar sini dan desa tetangga datang untuk melihat Makam Datuk Gigi Putih ini, yang kita yakini memang Makam tua," ungkap Samiun Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Tamiang membuka cerita.
Antusias tinggi masyarakat ternyata, menambah semangat kelompoknya untuk berbenah tempat tersebut.
Kemudian intensitas merawat tempat ini ditingkatkan mereka dilakukan secara swadaya dan anggaran seadanya.
Hingga pada akhir bulan lalu, kelompok sadar wisata Tamiang membuat gotong royong bersama membersihkan Makam untuk memperluas lahan Makam yang dijadikan wisata religi ini.
Gotong royong ini juga diikuti Kepala Desa Tamiang.
Ketika membersihkan lahan yang saat itu masih banyak tertutup semak belukar, Kepala Desa menemukan susunan bebatuan.
Susunan bebatuan ini sangat menarik perhatian karena seperti bebatuan yang disusun dengan rapi.
"Kita bersama sama ketika itu mencoba mengali sekitar empat puluh sentimeter.
Terlihat susunan bebatuan ini sepertinya semakin besar, hingga akhirnya terus kita buka sampai temukan susuna bebatua ini seluas delapan kali delapan meter" tambah Samiun.
Bentukannya persis seperti tapak bekas pendopo, tempat berkumpul, namun sudah tidak begitu utuh lagi.
Selain itu sekitaran lokasi juga banyak ditemukan bekasan guci dan pecahan gelas dan piring batu serta ada beberapa Makam lain yang baru ditemukan di sana.
Berdasarkan temuan ini, pihak Desa melaporkan kepada Kecamatan Bandar Laksamana.
Laporan masyarakat ini diteruskan kepada Plh Bupati Bengkalis dan Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga.
Setelah laporan ini, sekitar seminggu yang lalu ada tim Balai Pengkajian Budaya dari Batu Sangkar turun ke Desa Tamiang.
Tim dari Batu Sangkar ini turun sebanyak empat orang dan melakukan pemeriksaan selama kurang lebih tiga hari berada di sana.
"Informasi sementara kata peniliti yang turun kemarin batu yang ditemukan di sini berasal dari abad ke 14, bisa jadi bekas bangunan yang kita temukan ini lebih tua dari istana Siak.
Namun mereka perlu lakukan penelitian lebih dalam temuan ini," pungkasnya.
Kemunginan para peneliti dari Batu Sangkar ini akan kembali lagi, karena dari keterangan mereka harus ada penelitian lebih lanjut lagi untuk mengetahui secara detail temuan yang punya nilai sejarah ini.
"Untuk sementara tempat temuan ini sudah digaris polisi.
Kita diminta untuk tidak menganggu tapak pendopo yang baru ditemukan ini," terangnya.
Samiun bersama kelompoknya punya cita cita cukup besar terhadap tempat wisata religi yang mereka rintis ini.
Ke depan harapannya tempat ini bisa menjadi lokasi wisata sejarah seperti istana Siak.
"Kalau kita maunya nanti ada tamannya juga di sini samalah seperti istana Siak, sehingga banyak pengunjung dari luar Bengkalis.
Namun karena saat ini masih diurus secara swadaya oleh kita mungkin banyak keterbatasan," ungkapnya.
Mudah mudahan ke depan bisa dikembangkan oleh pemerintah Bengkalis, sehingga harapan kelompok sadar wisata ini bisa terwujud.
Mesteri Datuk Gigi Putih
Sampai saat ini siapa sebenarnya Datuk Gigi Putih belum diketahui secara pasti sejarahnya.
Kelompok sadar wisata Desa Tamiang juga masih mengali sejarah dan cerita tetang Datuk Gigi Putih ini.
Menurut dia, ada beberapa versi cerita Datuk Gigi Putih yang beredar dan dipercaya masyarakat Desa Tamiang.
Namun yang cukup populer dan sering diceritakan dari mulut ke mulut ada dua versi cerita.
Masyarakat percaya sosok yang disemayamkan di dalam Makam tersebut memiliki tubuh tinggi berkulit gelap dan bergigi putih, sehingga dinamakan sebagai Datuk Gigi Putih oleh orang orang di sana dari masa ke masa.
"Inikan cerita cerita orang dari dahulu, tetapi cerita sebenarnya tidak ada yang tahu karena mungkin sudah lama wafaatnya bisa saja berabad abad," kata Samiun.
Menurut Samiun dua versi cerita Datuk Gigi Putih yang dipercaya masyarakat setempat diantaranya masyarakat meyakini Datuk Gigi Putih ini merupakan guru dari Datuk Laksamana Raja di Laut.
Sementara versi kedua Makam ini bukanlah Makam Datuk Gigi Putih melainkan Makam Syekh Abdullah.
"Syekh Abdullah inilah guru dari Datuk Laksamana Raja di Laut.
Sementara Datuk Gigi Putih merupakan peliharaan gaib dari Syekh Abdullah, wujudnya berupa macan," tambahnya.
Sedangkan versi lainnya yang diceritakan oleh beberapa orang dari Dumai, Datuk Gigi putih ini bernama asli Datuk Sri Tamiang.
Namun siapa Sri Temiang ini juga tidak diketahui cerita detailnya.
"Kita di sini mendapat cerita sepotong sepotong, masih kita gali lagi. Bertanya dengan orang orang tua dahulu yang masih hidup.
Kita masih lakukan gajian dengan harapan nantinya bisa tahu siapa sebenarnya Datuk Gigi Putih ini," terangnya.
Sementara itu Camat Bandar Laksamana Acil Esyno membenarkan beberapa lalu memang ada temuan diduga situs sejarah di Desa Tamiang.
Temuan tersebut sekitar satu bulan lalu oleh masyarakat di sana.
Temuan tersebut berupa tumpukan batu di sekitar Makam Datuk Gigi Putih.
Selain tumpukan batu setelah dibersihkan juga ditemukan Makam baru sekitaran tempat tersebut.
"Atas dasar temuan ini kami sampaikan kepada Bupati Bengkalis, kemudian bupati turun bersama Dinas terkait, serta masyarakat raja laut yang konsentrasi dengan sejarah.
Setelah Bupati turun beberapa waktu lalu datanglah peneliti dari Balai Pengkajian Cagar Budaya Batu Sangkar untuk meneliti, saat ini kami masih menunggu hasil penelitian dari mereka," ungkap Acil.
Menurut Camat, dari keterangan pihak peneliti Cagar Budaya mereka menyarankan beberapa program penilitian dilakukan ditemuan ini.
Yakni program ekskavasi pengalian lebih dalam disekitar temuan awal.
Namun karena kondisi anggaran saat ini sudah disahkan untuk pelaksanaan ekskavasi belum bisa dilakukan.
Peneliti dari Cagar Budaya Batu Sangkar juga masih mempelajari terlebih dahulu temuan awal ini.
"Untuk pelaksanaan ekskavasi ini saya sampaikan kepada mereka akan kita bicarakan dengan Bupati.
Yang jelas kita menunggu rekomendasi dari Cagar Budaya apa kira kira bentuk kegiatan yang harus dilakukan untuk mengembangkan penelitian ini, dan akan kita sampaikan ke dinas Pariwisata Bengkalis," terang Acil.
Menurut dia, pihak Kecamatan dan masyarakat setempat meminta Cagar Budaya untuk mengali dahulu temuan awal ini, apakah memiliki nilai sejarah terhadap kumpulan masyarakat di masa dahulu.
"Kita nilai layaklah ini untuk digali lebih dalam oleh ahlinya agar kita tau adanya sejarah peradaban sebelumnya di daerah sini," tambah Acil.
Menurut dia, jika memang nilai sejarah tentu akan dijaga dan kalau bisa diajadikan cagar budaya, kemudian bisa memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat di sana.
Acil juga mengatakan Plh Bupati Bengkalis sempat mengunjungi temuan ini beberapa waktu lalu, didepan masyarakat Plh menyampaikan perasaannya sangat terharu ada temuan ini.
"Bahkan Plh bilang temuan ini sangat penting, sehingga sampai dia datang ke tempat temuan ini.
Menurut Plh temuan ini bakal bisa mengali sejarah di Bengkalis, secara hipotesa masih banyak kemungkinan apakah ini peninggalan kerajaan islam, atau sejarah di sana," tandasnya. (Tribunpekanbaru.com / Muhammad Natsir)
Foto : Temuan Diduga Situs Sejarah di sekitaran Makam Datuk Gigi Putih Desa Temiang
Foto : Kelompok Sadar Wisata Desa Tamiang Saat bergotong Royong di Sekitaran Makam Datuk Gigi Putih
