Penanganan Covid
Yakinlah, Dengan Imunitas yang Baik, Covid-19 yang Menginfeksi akan Mati Sendiri Selama 14 Hari
Virus Covid-19 yang menginfeksi manusia akan dengan mati sendiri selama 14 hari jika pasien tersebut memiliki imun yang bagus.
Penulis: Syaiful Misgio | Editor: Ilham Yafiz
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Staf Khusus Bidang Peningkatan Sumber Daya Manusia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Mariya Mubarika mengungkapkan, Pandemi Covid-19 bisa berakhir jika masyarakat kompak melakukan isolasi mandiri dan patuh menjalankan protokol kesehatan.
Sebab, Virus Covid-19 yang menginfeksi manusia akan dengan mati sendiri selama 14 hari jika pasien tersebut memiliki imun yang bagus.
"Sebenarnya virus yang menginfeksi kita itu bisa mati sendiri, dalam waktu 14 hari dengan imunitas," kata Masriya saat berkunjung ke Riau, Selasa (6/10/2020).
"Kalau pasien yang sakit dan bergejala itu memang bisa panjang, butuh waktu tiga minggu sampai empat minggu perawatan di rumah sakit," imbuhnya.
Namun untuk pasien yang tidak bergejala, virus tersebut akan mati dengan sendirinya. Itulah sebabnya kenapa pihaknya merekomendasikan kepada pasien Orang Tanpa Gejala (OTG) cukup isolasi mandiri dirumah saja selama 14 hari dan dinyatakan sembuh.
"Jadi untuk orang-orang yang sehat, virus itu bisa mati sendiri," ujarnya.
Sedangkan untuk virus yang tersebar melalui droplat atau cairan dari hidung atau air liur kemudian menempel dibenda juga akan mati dengan sendirinya.
"Misalnya ada droplat, kemudian menempel itu juga mati sendiri, kalau menempel dikayu itu empat hari, kemudian di tisu atau kertas itu tiga jam," katanya.
Dengan analisa tersebut, maka jika dalam dua minggu saja seluruh masyarakat kompak menjalankan protokol kesehatan, pihaknya mengklaim virus yang saat ini bisa hentikan penyebaranya.
“Jadi kalau kita dalam tiga minggu kompak menjalankan protokol kesehatan, jadi virus yang ada di Riau ini akan hilang semua," sebutnya.

Menurut keterangan Mariya, sejumlah negara yang menerapkan kebijakan tersebut bisa keluar dari wabah ini.
Mariya mencontohkan, di Wuhan misalnya, di kota tempat virus ini bermula, saat ini sudah tidak ditemukan lagi kasus baru. Sebab masyarakat di kota tersebut kompak menjalankan protokol kesehatan.
"Bisa dilihat video-video di Wuhan, mereka saat ini sudah berhasil mengeradifikasi virus hanya dengan kekompakan saja, dengan protokol kesehatan saja. Kita butuh itu, agar semua lapisan masyarakat bisa melakukan hal yang sama," katanya.
Mariya menegaskan, penyebaran Covid-19 yang terjadi ditengah-tengah masyarakat saat ini, akibat dari tidak disiplinnya masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan. Termasuk bagi OTG positif yang seharusnya mengkarantinakan diri, namun mereka tetap bebas keluar, tanpa ada kesadaran virus tersebut akan menyebarkan kepada orang terdekat.
"Yang melakukan isolasi mandiri kepatuhannya memang tergantung dari kesadaran masing-masing, ada yang punya kesadaran penuh, dia ingin melindungi dirinya dan masyarakat, ada yang masa bodoh dan dia tidak peduli walaupun dia positif dia tetap berjalan-jalan. Nah itulah perlu proses diciptakan kebersamaan, satu-satunya yang cepat untuk mengatasi pandemi ini adalah kepatuhan dan kekompakan. Mata rantai ini tidak akan terputus jika tidak ada kekompakan,” katanya.
• Kasus Kematian ASN Kejari Labuhanbatu Terkuak, Polisi Periksa 10 Orang Terduga Pelaku Pembunuhan
• Gigit Jari! Laporan Tim Relawan Jokowi Bersatu Ditolak Polisi, Mereka Diminta ke Dewan Pers
• Sejumlah Nasabah Panik, Saldo Tabungan di BNI Tanjung Morawa Tiba-tiba Raib, Pihak Bank Bakal Ganti
Swab Hanya untuk Pasien Bergejala, Bukan untuk OTG
dr Mariya Mubarika menegaskan, saat ini pemerintah hanya mewajibkan swab untuk pasien positif Covid-19 yang bergejala saja.
Sedangkan untuk pasien Orang Tanpa Gejala (OTG) tidak perlu dilakukan swab.
OTG hanya cukup melakukan isolasi mandiri selama 14 hari. Setelah itu pasien ini pun dinyatakan sembuh tanpa harus diswab lagi.
"Jadi swabnya itu, misalnya dites hari ini selesai besok keluar hasilnya negatif. Itu menggambarkan satu hari yang lalu. Jadi saat hari itu keluar hasilnya meskipun hasilnya negatif, belum tentu seseorang itu negatif. Lalu apakah kita setiap hari diswab kan tidak mungkin, karena itu, kita mengatur sedemikian rupa, sesuai dengan kebutuhan, jadi swab hanya dilakukan untuk pasien yang bergejala. Yang kontak erat dan tidak bergejala cukup isolasi mandiri saja," kata Mariya usai menggelar pertemuan di Gedung Daerah, Jalan Diponegoro Pekanbaru, Selasa (6/10/2020).
Mariya menapik jika perubahan aturan tersebut sebagai bentuk melemahnya pemerintah dalam melawan Covid-19. Namun kebijakan tersebut diambil agar pemerintah bisa fokus menyelamatkan orang-orang yang rentan terhadap Covid-19.
"Bukan untuk melemahkan, tapi kita fokus mana yang lebih penting. Jadi kita fokus untuk orang-orang yang bergejala yang dilakukan swab, sedangkan yang tidak bergejala cukup isolasi mandiri. Harap semua percaya, itu akan aman-aman saja," ujarnya.
Mariya mengungkapkan, protokol kesehatan terkait Covid-19 memang selalu berubah-ubah. Masih segar dalam ingatan masyarakat, saat awal wabah ini muncul, WHO hanya mewajibkan menggunakan masker itu untuk tenaga medis dan pasien Covid-19 saja.
Namun seiring berjalannya waktu dan terus meluasnya kasus Covid-19, akhirnya WHO mengeluarkan aturan lagi, seluruh masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat wajib menggunakan masker.
"Jadi kita semuanya mengikuti perkembangan saint terbaru, jadi perubahan itu dilakukan bukan sebagai bentuk inkosistensi," katanya.
Bahkan kata Mariya, kedepan, protokol kesehatan yang saat ini dijalankan untuk mencegah penyebaran Covid-19 bisa saja dikurangi kerana dianggap berlebihan.
"Itu bisa-bisa saja dilakukan karena kita mengikuti perubahan karakteristik virus, yang harus diikuti dengan perubahan pencegahan," ujarnya.
Sejauh ini Kemenkes sudah empat kali melakukan perubahan pedoman protokol kesehatan guna mencegah penularan Covid-19.
Beberapa poin yang dianggap berlebihan dan tidak memiliki landasan akademisnya itu dihilangkan. Semua dilakukan menyesuaikan dengan ilmu pengetahuan terbaru.
"Saat ini yang memimpin penyelesaian Covid-19 di dunia adalah ilmu pengetahuan, karena terbukti, negara dengan latar belakang politik apapun mengikuti saint terbaru untuk menyelamatkan warganya," kata Mariya.
Seperti diketahui, Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI menurunkan timnya ke Riau, Selasa (6/10/2020). Tim yang dipimpin oleh staf khusus Kemenkes dr Maria Mubarika ini menyampaikan sejumlah hal terkait penanganan Covid-19 di Riau.
Rombongan staf khusus Kemenkes menggelar pertemuan dengan Gubernur Riau, Forkopimda Riau bersama Satgas Covid-19 serta dari Pemko Pekanbaru.
Pertemuan yang berlangsung di Balai Serindit Gedung Dearah ini membahas sejumlah hal terkait apa yang sudah dilakukan oleh Riau dalam penanganan Covid-19.
Termasuk upaya kedepan yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah dan Satgas Covid-19 untuk mempercepat penanganan Covid-19 di Riau.
Usai menggelar pertemuan dengan Gubernur Riau, Staf Khusus Kemenkes RI dr Maria Mubarika mengungkapkan, sejauh ini tata laksana penanganan Covid-19 di Riau diklaim sudah berjalan selaras dengan pemerintah pusat.
"Dari bincang-bincang tadi, jadi apa yang sudah dikerjakan oleh pemerintah daerah sangat baik. Ini terbukti sejak idul fitri tidak terjadi peningkatan. Memang terakhir ini terjadi lonjakan, ini yang sedang dikaji lagi, apa sebenarnya yang terjadi. Pemerintah pusat dan daerah harus terus bersinergi untuk mempercepat memutus mata rantai penularan Covid-19, di Riau," ujarnya.
Pada kesempatan tersebut dr Maria secara khusus juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada dokter dan perawat yang sudah berjuang digarda terdepan untuk merawat pasien Covid-19. Sehingga angka kesembuhan di Riau terus meningkat.
"Kami mendukung penuh apa yang dibutuhkan untuk penanganan pasien di Riau. Baik itu terkait dengan obat-obatan, Alkes dan lainya yang dibutuhkan. Agar masalah dihilir bisa diatasi," katanya.
Selain itu, pihaknya juga berharap kepada Satgas Covid-19 di Riau agar bergerak cepat dalam melakukan penanganan di lapangan.
"Jadi petugas tidak lagi bergerak ketika ada kasus positif saja, tapi petugas juga harus bergerak langsung ketika ada masyarakat yang suspek, sehingga penularannya bisa segera diputus," katanya.
Selain menggelar pertemuan dengan Pemprov Riau dan Pemko Pekanbaru tim dari Kemenkes juga menyerahkan bantuan berupa Alat Pelindung Diri (APD), Vitamin C, masker dan handsanitizer. Selain itu Kemenkes juga menyalurkan obat-obatan untuk provinsi Riau berupa Azitromisi dan Favipiravir.
Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar usai menerima kunjungan tim dari kemenkes ini mengaku siap untuk menjalankan apa yang sudah disampaikan oleh tim staf khusus Kemenkes.
"Atas masukan-masukan yang disampaikan tadi, tentu ini akan kami tindaklanjut, termasuk ke Pemko, dinas kesehatan dan Puskemas agar kita dapat menurunkan kasus Covid-19," katanya.
( Tribunpekanbaru.com / Syaiful Misgiono )
Catatan Redaksi:
Bersama-kita lawan virus Corona. Tribunnews.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan. Ingat Pesan Ibu, 3M (Memakai masker, rajin Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak).