Polisi Disebut Represif Dalam Amankan Aksi: Kenapa Tembakan Gas Air Mata Ditembakkan Membabi Buta
Sikap Polisi tersebut dinilai seolah-olah penguasa ingin UU Cipta kerja tetap berlaku dan tidak dibatalkan.
"Kami ingin menyampaikan ke kepolisian untuk berhenti merepresi rakyat di saat rakyat sedang melakukan perlawanan. Ini bagian dari hak konstitusional masyarakat untuk menyuarakan dan mengkritik kebijakan publik. Itu adalah ruang demokrasi di negara kita dan itulah ruang demokrasi yang hidup," kata Jumisih.
Ibu di pasar menangis

Perjuangan mahasiswa agar UU Cipta Kerja dicabut pemerintah menuai simpati rakyat kecil.
Bahkan ada pula yang menangis melihat perjuangan mahasiswa menuntut keadilan untuk rakyat Indonesia.
Ibu di Kota Kupang ini misalnya. Ibu yang bernama Atopah ini menangis saat mendengar orasi dan aksi mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Forum untuk HAM dan Demokrasi NTT saat menggelar demo tolak UU Cipta Kerja, Kamis (8/10/2020) di depan Pasar Inpres Naikoten, Kota Kupang, NTT.
Atopah yang usai belanja kebutuhan dapur ini terpaku di pinggir jalan depan pasar menatap para mahasiswa berorasi.
Meski panas terik, tak menyurutkan Atopah untuk menyimak kata demi kata yang diucap oleh orator massa.
Ia nampak tidak ingin beranjak sebelum orator dan para mahasiswa benar-benar beranjak dari dari hadapannya.
Matanya menatap tajam seolah hatinya terbakar.
Sesekali ia berdecak kagum sambil mengeluarkan sapu tangan dari dalam saku celana lalu menyeka air matanya.
Ketika diwawancarai POS-KUPANG.COM, Ibu Atopah mengakui bahwa dirinya merasa kagum melihat perjuangan para mahasiswa.
Menurutnya, perjuangan para mahasiswa patur diapresiasi.
Pasalnya, para mahasiswa menyuarakan aspirasi tidak untuk diri mereka namun untuk kepentingan banyak orang.
"Saya salut mereka. Karena ini bukan untuk kepentingan mereka tetapi untuk kepentingan kami semua masyarakat," ujarnya lirih.
Atopah mengaku bangga terhadap para mahasiswa yang melakukan aksi demo tersebut.
Ibu rumah tangga ini berharap, pemerintah dan DPR bisa memberikan tanggapan terhadap aspirasi masyarakat.
Atopah turut prihatin terhadap produk undang-undang Omnibus Law yang tidak mengakomodir kepentingan rakyat khususnya para perempuan.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Kami Tidak Mengerti Kenapa Tembakan Gas Air Mata Membabi Buta"".