PANDEMI Bikin Kelahiran Meroket di Indonesia, di Jepang Angka Kelahiran Malah Turun Drastis
Kyodo mengabarkan pada hari Rabu (21/10/2020), bahwa jumlah kehamilan yang tercatat di seluruh negeri Jepang turun 11,4% dalam tiga bulan sejak Mei
Faktor lain adalah pembatasan perjalanan yang membuat banyak wanita tidak bisa pulang ke rumah orang tua mereka untuk mempersiapkan persalinan.
Protokol kesehatan seperti menggunakan masker dalam persalinan dan pembatasan kunjungan oleh anggota keluarga juga dianggap jadi salah satu penyebab banyak orang menunda kehamilan tahun ini.
Melihat fakta ini, Kyodo melaporkan bahwa pemerintah melalui kementerian terkait berencana memperkuat langkah-langkah dukungan untuk mendorong angka kelahiran di Jepang.
Pemerintah sudah sejak lama khawatir akan rendahnya angka kelahiran di Jepang. Penurunan jumlah kelahiran berarti akan menurunkan jumlah tenaga kerja di masa depan.
Dampaknya adalah tenaga kerja di berbagai sektor akan didominasi oleh orang-orang dengan usia lanjut.
Sehingga pemerintah perlu mengeluarkan uang lebih banyak untuk jaminan hari tua.
Saat ini seluruh 47 prefektur mencatat penurunan angka kelahiran. Prefektur Yamaguchi mengalami penurunan terbesar pada 29,7%.
Diikuti oleh Prefektur Aomori pada 23,7% dan Prefektur Ishikawa pada 22,5%.
Angka Kematian Akibat Covid-19 Rendah
Sebelum Indonesia, Jepang sudah lebih dulu mengonfirmasi kasus pertama Covid-19.
Kendati demikian, jumlah kasus dan kematian akibat pandemi Covid-19 terbilang rendah.
Menurut data worldmeters, hingga siang ini Jepang telah mengonfirmasi 9.231 kasus Covid-19 dengan 190 kematian.
Setidaknya tercatat ada 2 kematian per 1 juta penduduk.
Peneliti Pusat Penelitian Kewilayahan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Firman Budianto, MA, mengatakan bahwa Jepang tidak menerapkan lockdown atau karantina wilayah seperti beberapa negara lain.
Tiga pilar yang diterapkan Jepang Disebutkan Firman, setidaknya ada tiga pilar utama yang diberlakukan Jepang dalam melawan pandemi ini.
Pertama, deteksi dini kelompok rentan Jepang tidak menerapkan pengujian atau tes sampel secara masif atau masal kepada warga negaranya.