Mulut Pedas Presiden Prancis Emmanuel Macron Pancing Aksi Protes Umat Muslim di Belahan Dunia
Mulut pedas Presiden Prancis yang dibesarkan oleh media sosial tersebut memancing keributan di sejumlah penjuru negara, terutama negara muslim.
Penulis: Ilham Yafiz | Editor: Ilham Yafiz
TRIBUNPEKANBARU.COM - Berbagai gelombang protes terjadi di sejumlah negara merespon sikap Presiden Prancis, Emmanuel Macron.
Mulut pedas Presiden Prancis yang dibesarkan oleh media sosial tersebut memancing keributan di sejumlah penjuru negara, terutama negara muslim.
Pernyataan macron yang merendahkan agama islam dinilai telah menyulut perdamaian di Prancis.
Pernyataan tersebut tidak berdasar dan menimbulkan berbagai aksi protes di sejumlah negara.
Tidak hanya itu saja, Sejumlah negara menyerukan boikot produk Prancis sebagai bentuk perlawanan atas sikap Macron yang membenci Islam.
Reaksi negatif tersebut berasal dari komentar Macron setelah pembunuhan seorang guru yang mempertunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas.
Sang presiden berkata guru itu, Samuel Paty, "dibunuh karena para Islamis menginginkan masa depan kami", tetapi Perancis "tidak akan menyerahkan kartun kami".
Penggambaran Nabi Muhammad dapat sangat menyinggung bagi umat Islam
Pada hari Minggu, Macron menegaskan kembali pembelaannya terhadap nilai-nilai Perancis dalam sebuah twit yang berbunyi: "Kami tidak akan menyerah, selamanya."
Dilansir dari Thesun, Rabu (28/10/2020), reaksi atas sikap Macron tersebut menimbulkan gelombang protes dari sejumlah kepala negara.
Gambar dramatis menunjukkan gambar dan patung Macron yang dibakar pada demonstrasi besar di Bangladesh, Pakistan, dan Jalur Gaza.
Komentar Macron juga memicu seruan untuk memboikot produk Prancis di sejumlah negara Muslim dan menuai kritik dari beberapa pemimpin dunia.
Menanggapi twitter, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menulis: "Ciri khas seorang pemimpin adalah ia mempersatukan manusia, seperti yang dilakukan Mandela, daripada memecah belah mereka.
"Sangat disayangkan bahwa [Macron] telah memilih untuk mendorong Islamofobia dengan menyerang Islam daripada teroris yang melakukan kekerasan, baik itu Muslim, Supremasi Kulit Putih atau ideolog Nazi.
"Sayangnya, Presiden Macron telah memilih untuk dengan sengaja memprovokasi umat Islam, [termasuk] warganya sendiri, dengan mendorong penayangan kartun-kartun yang menghujat."