Produk Ditolak, Perancis Desak Timur Tengah Akhiri Boikot, Buntut Protes Pernyataan Presiden Macron
Perancis mendesak negara-negara Timur Tengah untuk mengakhiri seruan boikot mereka terhadap barang-barang produksi Perancis
TRIBUNPEKANBARU.COM, PARIS - Boikot terhadap produk-produk Perancis di negara-negara Timur Tengah mulai menuai reaksi dari Kementerian Luar Negeri negara yang ikonik dengan Menara Eiffel itu.
Perancis mendesak negara-negara Timur Tengah untuk mengakhiri seruan boikot mereka terhadap barang-barang produksi Perancis.
Hal itu sebagai bentuk protes terhadap pembelaan Presiden Emmanuel Macron untuk menayangkan kartun Nabi Muhammad.
Baca juga: Kepleset Sebut Nama Trump Jadi George, Joe Biden Diolok-olok Rivalnya Sesama Kandidat Presiden AS
Baca juga: Pelaku Pembakar Jasad Yulis Ternyata Punya Bisnis Ribuan Ayam, Kandang Ayam Jadi Saksi Pembunuhan
Baca juga: Nangis Saat Rekam Kekasih Lagi Selingkuh, Wanita Ini Ngaku Bersalah, Terima kasih Ya Allah
Kementerian luar negeri Perancis mengatakan bahwa sedang terjadi seruan "tak berdasar" untuk memboikot barang-barang Perancis yang "didorong oleh minoritas radikal".
Produk Perancis telah dihapus dari beberapa toko di Kuwait, Yordania, dan Qatar, demikian dilansir dari AFP Senin (26/10/2020).
Sementara, protes terhadap pernyataan Macron yang menyinggung Muslim telah terlihat di Libya, Suriah, dan Jalur Gaza.
Reaksi dari beberapa negara Timur Tengah tersebut berasal dari komentar yang dibuat oleh Presiden Perancis Emmanuel Macron.
Setelah terjadi pembunuhan mengerikan terhadap seorang guru Perancis yang mempertunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas.
Presiden mengatakan Samuel Paty, "dibunuh karena Islamis menginginkan masa depan kami", tetapi Perancis "tidak akan melepaskan kartun kami".
Penggambaran Nabi Muhammad dapat dianggap pelanggaran serius bagi umat Islam, karena tradisi Islam secara eksplisit melarang gambar Muhammad dan Allah (Tuhan).
Namun, sekularisme negara atau laïcité, dianggap sebagai pusat identitas nasional bagi Perancis.
Sehingga, membatasi kebebasan berekspresi untuk melindungi perasaan satu komunitas tertentu, kata negara, merusak persatuan.
Pada Minggu (25/10/2020), Macron menggandakan pembelaannya terhadap nilai-nilai Perancis dalam sebuah tweet yang berbunyi, "Kami tidak akan menyerah, selamanya."
Para pemimpin politik di Turki dan Pakistan telah membujuk Macron, menuduhnya tidak menghormati "kebebasan berkeyakinan" dan meminggirkan jutaan Muslim di Perancis.
Pada Minggu (25/10/2020), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyarankan, untuk kedua kalinya, bahwa Macron harus mencari "pemeriksaan mental" untuk pandangannya tentang Islam.