Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Covid-19 Belum Berakhir, WHO Sudah Ingatkan Bahaya Resistensi Antimikroba, Apa Pula Itu?

Resistensi sendiri semakin tumbuh pada beberapa tahun terakhir karena penggunaan berlebih obat-obatan, baik pada manusia maupun hewan ternak.

Shutterstock/Alexandros Michailidis
Adhanom Ghebreyesus Direktur Jenderal WHO Tedros menyatakan Virus Coronatak terkendali 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) memperingatkan tentang tumbuhnya resistensi antimikroba yang sama berbahayanya dengan pandemi virus corona.

Mengutip laporan AFP, Sabtu (21/11/2020), Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut masalah ini sebagai "salah satu ancaman kesehatan terbesar sepanjang waktu".

Resistensi sendiri semakin tumbuh pada beberapa tahun terakhir karena penggunaan berlebih obat-obatan, baik pada manusia maupun hewan ternak.

" Resistensi antimikroba mungkin tidak terlihat sedarurat pandemi, tetapi sama bahayanya," kata Tedros.

Menurut dia, resistensi antimikroba ini mengancam perkembangan medis dan membuat kita tidak memiliki pertahanan terhadap infeksi yang saat ini dapat diobati dengan mudah.

Baca juga: Usai Selamatkan Anaknya yang Terkulai Lemas Dalam Sumur, Sang Ayah Meninggal

Baca juga: Pamannya Tewas Kecelakaan, Wanita Ini Gembira di FB, Lalu Minta Maaf Pasca Dilabrak Warga & Netizen

Baca juga: Drama Korea Start-Up Episode 11 Sub Indo Malam Ini, Nonton Online Drama Korea

Resistensi antimikroba

Kebanyakan orang umumnya hanya mengenal antibiotik. Antibiotik sendiri adalah bagian dari antimikroba.

Melansir Kompas.com, 24 November 2019, mikroba melingkupi di dalamnya berbagai jenis organisme, yaitu virus, bakteri (bios/biotik), jamur, protozon ataupun parasit.

Oleh karena itu, antimikroba merupakan obat yang penting untuk mengobati infeksi pada manusia dan hewan yang diakibatkan organisme jahat mikroba yang menyerang tubuh.

Adapun sifat dari antimikroba adalah menghambat perkembangbiakan organisme jahat tersebut. 

Dokter Purnawati Sujud SpA mengatakan, antimikroba ini baik untuk pengobatan.

Akan tetapi, jika tubuh sudah resisten (menolak) terhadap antimikroba ini, maka penyakit akan sulit disembuhkan.

"Setiap kali antibiotik digunakan, timbul juga risiko adanya resistensi antibiotik.

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat atau kurang bijak akan semakin memperparah situasi tersebut," kata Purnamawati dalam acara media briefing Pekan Kesadaran Antimikroba Dunia 2020 yang dilakukan daring pada Rabu (18/11/2020). 

Baca juga: UPDATE Pesta Pernikahan Anak Kepala BPBD Dibubarkan, Sudah Diingatkan Polisi 3 Minggu yang Lalu

Baca juga: Pesan WhatsApp yang Terhapus Ternyata Masih Bisa Dikembalikan, Begini Caranya    

Baca juga: Siapa Olivia Allan? SOSOK Istri Denny Sumargo: Pernah 3 Tahun Tidak Sekolah buat Keliling Dunia

Dampak dan bahayanya

Saat seseorang terkena gempuran mikroba yang resisten, dia berpotensi mengalami sakit yang lebih berat dan risiko kematian lebih tinggi.

"Jadi perlu diingat, antibiotik itu bahaya. Kalau kita makan antibiotik, nanti bakteri di badan (berpotensi) jadi bakteri resisten," kata Purnamawati.

Sejak ditemukan pada tahun 1920, antibiotik telah menyelamatkan puluhan juta nyawa. Namun, bakteri mulai membangun resistensi pada obat yang sama.

Resistensi antibiotik adalah masalah sangat serius yang dihadapi seluruh dunia.

Bakteri yang kebal terhadap berbagai jenis antibiotik disebut Superbugs.

Orang yang terinfeksi Superbugs sangat sulit disembuhkan dan terapinya membutuhkan biaya yang sangat mahal. Beberapa kasus berakhir menyebabkan cacat permanen, bahkan kematian.

Penyakit infeksi bakteri, seperti pneumonia, TBC, gonorrhoea, salmonellosis, dan keracunan darah dari tahun ke tahun semakin sulit diobati dengan antibiotik.

Federasi Internasional untuk Asosiasi dan Produsen Farmasi (IFPMA) mengatakan, Superbug telah menyebabkan banyak korban.

"Sekitar 700.000 orang secara global meninggal dunia setiap tahunnya karena resistensi antimikroba," kata pihak IFPMA.

Korban meninggal 10 juta

Mereka menilai, tanpa adanya tindakan yang kuat untuk memastikan penggunaan tepat pada antibiotik yang sudah ada, angka tersebut dapat meningkat hingga 10 juta pada 2050.

WHO mengatakan, resistensi antimikroba membahayakan keamanan pangan, perkembangan ekonomi, dan kemampuan planet untuk melawan penyakit.

Resistensi menjadi pemicu meningkatnya biaya layanan kesehatan, admisi rumah sakit, kegagalan pengobatan, penyakit yang parah, hingga kematian.

WHO bergabung dengan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan meluncurkan tim baru untuk mengadvokasi aksi darurat dalam melawan ancaman ini.

"Kami membutuhkan aksi yang terkoordinasi di seluruh dunia untuk mengawasi infeksi, mengimplementasikan langkah pengendalian yang dibutuhkan, dan meningkatkan kesadaran gobal terhadap penggunaan antibiotik yang meluas," kata Wakil Ketua Tim Perdana Menteri Sheikh Hasina dari Bangladesh.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/11/21/192700565/who--resistensi-antimikroba-sama-bahayanya-dengan-pandemi?page=all#page2

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved